TIMES JOGJA, JOGJA – style="text-align:justify">Bagi banyak wisatawan mancanegara, perjalanan melintasi Jawa menggunakan kereta api bukan sekadar perpindahan dari satu kota ke kota lain. Ia adalah petualangan budaya, panorama alam, dan cerita kemanusiaan yang tidak bisa mereka dapatkan dari moda transportasi lain.
Itulah yang tampak dari data PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta (KAI Daop 6) yang mencatat, sepanjang Januari hingga September 2025, ada 127.660 penumpang warga negara asing (WNA) yang menggunakan layanan kereta api di wilayah operasionalnya.
Angka itu meningkat sekitar 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di balik statistik itu, tersimpan ribuan cerita wisatawan dari berbagai negara yang jatuh cinta dengan pengalaman sederhana: menatap sawah hijau dari balik jendela gerbong.
Salah satu di antaranya adalah Lucas Meyer, wisatawan asal Jerman yang baru pertama kali datang ke Indonesia. Ia memilih kereta api untuk menjelajahi Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
“Saya suka naik kereta karena bisa melihat kehidupan masyarakat dari dekat. Anak-anak melambaikan tangan di pinggir rel, dan setiap stasiun punya cerita. Ini pengalaman yang sangat lokal dan hangat,” ujar Lucas sambil tersenyum di Stasiun Yogyakarta dalam siaran pers, Sabtu (11/10/2025).
Cerita Lucas hanyalah satu dari ribuan kisah serupa. Banyak turis asing mengaku bahwa perjalanan dengan kereta memberi mereka kesempatan mengenal Indonesia dengan cara yang lebih autentik dan tenang.
Yogyakarta Jadi Titik Favorit Wisatawan Dunia
Menurut data KAI Daop 6, Stasiun Yogyakarta menjadi pintu masuk utama wisatawan mancanegara dengan 103.620 penumpang naik dan turun di periode sembilan bulan pertama 2025. Disusul Stasiun Lempuyangan (10.297 penumpang) dan Stasiun Solo Balapan (9.404 penumpang).
Manager Humas KAI Daop 6 Yogyakarta, Feni Novida Saragih, menilai peningkatan ini bukan hanya soal angka, tapi juga soal kualitas pengalaman perjalanan yang ditawarkan.
“Turis asing banyak yang mengatakan bahwa perjalanan menggunakan kereta api membuat mereka merasa lebih dekat dengan budaya Indonesia. Mereka bisa menikmati alam, keramahan masyarakat, hingga kuliner khas di setiap kota yang disinggahi,” ungkap Feni.
Feni menjelaskan, kereta kini tidak hanya menjadi alat transportasi, melainkan juga bagian dari pengalaman wisata itu sendiri. Rute-rute favorit seperti Yogyakarta–Solo, Yogyakarta–Semarang, hingga Yogyakarta–Surabaya menawarkan panorama sawah, gunung, dan desa-desa yang menjadi daya tarik tersendiri bagi turis mancanegara.
“Kami terus meningkatkan layanan, seperti fasilitas ramah wisatawan, informasi dalam bahasa asing, serta kemitraan dengan sektor pariwisata lokal. Kami ingin kereta api menjadi bagian penting dari perjalanan berkesan mereka di Indonesia,” tambahnya.
Wisata Rel, Simbol Indonesia yang Ramah
Tren naiknya minat wisatawan asing terhadap kereta api juga menunjukkan pergeseran gaya liburan global ke arah wisata berkelanjutan. Para turis kini lebih memilih moda transportasi yang ramah lingkungan dan memberi dampak positif bagi masyarakat lokal.
Dengan tarif terjangkau, konektivitas antarkota yang mudah, serta pemandangan yang memanjakan mata, tak heran jika kereta menjadi pilihan utama mereka untuk menikmati Yogyakarta dan sekitarnya.
Di dalam setiap gerbong, selalu ada pertemuan lintas budaya. Seorang pedagang kecil menawarkan makanan tradisional, anak muda lokal berbincang dengan turis asing, atau pemandangan senyum petugas yang membantu wisatawan mencari kursi mereka. Semua itu menjadikan perjalanan dengan kereta api lebih dari sekadar perjalanan fisik — tapi perjalanan batin yang menghangatkan.
Yogyakarta, dengan segala pesonanya, kini bukan hanya dikenal lewat candi dan kulinernya, tetapi juga lewat suara roda besi yang berlari di atas rel, membawa pesan bahwa pariwisata Indonesia sedang bergerak maju bersama kereta api. (*)
Pewarta | : A Riyadi |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |