https://jogja.times.co.id/
Opini

Mengapa Boikot Produk Terafiliasi Israel Penting

Senin, 08 September 2025 - 10:26
Mengapa Boikot Produk Terafiliasi Israel Penting Hilma Fanniar Rohman, Dosen di Universitas Ahmad Dahlan.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Setiap hari kita berbelanja. Dari kebutuhan pokok hingga gaya hidup, hampir semua yang kita beli berasal dari rantai produksi global yang panjang. 

Namun, jarang kita bertanya: ke mana uang itu akhirnya mengalir? Di sinilah letak persoalan pentingnya boikot produk terafiliasi Israel. 

Membicarakan boikot bukanlah soal fanatisme sempit, melainkan tentang etika konsumsi tentang bagaimana keputusan kecil kita bisa menjadi bagian dari perjuangan besar untuk kemanusiaan.

Tragedi yang menimpa rakyat Palestina telah berlangsung puluhan tahun. Setiap hari, berita tentang blokade, serangan, dan penderitaan warga sipil terus menghiasi layar dunia. 

Pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan oleh orang biasa yang tidak punya pengaruh dalam politik internasional? Jawabannya sederhana: mengubah cara kita berbelanja.

Menolak membeli produk yang keuntungan bisnisnya digunakan untuk mendukung agresi adalah bentuk nyata solidaritas, meski tampak kecil. Setiap rupiah yang tidak kita belanjakan pada produk terafiliasi Israel adalah pernyataan moral: saya tidak ingin ikut membiayai ketidakadilan.

Boikot juga memiliki landasan sejarah yang kuat. Dunia pernah menyaksikan bagaimana aksi boikot internasional membantu mempercepat runtuhnya apartheid di Afrika Selatan. Ribuan perusahaan ditekan untuk menarik investasi, jutaan orang menolak membeli produk yang terhubung dengan rezim diskriminatif.

Tekanan global itu, yang dimulai dari kesadaran konsumen, akhirnya berkontribusi signifikan pada tumbangnya sistem yang tidak adil. Ini membuktikan bahwa kekuatan warga biasa, ketika terakumulasi, mampu memberi dampak besar pada perubahan global.

Selain aspek moral dan sejarah, boikot juga punya dimensi politik sipil. Politik sering dipahami sebagai urusan elite, tetapi sebenarnya setiap warga bisa memainkan peran politik melalui pilihan ekonominya. Korporasi multinasional hidup dari pasar. 

Jika konsumen bersatu menolak, korporasi tidak punya pilihan selain mengevaluasi kebijakannya. Dengan demikian, boikot adalah bentuk “diplomasi moral” yang datang dari bawah dari orang-orang biasa yang menolak diam.

Tidak kalah penting, boikot bisa menjadi peluang bagi bangsa kita sendiri. Selama ini kita sering merasa bergantung pada produk luar negeri, padahal banyak alternatif lokal yang kualitasnya tidak kalah bersaing. Boikot justru dapat membuka jalan bagi penguatan produk dalam negeri. 

Dengan beralih ke produk lokal, masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan industri nasional, memperluas lapangan kerja, dan memperkuat kemandirian ekonomi. Solidaritas kemanusiaan dan kepentingan bangsa, dalam hal ini, berjalan beriringan.

Memang, ada yang sinis terhadap gerakan boikot. Mereka berpendapat bahwa boikot tidak akan sanggup menghentikan perang atau mengubah kebijakan Israel. Pandangan ini keliru jika melihat sejarah. 

Boikot tidak selalu berdampak instan, tetapi ia menanamkan kesadaran, membangun opini publik, dan menciptakan tekanan jangka panjang. Lebih dari itu, boikot mengingatkan dunia bahwa kemanusiaan tidak boleh ditawar oleh kepentingan bisnis.

Hari ini, di era digital, boikot menjadi semakin mudah dilakukan. Informasi tentang produk apa saja yang perlu dihindari bisa tersebar cepat melalui media sosial. 

Generasi muda yang lebih melek informasi bahkan mampu mengubah boikot menjadi gerakan kultural yang viral, menyentuh kesadaran publik lebih luas. Dari ruang maya hingga toko terdekat, suara penolakan bisa bergema dengan cara yang lebih efektif dibanding era sebelumnya.

Boikot produk terafiliasi Israel adalah lebih dari sekadar aksi konsumen. Ia adalah refleksi dari keberanian untuk memilih, untuk menegaskan identitas moral: kita berpihak pada kemanusiaan, bukan pada keuntungan semata. 

Ia adalah cara sederhana untuk menunjukkan bahwa kita peduli, dan bahwa setiap tindakan kecil tetap berarti. Jika dilakukan bersama-sama, boikot bukan sekadar menolak, tetapi membangun dunia yang lebih adil.

***

*) Oleh : Hilma Fanniar Rohman, Dosen di Universitas Ahmad Dahlan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.