https://jogja.times.co.id/
Opini

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Pilar Indonesia Emas 2045

Jumat, 31 Januari 2025 - 18:32
7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Pilar Indonesia Emas 2045 Fikri Haikal, Aktivis Pegiat Pendidikan Indonesia.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dicanangkan Abdul Mu’ti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) merupakan bagian dari Asta Cita Ke-4 dalam visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.

Istilah “kebiasaan”, mengingatkan penulis pada seorang filsuf asal Amerika Serikat yang dikenal sebagai bapak psikologi, William James. James menulis buku tentang “Habit”, isinya menganai filsafat dan psikologi kebiasaan. 

Jemas menyatakan, “Setiap rangkaian tindakan mental yang sering diulang cenderung untuk terus berlanjut; sehingga kita secara otomatis terdorong untuk berpikir, merasakan, atau melakukan apa yang biasa kita pikirkan, rasakan, atau lakukan, dalam keadaan yang sama.”

Jame pada kesimpulan akhirnya, menyatakan bahwa kebiasaan baik memperkuat karakter seseorang, kebiasaan buruk dapat menghambat perkembangan individu, serta lingkungan dan latihan berperan penting membentuk kebiasaan.

Kaitanya dengan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat ini, jika anak-anak dibiasakan pola hidup disiplin, produktif, dan memiliki nilai-nilai luhur, mereka akan tumbuh menjadi individu dengan karakter yang kuat. Pun sebaliknya, kebiasaan buruk yang dibiarkan berkembang justru menghambat potensi mereka.

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yaitu Bangun Pagi, Beribadah, Berolahraga, Makan Sehat dan Bergizi, Gemar Belajar, Bermasyarakat, dan Tidur Cepat. Gerakan ini menjadi tonggak penting dalam upaya menciptakan generasi emas Indonesia menuju tahun 2045.

Pendidikan Karakter sebagai Pilar Utama
Tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat tidak terlepas dari teori pendidikan karakter. Thomas Lickona pernah menyatakan bahwa karakter itu terdiri dari tiga dimensi utama, yaitu Moral Knowing (memahami baik dan buruk), Moral Feeling (dorongan emosional melakukan kebaikan), dan Moral Action (mewujudkan nilai moral dalam kehidupan sehari-hari).

Pendidikan karakter pada prinsipnya, bukan hanya membentuk individu secara intelektual, melainkan jua membentuk secara emosional. Perlu dicatat, pembentukan tidak hanya melalui pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman, interaksi sosial, dan keteladanan.

Abdul Mu’ti dalam sambutannya, Gerakan 7 Kebiasaan  Anak Indonesia Hebat, bahwa pendidikan tidak hanya tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun karakter. Artinya, anak-anak Indonesia diarahkan dapat menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, sosial, dan spiritual.

Menghidupkan Nilai Tradisional

Kecanduan dan ketergantungan pada gedget tidak terelakan di era digitalisasi. Akibatnya, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar, daripada berinteraksi bersama teman sebayanya.

Data BPS yang di rilis tahun 2024, pengguna gadget untuk anak usia dini di Indonesia sebanyak 33,44%, dengan rincian 25,5% pengguna anak usia 0-4 tahun, 52,76% anak berusia 5-7 tahun. 

Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia, lebih 71,3% anak usia sekolah memiliki gadget dan memainkannya dalam porsi yang lama, serta sebanyak 79% responden anak boleh main gedget selain untuk belajar.

Abdul Mu’ti sadar betul fenomena ini, terlihat dalam pernyataannya bahwa ingin menghidupkan kembali nilai-nilai tradsional Indonesia yang positif, seperti bermain bersama teman sebaya, mengurangi ketergantungan pada gedget, dan membangun kebiasaan bangun pagi untuk memulai hari dengan produktif. Ini terpampang jelas melalui kebiasaan gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.

Sinergisitas sebagai Kunci

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat tentunya tidak bisa berjalan sendirian. Perlu ada dukungan dari berbagai sektor, misalnya keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan ini yang memastikan pembentukan karakter dapat terwujud secara berkelanjutan.

Abdul Mu’ti seringkali menegaskan bahwa pembangunan Sumber Daya Manusia, tidak hanya berorientasi pada akademik dan ekonomi semata, tetapi juga harus memiliki dimensi sosial dan spiritual.

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, bukan sekedar program jangka pendek, melainkan investasi besar untuk masa depan bangsa. 

Kebiasaan tertanam dengan baik, maka Indonesia akan memiliki generasi yang tidak hanya cerdas dan inovatif, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan mampu membawa negara menuju kejayaan di pentas Dunia.

Mencapai Indonesia Emas 2045, kita harus memulainya dari sekarang, dengan membangun kebiasaan baik pada anak-anak bangsa, karena merekalah  harapan dan masa depan bangsa. Mari kita wujudkan bersama.

***

*) Oleh : Fikri Haikal, Aktivis Pegiat Pendidikan Indonesia.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.