TIMES JOGJA, JAKARTA – BRICS mengumumkan penambahan enam anggota baru dalam pertemuan puncak di Johannesburg, Afrika Selatan pada, Kamis (25/8/2023).

Penambahan itu sebagai bentuk respons BRICS menghadapi tatanan dunia global dan sebagai penyeimbang terhadap hegemoni AS dan sekutunya.

Mulai awal tahun 2024, Iran, Arab Saudi, Mesir, Argentina, UAE, dan Ethiopia akan bergabung dengan lima anggota BRICS saat ini, yakni Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.

Presiden Cina, Xi Jinping, menyebut ekspansi ini adalah sejarah. Cina adalah pendukung utama penambahan anggota baru itu.

Xi Jinping menggambarkan, keanggotaan BRICS yang diperluas adalah jalan bagi negara-negara south global untuk memiliki suara yang lebih kuat dalam tata kelola dunia baru.

"The enlargement will be a new starting point for the development of cooperation within BRICS and give the BRICS group more strength. I believe that as long as we work together, BRICS cooperation will have great prospects and the BRICS countries - a promising future," kata Xi Jinping.

Namun, tidak dijelaskan secara detil dan jelas, bagaimana ekspansi keanggotaan itu secara signifikan mampu meningkatkan pengaruh BRICS di panggung global. Masalah besarnya adalah bagaimana negara-negara tersebut bisa mencapai kesepakatan-kesepakatan baru untuk berkolaborasi di tengah sejumlah perbedaan mendasar antara negara yang ada.

The Guardian melaporkan, setidaknya langkah penambahan anggota baru itu secara simbolik adalah bentuk dukungan penting negara south global untuk menata ulang tatanan dunia global.

Untuk diketahui, keputusan untuk menerima Iran dalam keanggotaan BRICS dinilai sebagai salah satu bentuk kemenangan Vlaidmir Putin dan Xi Jinping yang mendorong warna baru BRICS sebagai kelompok negara yang anti AS dan sekutunya. Bagi Iran, masuk sebagai anggota BRICS adalah salah satu jalan untuk melawan sanksi oleh AS dan sekutunya.   

Untuk Argentina, yang menghadapi masalah ekonomi yang serius, keanggotaan ini merupakan peluang potensial untuk lepas dari krisis yang semakin dalam.

Untuk kasus Ethiopia, satu-satunya negara berpenghasilan rendah dalam grup BRICS, Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, menggambarkannya sebagai momen yang saat yang luar biasa bagi negaranya bergabung dengan kelompok baru ini.

Terkait keuntungan ekonomi, sampai saat ini, belum ada penjelasan detail soal manfaat yang langsung dapat dirasakan dari keanggotaan bagi anggota-anggota BRICS yang sudah memiliki hubungan bilateral dengan Cina.(*)