https://jogja.times.co.id/
Berita

Pasar Kangen Jogja 2024, Daulat Pangan di Tengah Isu Sampah

Kamis, 04 Juli 2024 - 21:50
Pasar Kangen Jogja 2024, Daulat Pangan di Tengah Isu Sampah Suasana Pasar Kangen JOgja 2024 di Komplek Taman Budaya Yogyakarta. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)Foto B: Ong Hari Wahyu, Penggagas Pasar Kangen Jogja. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)Foto C: Keramaian pengunjung Pasar Kangen JOgj

TIMES JOGJA, YOGYAKARTAPasar Kangen Jogja 2024 resmi dibuka mulai hari ini, Kamis, 4/7/2024, di kompleks Taman Budaya Yogyakarta. Kegiatan yang menyihir banyak pengunjung ini, pada tahun 2024 sudah memasuki gelaran yang ke-17 sejak pertama kali digelar pada tahun 2007.

Pasar Kangen Jogja 2024 mengusung tema “Natas-Nitis-Netes”. Natas atau tatas artinya selesai dengan sempurna. Sedangkan Nitis berasal dari kata Titis yang bermakna tepat sasaran. Sementara Netes atau tetes adalah pemaknaan simbol keberhasilan.

Ong Hari Wahyu, penggagas dan koordinator Pasar Kangen Jogja mengatakan, penjabaran tema Natas-Nitis-Netes pada Pasar Kangen Jogja 2024 ini merupakan ikhtiar, bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan baik dan tepat akan membuahkan hasil yang baik. Dalam konteks Pasar Kangen, ujar Ong Hari Wahyu, adalah untuk menuju pada kedaulatan pangan yang dihasilkan dari bumi kita.

Karena yang ingin disampaikan Pasar Kangen sejak pertama kali digelar tahun 2007 ide dasarnya adalah, upaya melestarikan makanan tradisional yang setiap hari digempur makanan-makanan produk dari luar negeri.

Pada tahun 2024 ini, Pasar Kangen menggelar 289 lapak pedagang yang telah lolos kurasi dari 1200 pendaftar yang telah mengajukan formulir sebagai penjual di Pasar Kangen. Dari 289 lapak pedagang yang telah lolos kurasi itu paling banyak diisi oleh pedagang kuliner sebanyak 187 lapak. Sedangkan 102 lainnya diisi oleh lapak pedagang barang klithikan atau barang lawasan. Sisanya berjumlah 8 lapak diisi oleh beragam jenis workshop, serta berbagai seni pertunjukan dari berbagai komunitas seni yang dipentaskan di panggung pertunjukan selama Pasar Kangen berlangsung hingga 13 Juli 2024.

Di lokasi acara, Ong Hari Wahyu bercerita, jumlah penjual atau pedagang yang saat ini membludak berbeda jauh dengan Pasar Kangen pada saat pertama kali digelar pada tahun 2007.

Dulu, cerita Ong Hari Wahyu, saat Pasar Kangen pertama kali digelar, hanya ada sepuluh pedagang yang mau terlibat. Itupun panitia memberikan subsidi untuk kebutuhan produksi agar mereka mau datang dan berjualan, ujar Ong Hari Wahyu, mengenang.

Dua tahun pelaksanaan Pasar Kangen, lanjut Ong Hari Wahyu, pengunjung juga masih sepi. Para penjualnya juga harus diundang dulu, dan dulu itu pengunjung juga tidak banyak, sepi. Baru pada tahun keempat Pasar Kangen mulai ramai. Karena saat ada 125 penjual yang ikut meramaikan. Media juga mulai tertarik mewartakan sehingga pengunjung mulai bertambah banyak.

Dalam buku “Aja Lali Jajan: Pasar Kangen Jogja dan Ide Kedaulatan Pangan” yang ditulis Rifai Asyhari, keberadaan Pasar Kangen awalnya merupakan program trauma healing yang digagas oleh beberapa seniman yang dimotori oleh Ong Hari Wahyu, usai Yogyakarta dilanda gempa besar pada tahun 2006. Lalu pada tahun 2007, para seniman itu mengajak anak-anak berlatih tari, sebagai upaya untuk melupakan trauma gempa. Setelah sekian lama berlatih, anak-anak ini lalu diajak untuk mementaskan hasil latihannya di Taman Budaya Yogyakarta untuk disaksikan bersama.

Dalam pikiran Ong Hari Wahyu saat itu, biasanya dalam tradisi pementasan wayang di Jawa, suasananya akan semakin meriah jika terdapat penjual makanan tradisional.

Antarpedagang saling memberikan informasi pusat keramaian sehingga mereka berdatangan dengan sendirinya. Pedagang yang biasanya berdagang sendiri atau pedagang keliling biasanya akan menuju ke tempat acara yang ramai oleh pengunjung karena peluang pendapatannya tentu akan lebih banyak. Karena serupa pekan raya, di mana ada keramaian, di situ pula banyak pedagang berdatangan untuk menggelar lapak dagangannya.

Makanya, Ong Hari Wahyu dan para seniman, kemudian mencari para penjual jajanan tradisional agar mau membuka lapak. Mereka diundang datang untuk berjualan. Namun lazimnya sebuah acara baru, upaya ini ternyata tidak mudah. Pada tahun awal itu hanya ada sedikit pedagang yang mau ikut.

Namun daya juang Ong Hari Wahyu dan timnya memang patut diacungi jempol. Saat ini Pasar Kangen semakin ramai seperti yang terlihat hari ini. hari ini pada gelaran yang ke-17 kalinya sejak dimulai tahun 2007. Orang-orang dari dalam dan luar Yogyakarta seperti tersihir untuk selalu datang menyambut kehadiran Pasar Kangen Jogja. Setiap hari ribuan orang memadati lokasi Pasar Kangen. Mereka sepertinya benar benar ingin melepas rasa kangennya dengan jajan makanan tradisional yang mengingatkan mereka pada masa lalu. Bernostalgia dengan kuliner zaman dulu.

Mulai dari penganan clorot, jenang, dawet, cenil, dan penganan tradisi lainnya. Selain jajan, para pengunjung bisa berbelanja barang barang antik yang ada di lapak Pasar Kangen, juga bisa bersantai menyaksikan pertunjukan seni.

Pasar Kangen dan Isu Sampah

Akhir-akhir ini Yogyakarta ramai menjadi pembicaraan serius dalam pengelolaan sampah. Hal ini juga menjadi perhatian Ong Hari Wahyu dan timnya dalam pelaksanaan Pasar Kangen 2024.

Karena dalam pemikiran Ong hari Wahyu, dengan adanya Pasar kangen maka akan timbul sampah baru yang berasal dari ribuan pengunjung yang berdatangan menikmati jajanan. Saat ini Pasar Kangen telah bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan sampah selama acara berlangsung. Pihak Pasar Kangen membuat aturan ketat terhadap siapa pun, baik pedagang maupun pengunjung.

Pihak Pasar Kangen, kata Ong Hari Wahyu, menekankan pada setiap pengunjung harus taat pada aturan agar membuang sampah pada tempatnya. Saat ini di area Pasar Kangen terdapat banyak titik-titik tempat sampah yang tiap titik terdiri 2 tempat sampah: organik dan sampah plastik.

Ong Hari Wahyu mengatakan, ini upaya dari kami untuk selalu mengingatkan pengunjung akan pentingnya kesadaran pemilahan sampah. Tahun ini, ujarnya, Pasar Kangen telah menerapkan aturan untuk tidak memperbolehkan penggunaan tas plastik, paling tidak meminimalisir plastik. Para pedagang diharuskan memakai pembungkus makanan berbahan kertas atau bahan yang ramah lingkungan, harapan kami kepedulian terhadap kesehatan lingkungan dan kepedulian menjaga bumi kita ini terus berlanjut seterusnya, pungkas Ong Hari Wahyu. (*)

Pewarta : Eko Susanto
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.