TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Upaya Widiastuti A.Md Gz dalam meningkatkan kesadaran masyarakta terhadap perilaku hidup sehat membuahkan hasil. Buktinya, Penanggung Jawab Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) Essensial Puskesmas Gamping II Kabupaten Sleman ini sukses meraih penghargaan sebagai tenaga kesehatan teladan (Tenaga Gizi) tingkat nasional tahun 2022.
Penghargaan itu didapatkan karena ia mampu mengimplementasikan Program Inovasi Gerdu Canting Emas (Gerakan Terpadu Cegah dan atasi Stunting di periode Emas). Program ini bagian dari untuk mewujudkan pembangunan kesehatan 5 tahun ke depan (2020-2024) adalah mengurangi angka stunting.
Widiastuti mengatakan, stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan seorang anak lebih pendek jika dibandingkan dengan standar tinggi badan dan umur berdasarkan standar WHO-2005 yaitu kurang dari -2 SD (Kemenkes RI, 2020).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi balita stunting di Indonesia sudah mengalami penurunan sebesar 30.8 persen dibandingkan tahun 2013 sebesar 37,2 persen. Meskipun sudah mengalami penurunan, namun angka tersebut masih lebih tinggi daripada angka yang direkomendasikan WHO yaitu kurang dari 20 persen.
Untuk di Kabupaten Sleman sendiri dari pemantauan status gizi rutin tahun 2020 sebesar 7,24 persen dan di khusus di wilayah Puskesmas Kapanewon/Kecamatan Gamping II pada tahun 2020 sebesar 8,72 persen.
Hasil penelitian menunjukkan, faktor risiko terjadinya stunting pada anam di Indonesia seperti faktor ibu, anak, maupun lingkungan. Faktor ibu dapat meliputi usia ibu saat hamil, lingkar lengan atas ibu saat hamil, tinggi ibu, pemberian ASI ataupun MPASI, inisiasi menyusui dini dan kualitas makanan. Sedangkan faktor anak dapat berupa riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) ataupun premature. Selain itu, adanya riwayat penyakit neonatal, riwayat diare yang sering dan berulang, riwayat penyakit menular, dan anak tidak mendapat imunisasi.
Nutrisi yang tidak memadai merupakan salah satu penyebab terjadinya stunting, gagal tumbuh yang dimulai sejak dalam kandungan dan berlanjut setelah bayi lahir sebagai akibat dari praktek pemberian ASI yang tidak optimal, Pemberian MP-ASI yang tidak lengkap dan pengendalian infeksi akan mengakibatkan stunting. Oleh karena itu fokus pada masa 1000 HPK dari sejak kehamilan sampai anak usia 2 tahun sangat penting.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa keberadaan kader kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet fe. Kader dapat memotivasi, mendorong dan menyadarkan ibu hamil mengenali potensi masalah dan dapat mengembangkan potensi memecahkan masalahnya.
Karena itu, Widiastuti berinisiatif untuk membuat Program Inovasi Gerdu Canting (Gerakan Terpadu Cegah dan atasi Stunting di periode Emas) dengan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat melalui kader Pendamping ibu Hamil.
“Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan peran kader pendamping ibu hamil sebagai motivator dan pendamping bagi pendamping ibu hamil beresiko sejak masa kehamilan hingga melahirkan,” terang Widiastuti Amd Gz didampingi Kepala Puskesmas Gamping II Muhammad Daroji S.KM M.PH kepada TIMES Indonesia, Sabtu (17/12/2022).
Widiastuti menceritakan, inovasi ini bermula dari kurangnya peran pendamping ibu hamil pada masa 1000 HPK yang diketahui dari hasil evaluasi pada kader kesehatan yang sudah dilatih PMBA di Puskesmas. Salah satu contohnya adalah kader tidak optimal dalam memantau ibu hamil yang bermasalah di wilayah Puksesmas II.
Inovasi ini mulai dilakukan pada awal tahun 2021. Inovasi ini dilakukan di wilayah Kalurahan Banyuraden sebagai kalurahan yang prevalensi bumil anemia paling tinggi di antara 2 kalurahan lain di Kapanewon Gamping. Kalurahan Banyuraden terdiri dari 8 padukuhan dan 17 posyandu dengan rata-rata jumlah balita sebanyak 699.
Berdasarkan hasil pendataan ibu hamil KIA tahun 2020, angka ibu hamil anemia di wilayah Kalurahan Banyuraden sebesar 25,79 persen atau sebanyak 57 ibu hamil anemia dari 221 ibu hamil yang dipantau.
Strategi pelaksanaan inovasi upaya penanggulangan stunting dengan Program Inovasi Gerdu Canting ini diawali dengan koordinasi dengan kepala puskesmas setempat. Setelah mendengar strategi yang digagasnya, kepala puskesmas memberikan dukungan terhadap inovasi Program Inovasi Gerdu Canting ini dengan menerbitkan SK Kepala Puskesmas Gamping II Nomor 188/MUTU/014.
Selanjutnya dilakukan koordinasi tim inovasi yang terdiri dari kepala puskesmas, nutrisionis, dokter, promkes, sanitarian, dan koordinator bidan kalurahan. Kemudian tim melakukan koordinasi dengan Kalurahan Banyuraden sebagai lokus sasaran program.
“Langkah kami sangat didukung oleh Lurah Gamping bapak Sudarisman beserta ibu Kwintarti Ningsih Puspo Putri selaku Ketua Tim Penggerak PKK Banyuraden,” ungkap perempuan yang akrab dipanggil Tutut ini.
Sebagai bentuk dukungan, Lurah Banyuraden menerbitkan SK Lurah Banyuraden Nomor 32 Tahun 2021 tentang Kader Pendamping Ibu Hamil. Koordinasi dan penggalangan komitmen kader pendamping ibu hamil sebagai motivator tentang tahapan-tahapann yang harus dilakukan jika menemukan kasus ibu hamil beresiko, melakukan sosialisasi, bimtek kader Gerdu Canting, Pelaksanaan (Sosialisasi tentang IMD, ASI eksklusif, MP-ASI, Sanitasi, PHBS pada pertemuan ibu hamil, 2 kader pendamping ibu hamil mendampingi 1 ibu hamil yang beresiko, melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dengan menggunakan logbook dan form register pencatatan.
Sedangkan pemangku kepentingan yang terlibat pelaksanaan inovasi ini adalah Kepala Puskesmas Gamping II, lintas program , Dinas Kesehatan Pemkab Sleman. Lintas Sektoral seperti Panewu, Kepala Kalurahan Banyuraden , Dukuh, dan Tokoh masyarakat Kalurahan Banyuraden.
Sumber Daya Kegiatan ini antara lain Puskesmas Gamping II dengan dana BOK dan SOP, Swadaya masyarakat untuk kegiatan pertemuan kader Pendamping Ibu Hamil, Dinas Kesehatan melalui dana APBD.
Tutut menambahkan, keluaran dari Program Inovasi Gerdu Canting Emas adalah terbentuknya kader pendamping ibu hamil sebagai motivator Gerdu Canting Emas. “Adanya pendampingan kader Pendamping Ibu Hamil oleh Petugas Puskesmas maupun Kader Pendamping Ibu hamil di Kalurahan Banyuraden. Pengetahuan Ibu hamil tentang gizi pada masa kehamilan bertambah, Bumil termotivasi untuk memperhatikan kehamilannya dengan dukungan keluarga,” tuturnya.
Nah, outputnya Hb dan LILA ibu hamil yang didampingi naik menjadi normal, Berat badan Bayi baru lahir ( BBL) dan Panjang badan Bayi baru lahir (PBL) normal, Dalam jangka panjang menurunkan prevalensi balita Stunting.
Selaman implekentasi Program Inovasi Gerdu Canting, kendala yang ditemui adalah keterampilan kader pendamping ibu hamil dalam melakukan konseling masih terbatas. Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan Bimtek PMBA dan alat untuk melakukan pendampingan masih terbatas. Selain itu, solusi yang telah dilakukan pembuatan logbook untuk bumil dan form monev untuk pegangan kader untuk membantu kader Pendamping Ibu Hamil sebagai media untuk diskusi.
Ia menegaskan, upaya penanggulangan stunting melalui pemberdayaan masyarakat dengan Gerdu Canting Emas memberikan dampak yang signifikan. Yaitu, terbentuknya kader pendamping ibu hamil pada Januari 2021 dikuatkan dengan Surat Keputusan Kepala Kalurahan Banyuraden Nomor 32 tahun 2021 tentang pembentukan kader pendamping ibu hamil Gerdu Canting Emas dan terlaksananya pendampingan kepada pendamping ibu hamil.
Dari 10 bumil beresiko yang didampingi pada awal pendampingan ada 8 bumil dengan status gizi anemia sudah mengalami peningkatan status gizi menjadi tidak anemia (HB > 11gr%) , dan 8 bumil yang mengalami peningkatan status gizi melahirkan bayi dengan PBL dan BBL normal.
Inovasi Gerdu Canting Emas ini dapat berjalan secara berkelanjutan karena banyak dukungan dari berbagai pihak. Inovasi Gerdu Canting Emas ini akan direplikasi oleh Kalurahan Trihanggo dan Kalurahan Nogotirto. Puskesmas Bekerjasama dengan RSA UGM untuk membentuk Kelas Ceting (Kelas Cegah Stunting) yang pesertanya adalah Ibu Hamil beresiko. Sebagai Langkah awal sudah dilaksanakan koordinasi dengan Instalasi Gizi dan seksi Pengabdian Masyarakat RSA dan sudah dilaksanakan sosialisasi pada tanggal 24 Januari 2022.
Keberlangsungan Inovasi Gerdu Canting Emas dapat dilakukan dengan peningkatan peran dari keluarga dan tokoh masyarakat dalam penanggulangan stunting, terutama pada masa 1000 HPK dengan lebih memberikan dukungan kepada ibu sehingga pemenuhan gizi pada 1000HPK dapat tercapai. Perlu peningkatan peran dari lintas sektor dalam penanggulangan stunting.
Inovasi Gerdu Canting Emas telah mengantarkan Widiastuti menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan RI Budi Sadikin. Poses yang dilalui sangat panjang. Mulai dari tingkat kabupaten ia harus bersaing dan berhasil mengalahkan peserta dari 25 puskesmas. Kemudian, tingkat Provinsi DIY ia mengalahkan 5 pemenang tingkat kabupaten. Selanjutnya, pada tingkat nasional ia berhasil menyisihkan 30 peserta lainnya hingga berhasil masuk lima besar tenaga kesehatan teladan tingkat Nasional 2022. Penghargaan tersebut diberikan oleh Menteri Kesehatan RI Budi Sadikin pada November 2022. (*)
Pewarta | : Fajar Rianto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |