Kopi TIMES

Lingkaran Togog Membunuh Dursasana

Rabu, 17 Agustus 2022 - 10:46
Lingkaran Togog Membunuh Dursasana Hadi Suyono, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Secara personal Togog merupakan tokoh mumpuni. Tak kalah dengan Semar. Mereka. Sama-sama keturunan dewa. Hanya keduanya memiliki nasib berbeda. Togog dan Semar mempunyai jalan masing-masing berawal dari sayembara yang diselenggarakan Sang Hyang Wenang untuk memilih penguasa Kahyangan.

Sang Hyang Wenang merupakan kakek dari Togog, Semar, dan masih ditambah satu lagi yaitu Batara Guru. Tiga darah biru Kahyangan terlahir dari pasangan Sang Hyang Tunggal dan Rekathawati ini diminta untuk menelan Gunung Jamurdipa. Setelah menelan Gunung Jamurdipa, tiga peserta sayembara tersebut harus memuntahkan kembali. Yang berhasil mengeluarkan Gunung Jamurdipa dari perut memiliki kewenangan memimpin Kahyangan.

Togog diberi kesempatan pertama untuk melaksanakan sayembara. Togog mengambil Gunung Jamurdipa. Lalu ditelannya. Sayang Togog gagal menelan Gunung Jamurdipa. Karena Togog terlalu memaksa diri. Dampaknya adalah mulut robek dan menjadi memanjang. Bekasnya terlihat mulut Togog terlalu moncong keluar.

Giliran berikutnya yang mengikuti sayembara adalah Semar. Gunung Jamurdipa diangkatnya. Terasa mudah Semar mengangkat Gunung Jamurdipa. Dan tak ada hambatan berarti. Semar menelan Gunung Jamurdipa. Sayembara belum usai. Ada kewajiban Semar yang harus dikerjakan, yaitu mengeluarkan kembali Gunung Jamurdipa.

Semar berusaha semaksimal mungkin memuntahkan Jamurdipa. Susah payah. Seluruh energi dan kesaktian dikerahkan agar Gunung Jamurdipa keluar dari perutnya. Namun tak berjalan seperti harapan. Gunung Jamurdipa tetap bermukim di perut Semar. Semar gagal. Akibatnya perut Semar membuncit.

Batara guru memperoleh tantangan sayembara pada giliran terakhir. Batara guru beruntung. Berhasil menjadi pemenang sayembara. Dirinya sukses menelan dan mengeluarkan kembali Gunung Jamurdipa. Sesuai janji dari Sang Hyang Wenang. Batara guru diberi amanah memimpin Kahyangan.

Karan Togog dan Semar gagal memenangkan sayembara diminta untuk berjuang di bumi. Togog dan Semar bertugas sebagai punggawa untuk menasehati, mengarahkan, mengkritik, mengarahkan, dan mengevaluasi setiap tindakan petinggi kerajaan agar tetap berada di jalan lurus untuk mengayomi dan memakmurkan rakyat.

Barangkali sudah menjadi garis kehidupan. Togog berada di lingkaran petinggi kerajaan yang bertabit buruk. Dan Semar berada di lingkaran petinggi kerajaan yang bertabiat luhur.

Sebagai bukti saat Togog berada di lingkaran petinggi kerajaan yang berwatak jahat. Sesungguhnya Togog telah melaksanakan tugas. Togog mengingatkan Duryodana. Jangan mendengar nasehat dari Sangkuni. Salah satu petinggi kerajaan ini merupakan pejabat kepercayaan Duryodana. Bisikan Sangkuni selalu penuh dengan tipu muslihat. Keluar dari standar etika, norma, dan selalu beraroma busuk.

Benar apa yang sudah disampaikan oleh Togog. Sangkuni memberi nasehat kotor pada Duryodana. Berlatar belakang Duryodana cemburu pada keluarga Pandawa. Kecemburuan ini gara-gara Pandawa mencapai puncak prestasi. Pandawa berhasil membangun istana Indraprastha. Istana ini berdiri megah. Menjadi simbol pencapaian kesejahteraan.

Agar Duryodana bisa berprestasi seperti Pandawa dengan cara cepat. Langkahnya adalah merebut Indraprastha. Sangkuni menyarankan supaya tidak terjadi benturan fisik. Duryodana dan saudaranya yang tergabung dalam trah Kurawa, bila menggunakan cara kekerasan pasti kalah. Maka Sangkuni punya ide diajak main dadu. Dalam bermain dadu dijalankan aksi curang sehingga bisa memenangkan  pertarungan.

Duryodana mengabaikan bimbingan dari Togog dan menerima saran dari Sangkuni. Duryodana mengutus Dursasana menjadi ketua tim sukses untuk merebut Indraprastha. Mendengar Dursasana menjadi ketua tim sukses. Togog tak putus asa. Mendekati Dursasana dengan niat mengingatkan agar tidak  bersedia menjadi ketua tim sukses. Kesediaan Dursasana menerima pinangan Duryodana sebagai ketua tim sukses bisa berdampak fatal bagi dirinya.

Dursasana tidak mendengar petuah baik dari Togog. Bagi Dursasana diberi tugas menjadi ketua tim sukses dari raja, berarti dapat melakukan banyak hal. Bisa digunakan untuk kepentingan pribadi. Maka atas nama membutuhkan anggaran besar untuk mengalahkan Pandawa bermain dadu, Dursasana mencari sumber keuangan dari bisnis ilegal. Dirinya mendatangi juragan adu sabung ayam dan juragan lain yang kegiatan usahanya berbasis judi untuk meminta upeti. Sengaja Dursasana memperoleh dana dari kegiatan usaha yang tergolong gelap dengan    alasan gampang mendapatkan sumbangan dengan jumlah besar.

Ternyata dana yang diperoleh oleh Dursasana dari lingkaran gelap tidak sepenuhnya digunakan untuk proyek mempersiapkan bermain dadu. Namun lebih banyak untuk kepentingan pribadi. Demi memuaskan nafsu hidup hedonisme. Dursasana berfoya-foya. Lupa diri. Bahkan Dursasana yang terkenal dengan tidak dapat mengontrol nafsu kelaki-lakiannya menggunakan dana tersebut untuk menuntaskan syahwat yang tak terkendali.

Dan ternyata dana yang diperoleh dari juragan hitam efektif menggoreng strategi mengungguli lawan bermain dadu. Terbukti Pandawa kalah bermain dadu. Di bawah kendali Dursasana memenang kompetisi, berhasil mewujudkan keinginan Duryodana memperoleh Indraprastha. Keluarga Pandawa terpaksa keluar dari istana. Terusir karena kalah bermain dadu.

Di luar dugaan. Duryodana tidak  puas dengan pencapaian merebut Indraprastha. Pengalaman bermain dadu efektif mengalahkan Pandawa. Dia ingin lebih. Hasratnya ingin merebut Dropadi dari genggaman Pandawa. Untuk mewujudkan niat ini, Duryodana mempercayai kembali Dursasana menjadi ketua tim sukses.

Keberhasilannya mendapatkan Indraprastha, membuat Dursasana penuh percaya diri menyeret Dropadi keluar kamar. Terjadi pelecahan. Dursasana membawa Dorpadi dengan cara  menjambak rambut Dropadi. Bukan berhenti sampai di sini. Dursasana semakin mempermalukan Dropadi. Di arena perjudian Dursasana menelanjangi Dropadi. Tidak ada yang bisa menolong sama sekali.

Agar kehormatan Dropadi tetap terjaga minta tolong pada Sri Kresna. Permintaan Dropadi dikabulkan. Setiap Dursasana melucuti busana Dropadi. Kembali tubuh Dropadi secara ajaib mengenakan pakaian. Begitu terus menerus. Setiap kali Dursana melepas baju Dropadi bisa berbusana lagi. Karena kelelahan. Dursasana pingsan.

Melihat perlakuan tak senonoh dari Dursasana terhadap Dropadi. Bima tak terima. Amarahnya ditumpahkan pada Dursasana. Bima menyudahi perjalanan hidupnya. Dursasana mati dibunuh oleh perbuatannya sendiri melalui tangan Bima. Ini buah dari Dursasana tidak mendengar nasehat dari Togog. (4, Bersambung)

*******

*) Oleh: Hadi Suyono, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Pewarta : A Riyadi
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.