https://jogja.times.co.id/
Berita

Festival Sastra Yogyakarta 2025 Dibuka Meriah, Ribuan Pecinta Puisi Tumplek Blek di Embung Giwangan

Minggu, 03 Agustus 2025 - 11:30
Festival Sastra Yogyakarta 2025 Dibuka Meriah, Ribuan Pecinta Puisi Tumplek Blek di Embung Giwangan Suasana pementasan puisi dalam Festival Sastra Yogyakarta 2025 di Concert Hall Grha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan, Kota Yogyakarta. (FOTO: Riyadi/TIMES Indonesia)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTAFestival Sastra Yogyakarta (FSY) 2025 resmi menggebrak Sabtu (2/8/2025) malam lewat pembukaan spektakuler yang menyatukan puisi, musik, dan budaya lokal. Bertempat di Concert Hall Grha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan, Kota Yogyakarta seremoni ini menjadi pembuka megah dari rangkaian acara sastra yang berlangsung hingga 4 Agustus mendatang.

Dengan mengusung tema Rampak: Merayakan Akar, Menyemai Makna, FSY 2025 menjadi ruang ekspresi lintas generasi dan wilayah. Tak kurang dari 500 kursi di venue utama terisi penuh. Bahkan, banyak penonton rela berdiri dan duduk lesehan demi menyaksikan malam penuh magis ini.

“Ini bukan sekadar festival, ini perayaan hati. Sastra tidak pernah semeriah ini sebelumnya,” ujar Wulan (25), salah satu pengunjung dari Sleman.

Malam Dibuka dengan Magis Puisi dan Musik Tradisi

Gelaran dibuka dengan pembacaan puisi bertema rampak, diiringi lengking pilu seruling yang menembus sunyi. Disusul penampilan tembang sinden Pangkur Singgah Singgah Pangkur Gedhong Kuning (pelog nem) oleh Angita Yuri, yang berpadu harmonis dengan alunan gender Pandu Jalu Wicaksono.

Festival-5.jpg

Atmosfer sakral seolah membawa penonton ke ruang lintas waktu—tempat puisi bukan sekadar bacaan, melainkan laku budaya yang hidup.

Tak berhenti di situ, sesi berikutnya memukau penonton lewat musikalisasi puisi Pacar Senja karya maestro Joko Pinurbo, yang dibawakan dengan penuh penghayatan oleh Paksi Raras Alit.

Panggung FSY 2025 juga memberikan ruang bagi talenta muda. Para juara Kompetisi Bahasa dan Sastra 2025 turut unjuk gigi. Aleser Ghaizan Althaf memukau dengan geguritan Kuhaku, Atika Zahra Ratifa menghipnotis lewat dongeng bahasa Jawa Monyet lan Topeng Sekti, dan Adib Zaynal Muttaqin menutup segmen dengan tembang macapat Pocung Madusita.

“FSY tahun ini benar-benar inklusif, lintas usia, lintas genre. Inilah wajah baru sastra kita,” komentar Diah Puspita, pengamat budaya dari UGM.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, dalam sambutannya menegaskan makna tema Rampak. “Kami ingin mengajak publik merayakan harmoni dalam perbedaan. Puisi adalah medium yang menghubungkan, bukan memisahkan,” ujarnya.

Yetti bahkan menutup pidatonya dengan membacakan puisi Di Langit Utara Jogja karya Nurul Latifah bentuk apresiasi terhadap suara penyair perempuan dalam jagat sastra Indonesia.

Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, menambahkan bahwa puisi mampu menjadi cermin batin sebuah kota.

“Kita bisa mengenali Yogyakarta, bukan hanya lewat bangunannya, tapi dari sajak-sajak yang ditulis warganya,” ucapnya disambut tepuk tangan panjang.

Anugerah Sayembara Puisi Nasional FSY 2025: Panggung Para Juara

Malam pembukaan juga menjadi momen penganugerahan lima puisi terbaik dari Sayembara Puisi Nasional FSY 2025.

Festival-6.jpg

Berikut para pemenangnya yaitu Juara I: Astrajingga Asmasubrata (Cirebon) – Lintasan Rakit di Muara Code, Juara II: Badrul Munir Chair (Grobogan) – Tabuh Keraton, Juara III: Yana Risdiana (Bandung) – Pelajaran Pertama dari Sebuah Rebab, Juara IV: Khotibul Umam (Bondowoso) – Kosmologi Garam, dan Juara V: S. Kamar (Lombok) – Nyesek.

Kelima penyair membacakan puisinya secara performatif. Setiap kata yang mereka ucapkan menggema, mengisi ruang dengan makna dan emosi yang pekat.

Juri FSY 2025, Komang, memaparkan catatan penjurian yang menyoroti keberanian tematik dan kedalaman kritik sosial dalam karya-karya tersebut. “Inilah wajah puisi kontemporer Indonesia—penuh energi dan berani menyoal realitas,” ujarnya.

Sebelum tirai diturunkan, grup Melankolia mengalunkan komposisi akustik yang mengusung nuansa lirih dan kontemplatif. Suasana berbalik penuh semangat ketika Iksan Skuter naik panggung. Lagu-lagu sarat pesan sosialnya membuat penonton ikut bernyanyi, bergoyang, dan merenung dalam satu waktu.

Festival Sastra Yogyakarta 2025 bukan hanya panggung, tapi ruang hidup yang menyuarakan denyut zaman lewat puisi, nada, dan keberanian. Dalam semangat Rampak, sastra menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara suara individu dan gema kolektif bangsa. (*)

Pewarta : A Riyadi
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.