TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mencatat 13 kasus gagal ginjal akut progresif atipikal atau tidak khas selama kurun waktu Januari-Oktober 2022.
Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut pada Anak RSUP Dr Sardjito, mengungkapkan bukan paracetamol yang menjadi pemicu penyakit tersebut.
Anggota Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut pada Anak RSUP Dr Sardjito, dr Kristia Hermawan MKes SpA, mengugkapkan gagal ginjal akut ini sebenarnya bukan penyakit baru, tapi timnya melihat, kasus kali ini perjalanan ke arah memburuknya begitu cepat.
"Maka, gagal ginjal akut ini disebut atipikal karena polanya tidak khas, membuat pasien yang terpapar bisa masuk ke kategori derajat berat dalam beberapa hari ke depan," jelasnya, Kamis (20/10/2022).
Sejauh ini RSUP Dr Sardjito menangani 13 kasuspasien anak gagal ginjal. Enam anak meninggal dunia, tiga dinyatakan sembuh dan empat anak masih menjalani rawat inap.
Kristia mengungkapkan 13 pasien anak yang datang ke RSUP Dr Sardjito sudah dalam kondisi gagal ginjal derajat berat. Sehingga, gagal ginjal akut derajat berat itu menyebabkan komplikasi pada organ dan pendarahan.
Sedangkan dr Retno Palupi yang juga menjadi tim penanganan mengatakan, hingga kini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih menginvestigasi kasus dari kasus ini.
"Masih dalam investigasi, jadi butuh waktu. Sampai saat ini belum bisa disimpulkan apa sebabnya," ucap Retno.
Menurutnya tiga pasien anak bisa cepat sembuh karena mereka tidak memiliki banyak komplikasi penyakit. Termasuk, pembekuan darahnya tidak terlalu tingti sehingga komplikasi organ tidak setinggi pasien meninggal.
"Saran bagi orangtua, terutama yang memiliki anak di bawah usia enam tahun, maka orangtua harus perhatian terhadap anak dengan melakukan deteksi dini kesehatannya," terang dia.
Salah satu yang perlu diwaspadai antara lain adanya gejala penurunan volume atau frekuensi urine atau tidak ada urine baik dengan atau tanpa gejala demam. Selain itu, munculnya gejala diare dan batuk pilek perlu pula diwaspadai.
"Orangtua yang memiliki anak terutama yang berusia balita, dihimbau sementara tidak mengkonsumsi obat obatan yang didapatkan secara bebas tanpa anjuran dari tenaga kesehatan yang kompeten sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah," ujarnya.
Sementara Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji, menegaskan temuan kasus gagal ginjal akut pada anak menjadi perhatian Pemda DIY. Saat ini pihaknya tengah mencoba mencari tahu penyebabnya.
"Kita harus coba analisis betul, kita cari penyebabnya. Yang ketahuan baru 13, takutnya ada yang lain. Kita sama-sama antara akademisi, rumah sakit, laboratorium, Dinkes untuk cari penyebabnya. Apakah ini hanya kasus, atau ada hal lain yang harus kita lakukan. Apakah harus imunisasi, atau apa, supaya tidak tambah-tambah," jelasnya.
Sekda meminta Dinas Kesehatan DIY untuk menghubungi puskesmas dan fasilitas kesehatan untuk mengidentifikasi kemungkinan kasus lain. Ia meminta puskesmas dan fasilitas layanan kesehatan sebagai ujung tombak untuk segera melaporkan bila ada temuan.
Selain puskesmas, Baskara Aji juga mendorong posyandu untuk turut mengidentifikasi kasus. Pasalnya masih ada kemungkinan temuan kasus lain di DIY.
"Orangtua juga harus mulai waspada. Karena kasus 13 di DIY ini angka yang besar. Kalau ini tidak disosialisasikan, nanti kemudian menyepelekan, mana mungkin anak-anak kena gagal ginjal, " tuturnya.
Baskara Aji berharap tidak ada penambahan kasus lagi di DIY. Ia pun mengimbau agar orangtua segera memeriksakan buah hatinya jika mengalami gejala gagal ginjal akut dan melakukan cek urine.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, menjelaskan anak-anak yang terkena gagal ginjal akut tersebut menunjukan gejala demam, batuk, pilek disertai penurunan volume urine, harus segera dibawa ke rumah sakit.
Pembajun mengungkapkan sejumlah gejala dari penyakit ginjal akut ini di antaranya demam, batuk pilek,mual atau muntah pada anak.
Kemudian pada hari ketiga hingga kelima, volume urine pada anak tersebut mulai menurun, urine berwarna keruh. Bahkan ada beberapa anak yang tidak bisa mengeluarkan urine.
"Urine sangat sedikit, karena tidak ada yang bisa dikeluarkan. Ketika sudah seperti ini harus diwaspadai, jangan-jangan ginjal tidak bisa berfungsi dengan baik, maka harus segera dibawa ke fasyankes secepatnya," ungkapnya
Meski demikian, masyarakat tidak perlu khawatir atau panik berlebihan dalam merespons kondisi ini.
Dia meminta masyarakat agar tetap mewaspadai penularan Covid-19 dengan tetap menjaga prokes, karena ada kasus yang disebabkan oleh komplikasi Covid-19. Kasus ini sedang diteliti parapakar dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan.
Menurutnya banyak pihak yang masih kebingungan karena anak-anak yang terkena tak memiliki catatan gagal ginjal. "Makanya sering disebut ini misterius karena tidak diketahui apa penyebabnya, ini gagal ginjal tetapi tidak diketahui penyebabnya," ujarnya terkait fenomena gagal ginjal akut ini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tim Medis RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Sebut Gagal Ginjal Akut Bukan Penyakit Baru
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Ronny Wicaksono |