https://jogja.times.co.id/
Opini

Gimmick Endorse Digital

Jumat, 01 Agustus 2025 - 17:56
Gimmick Endorse Digital Antonius Satria Hadi, PhD., Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Dalam dunia pemasaran digital yang kian padat dan kompetitif, menarik perhatian audiens adalah kunci utama. Tak heran jika banyak brand dan pelaku bisnis di Indonesia mengandalkan strategi endorse melalui para Key Opinion Leader (KOL) untuk mempromosikan barang atau jasa mereka. 

Namun, belakangan ini fenomena gimmick endorse semakin marak digunakan, bahkan menjadi tren tersendiri. Di balik kelucuannya, strategi ini menyimpan tantangan serius: apakah sekadar memicu atensi sesaat atau benar-benar mendorong conversation (percakapan) dan conversion (perubahan)?

Gimmick endorse merujuk pada teknik endorsement yang mengandalkan unsur kejutan, humor, drama, atau keunikan ekstrem yang disengaja untuk menarik perhatian publik. 

Gimmick bisa berupa acting berlebihan, skenario absurd, atau gaya penyampaian yang sengaja dibuat norak namun menghibur. Tujuannya jelas: menciptakan spark, yaitu pemantik atensi dalam hitungan detik.

Spark sebagai Kunci Memecah Kebisingan Digital

Dalam era attention economy di mana perhatian audiens adalah aset paling berharga, spark menjadi titik awal keberhasilan sebuah konten. Spark yang dihasilkan dari gimmick endorse memungkinkan sebuah video atau unggahan tampil menonjol di antara ratusan konten lainnya. 

Misalnya, seorang KOL yang mempromosikan skincare dengan gaya “nangis histeris” atau berpura-pura putus cinta, bisa membuat netizen tertarik menonton karena penasaran.

Dalam konteks ini, gimmick adalah alat yang efektif untuk membuka pintu engagement. Gimmick bekerja layaknya magnet pertama yang membuat audiens berhenti scrolling dan mulai menyimak. Akan tetapi, spark saja tidak cukup.

Dari Spark ke Conversation

Langkah berikutnya yang krusial adalah conversation, yakni bagaimana sebuah konten memicu diskusi, komentar, dan penyebaran word-of-mouth. Konten endorse yang berhasil biasanya bukan hanya ditonton, tapi juga dibicarakan. 

Misalnya, komentar-komentar seperti “aku kira beneran sedih ternyata endorse” atau “ini lucu banget produknya jadi pengen coba” adalah bentuk percakapan yang menandakan keterlibatan emosional audiens.

Di sinilah strategi menjadi penting. Gimmick yang asal-asalan atau tidak relevan justru bisa memicu percakapan negatif. Beberapa kasus di Indonesia menunjukkan gimmick endorse yang dinilai berlebihan, tidak etis, atau tidak sesuai konteks produk yang berujung pada kritik publik dan merusak citra brand.

Peran KOL dalam Membangun Kredibilitas

Key Opinion Leader (KOL) memiliki peran sentral dalam gimmick endorse. Mereka bukan sekadar “panggung” untuk promosi, melainkan representasi dari brand itu sendiri. 

Oleh karena itu, penting bagi brand untuk memilih KOL yang tidak hanya memiliki jangkauan besar, tapi juga karakter, nilai, dan gaya yang sesuai dengan pesan produk.

Di Indonesia, pemilihan KOL kerap masih didominasi oleh pertimbangan jumlah followers, bukan kualitas engagement. Akibatnya, banyak konten endorse yang viral namun tidak berdampak pada brand trust atau konversi penjualan. Bahkan, ada kecenderungan audiens semakin jenuh dengan endorse yang “terlalu akting” dan tidak natural.

KOL yang baik mampu membawakan gimmick dengan gaya autentik, menyisipkan pesan produk dengan mulus, dan tetap menjaga komunikasi dua arah dengan pengikutnya.

Di sinilah sinergi antara KOL, spark, dan conversation menjadi sangat penting dalam menciptakan kampanye pemasaran digital yang efektif.

Tantangan dan Etika Gimmick dalam Bisnis

Dalam konteks bisnis di Indonesia, penggunaan gimmick dalam endorsement masih menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi bisa menjadi solusi murah dan efektif untuk menciptakan viralitas. 

Di sisi lain, jika tidak dikelola dengan hati-hati, maka gimmick dapat menjadi bumerang yang merusak kepercayaan konsumen. Penting bagi pelaku usaha khususnya UMKM yang mulai memanfaatkan jasa endorse, untuk memahami bahwa viral tidak selalu berarti berhasil. 

Keberhasilan sejati terletak pada peningkatan brand awareness yang sehat, kepercayaan konsumen, dan konversi penjualan yang stabil. Oleh karena itu, diperlukan etika dalam membangun gimmick termasuk kejujuran dalam promosi, kesesuaian dengan produk, serta penghormatan terhadap audiens.

Gimmick endorse akan terus menjadi bagian dari lanskap pemasaran digital Indonesia. Namun, agar tidak hanya menjadi lelucon sesaat, strategi ini harus dirancang dengan keseimbangan antara kreativitas dan relevansi. 

Spark penting untuk menarik perhatian, conversation penting untuk membangun koneksi, dan KOL penting sebagai jembatan antara brand dan konsumen.

Saat semuanya berjalan selaras, gimmick endorse bukan lagi sekadar sensasi viral, tapi menjadi bagian dari strategi pemasaran digital yang berkelanjutan dan berdampak nyata pada pertumbuhan bisnis. (*)

***

*) Oleh : Antonius Satria Hadi, PhD., Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.