TIMES JOGJA, BANTUL – Kabupaten Bantul kini semakin dikenal dengan kuliner sate klatak yang menggugah selera. Terlebih, ada sekitar 200 warung sate yang tersebar di 17 kecamatan, dan salah satu yang terbesar adalah Sate Pak Pong, yang memiliki tiga lokasi besar.
Dari jumlah warung tersebut, memerlukan pasokan daging yang sangat besar, dengan pemotongan domba mencapai 700-800 ekor per hari, yang kemudian dibagi untuk kebutuhan 200 warung sate di Bantul.
Namun, meskipun Kabupaten Bantul dikenal dengan kuliner sate klatak, pasokan bahan baku domba untuk memenuhi kebutuhan tersebut masih mengandalkan daerah luar Bantul.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul, Joko Waluyo, mengungkapkan bahwa meskipun telah ada program inseminasi buatan (IB) gratis untuk domba sejak 2017, program tersebut belum memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan populasi domba lokal.
"Populasi domba di Bantul saat ini sekitar 70 ribu ekor, dari yang masih anak (cempe) hingga yang sudah siap potong. Namun, kita baru bisa memenuhi sekitar 5-7 persen dari total kebutuhan," jelas Joko Waluyo, Minggu (24/11/2024).
Sebagian besar domba yang dipotong adalah domba muda di bawah usia satu tahun.
Dengan permintaan yang sangat besar, terutama untuk warung sate klatak, Bantul masih membutuhkan pasokan dari luar daerah. Oleh karena itu, pemerintah setempat berharap adanya investasi di sektor peternakan domba untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku dan mendukung keberlanjutan industri kuliner sate klatak di Bantul. (*)
Pewarta | : Edy Setyawan |
Editor | : Deasy Mayasari |