TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Menyemarakkan Bulan Merdeka Belajar, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta bekerjasama dengan perguruan tinggi negeri dan swasta serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) DIY menggelar Workshop dan Gladhen Jemparingan di Museum Benteng, Vredeburg, Yogyakarta, Jumat (24/5/2024).
Koordinator Kegiatan Jemparingan, Lutse Lambert Deniel Morin, mengatakan, workshop dan gladen Jemparingan ini diikuti oleh berbagai latar belakang profesi diantaranya Mahasiswa, Guru, Dosen, dan anggota TNI. Dalam kegiatan ini, tercatat 50 pengunjung museum mengikuti workshop, sedangkan gladhen atau perlombaan Jemparingan diikuti oleh 56 atlet jemparingan.
"Semua peserta yang datang dari wilayah Jogjakarta dan Klaten sangat antusias untuk mengikuti workshop maupun gladhen karena untuk melesatkan anak panah ke target sasaran bukanlah pekerjaan yang mudah," kata Lutse, yang juga sebagai Dosen ISI Yogyakarta, Sabtu (25/5/2024).
Jemparingan, terangnya, merupakan olah raga panahan tradisional dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau dikenal juga dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta. Pada mulanya, jemparingan hanya dilakukan di kalangan keluarga Kerajaan Mataram hingga dijadikan sarana perlombaan di kalangan prajurit kerajaan.
Namun seiring waktu, seni memanah ini semakin diminati dan dimainkan oleh banyak orang dari kalangan rakyat biasa. Berbeda dengan gaya panahan lainnya, jika biasanya dilakukan sambil berdiri, Jemparingan dilakukan dalam posisi duduk bersila dan dengan menggunakan baju adat jawa.
Dijelaskannya workshop jemparingan didesain bagi pengunjung atau masyarakat yang belum pernah merasakan pengalaman jemparingan, sedangkan gladhen merupakan perlombaan panahan yang diperuntukkan bagi atlet jemparingan.
Lebih lanjut disampaikan pemilihan jemparingan sebagai salah satu agenda kegiatan Semarak Bulan Merdeka Belajar merupakan upaya preservasi budaya dan seni tradisi karena olah raga ini syarat akan filosofi.
"Semoga kegiatan ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar mulai mengenal dan mencintai jemparingan dan yang lebih penting juga dapat menarik minat pengunjung museum," tandasnya. (*)
Pewarta | : Edy Setyawan |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |