TIMES JOGJA, SLEMAN – Pisang merupakan komoditas buah yang populer di kalangan masyarakat. Pisang merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi masyarakat tanpa terkecuali bagi masyarakat Kabupaten Sleman.
Selain kuliner jadah tempe, Kawasan Wisata Kaliurang pernah dikenal sebagai sentra penjualan pisang mas. Sehingga, banyak wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata andalan di Kabupaten Sleman tersebut saat pulangnya membawa oleh-oleh pisang mas.
Buah yang memiliki rasa manis dan legit ini memiliki harga yang sangat terjangkau serta menjadi komoditas yang mudah diolah. Kandungan yang dimiliki buah pisang seperti serat, magnesium, vitamin B6, vitamin C, potassium, zat tembaga serta karbohidrat sangat dibutuhkan tubuh.
Sebagaimana kita ketahui sebagian besar pisang dapat dikonsumi secara langsung sebagai buah meja (banana). Contohnya pisang raja, ambon, mas, cavendish, barangan. Serta ada pula yang perlu diolah/dimasak terlebih dahulu (plantain) antara lain pisang kapok, raja nangka, tanduk, dan lain-lainnya.
Selain itu, terdapat pula jenis pisang-pisangan yang keberadannya memang tidak untuk dikonsumsi. Misalnya pisang hias: jenis kipas, sangga buana, monyet, dan raja seribu. Atau jenis pisang Abaka (Musa textilis) yang dimanfaatkan serat batangnya untuk di buat tali maupun untuk industri.
Di Indonesia, terdapat ratusan jenis pisang yang tumbuh di berbagai wilayah. Potensi inilah yang masih sangat perlu untuk dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Sleman, Suparmono mengatakan, di Kabupaten Sleman produksi buah pisang pada tahun 2022 lalu (angka sementara) adalah 6.499,6 ton atau naik sebesar 100,42% dari tahun 2021 yaitu sebesar 3.243 ton.
"Produksi pisang tersebar di 17 kapanewon se Kabupaten Sleman, dengan kuantitas produksi tertinggi di Kapanewon Prambanan diikuti Kapanewon Ngemplak, Cangkringan dan Sleman," kata Suparmono kepada TIMES Indonesia, Jumat (27/1/2023)..
Sedangkan sistem budidaya yang dilakukan, mayoritas masih tersebar di pekarangan warga. Beberapa lokasi yang diusahakan secara hamparan diantaranya adalah oleh PT. Pesona Republik Pisang seluas 4 Ha atau dengan populasi 8.000 pohon jenis cavendist yang diusahakan di Bedoyo, Wukirsari, Cangringan.
Selain itu, terdapat pula blok penanaman di antaranya seperti di Pisangan, Tridadi, Sleman serta Jamusan, Bokoharjo, Prambanan namun dengan luasan yang masih terbatas.
Berdasarkan data dari BPS, konsumsi per kapita seminggu tahun 2022 untuk komoditas pisang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu pisang ambon dan pisang lainnya.
Di Kabupaten Sleman konsumsi per kapita seminggu pisang ambon sebesar 0,078 kg dan jenis pisang lainnya sebesar 0,164 kg. konsumsi perkapita seminggu pisang ini hanya kalah dari buah papaya yaitu 0,171 kg dan jeruk sebesar 0,124 kg. Kebutuhan pisang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Sleman cukup besar.
Berdasarkan data BPS, untuk jumlah penduduk tahun 2021 di Kabupaten Sleman adalah 1.136.474 jiwa, apabila dikalikan dengan konsumsi per kapita seminggu, maka kebutuhan per tahun komoditas pisang sekitar 13.201 ton.
Sehingga apabila dibandingkan dengan angka produksi tahun 2022 sekitar 6.499,6 ton maka produksi tersebut baru mendukupi sekitar 49,23%.
Nah, dengan melihat peluang pasar yang sangat besar untuk pemenuhan konsumsi pisang di Kabupaten Sleman. menurut Suparmono, maka sudah sepantasnya pisang menjadi salah satu komoditas prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Sleman. (*)
Pewarta | : Fajar Rianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |