TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – style="text-align:justify">Ratusan pelajar dari berbagai jenjang pendidikan memadati Grha Budaya Taman Budaya Embung Giwangan, Kota Yogyakarta, Sabtu (16/8/2025). Mereka datang bukan sekadar untuk berkompetisi, tetapi juga merayakan kreativitas dalam ajang Seleksi Lomba Lukis DIY–Kyoto tingkat Kota Yogyakarta 2025 yang digelar oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta.
Dari total 521 pendaftar, panitia hanya memilih 200 peserta terbaik untuk mengikuti seleksi kali ini. Mulai dari anak-anak TK hingga remaja SMA, semuanya menunjukkan semangat yang sama: melukis dengan hati dan menuangkan imajinasi ke dalam kanvas.
Kepala Bidang Adat Tradisi Lembaga Budaya dan Seni, Retno Yuliani, dalam sambutannya menegaskan bahwa lomba ini bukan sekadar kompetisi, tetapi ruang penting untuk melahirkan generasi pelukis baru.
“Regenerasi pelukis harus dijaga. Dari tangan anak-anak muda inilah lahir gagasan segar yang akan memperkaya khazanah seni rupa kita. Antusiasme tahun ini luar biasa, lebih dari 500 peserta mendaftar, dan 200 di antaranya lolos seleksi,” ujar Retno.
Tema Dekat dengan Kehidupan Anak
Untuk kategori TK dan SD, panitia mengangkat tema “Aku Cinta Budaya Jogja”. Tema ini mengajak anak-anak menuangkan rasa cinta pada budaya lokal melalui gambar sederhana namun penuh makna.
Sementara itu, kategori SMP dan SMA ditantang dengan konsep “On the Spot”, di mana mereka harus melukis suasana langsung di lokasi acara. Tantangan ini membuat karya yang lahir lebih segar, penuh spontanitas, dan menggambarkan kepekaan remaja terhadap lingkungan sekitar.
Seleksi Lomba Lukis DIY–Kyoto sudah menjadi agenda tahunan yang ditunggu-tunggu. Selain menjadi tiket menuju lomba tingkat provinsi, ajang ini juga menjadi ruang belajar bersama. Nantinya, 20 karya terbaik akan dipamerkan di tingkat provinsi sebelum dipilih sebagai perwakilan DIY menuju Jepang.
Kehadiran lomba ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Banyak orang tua yang mendampingi anak-anaknya merasa bangga karena Yogyakarta tetap memberi ruang luas bagi kreativitas generasi muda.
“Anak saya baru pertama kali ikut lomba sebesar ini, dan dia jadi lebih percaya diri. Bagi kami, menang atau kalah bukan masalah, yang penting dia berani berekspresi,” ujar Siti, salah satu penikmat seni lukis Yogyakarta.
Sementara itu, Rizky (17), pelajar Yogyakarta, mengaku senang atas penyelenggaraan lomba lukis. “Seru banget, apalagi tema ‘On the Spot’ bikin kita harus cepat menangkap suasana. Jadi bukan cuma lomba, tapi juga latihan sensitif terhadap lingkungan,” katanya.
Tak sedikit pula masyarakat umum yang hadir sekadar melihat karya para peserta. “Melihat anak-anak Jogja bisa melukis dengan semangat seperti ini bikin optimis, seni rupa di kota ini tidak akan pernah mati,” komentar Rudi, warga Giwangan.
Dengan semangat kreatif yang mengalir dari generasi muda, Seleksi Lomba Lukis DIY–Kyoto 2025 membuktikan bahwa seni adalah bahasa universal. Ia mampu menyatukan bangsa sekaligus memperkuat hubungan lintas budaya, khususnya antara Indonesia dan Jepang.
Ajang ini diharapkan tidak hanya melahirkan juara, tetapi juga menumbuhkan kecintaan anak-anak muda pada seni dan budaya. Yogyakarta, sebagai kota budaya, sekali lagi menunjukkan komitmennya dalam menjaga denyut seni tetap hidup di tengah masyarakat. (*)
Pewarta | : A Riyadi |
Editor | : Faizal R Arief |