TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – style="text-align:justify">Meski telah menyandang status bebas malaria sejak 2014, Pemerintah Kota Yogyakarta mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap penyakit tersebut. Pasalnya, tingginya mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis membuat potensi penularan malaria tetap ada.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, menegaskan bahwa seluruh kasus malaria yang ditemukan di Yogyakarta saat ini merupakan kasus impor—yakni penularan yang terjadi di luar kota.
“Kota Yogyakarta tetap harus melakukan upaya pemeliharaan untuk mempertahankan status bebas malaria. Masyarakat perlu mewaspadai dan mencegah penyakit ini,” kata Lana, Rabu (13/8/2025).
Data Dinas Kesehatan menunjukkan, sejak Januari hingga Agustus 2025 terdapat 39 kasus malaria impor di Kota Yogyakarta. Kasus tersebut meliputi warga lokal yang tertular saat berada di luar Jawa, seperti anggota TNI/Polri yang pulang penugasan dari daerah endemis. Kemudian, pendatang yang kini berdomisili di Yogyakarta, seperti mahasiswa dari Papua, NTT, atau Maluku yang sebelumnya tertular di daerah asal.
Daerah Endemis Masih Banyak di Timur Indonesia
Lana menjelaskan, malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp betina. Daerah endemis malaria di Indonesia masih banyak ditemukan, terutama di Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku.
Gejala malaria yang umum meliputi:
- Demam tinggi
- Pusing
- Berkeringat dan menggigil
- Lesu
- Mual dan muntah
- Sakit perut hingga diare
“Kalau habis bepergian dari daerah endemis dan mengalami gejala tersebut, segera periksa ke puskesmas atau rumah sakit. Malaria bisa sembuh jika cepat diobati,” tegasnya.
Kota Yogyakarta kini menjadi salah satu lokasi assesment sertifikasi bebas malaria tingkat Provinsi DIY. Pemerintah berkomitmen untuk terus menjaga status tersebut sekaligus mendukung eliminasi malaria di wilayah DIY.
Langkah pencegahan juga terus disosialisasikan melalui Gerakan 3M Plus:
- Menguras tempat penampungan air secara rutin.
- Menutup rapat wadah air.
- Mengubur atau memanfaatkan kembali barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk.
- Plus: Menggunakan lotion antinyamuk, memasang kelambu, dan gotong royong membersihkan lingkungan.
Selain itu, pola hidup bersih dan sehat menjadi kunci untuk meminimalkan risiko penyebaran penyakit.
Dengan mobilitas penduduk yang tinggi, Pemkot Yogyakarta mengingatkan bahwa status bebas malaria bukan berarti bebas risiko. Masyarakat diharapkan tetap waspada, terutama bagi mereka yang sering bepergian ke daerah endemis. (*)
Pewarta | : A Riyadi |
Editor | : Faizal R Arief |