TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan bahwa pengamen yang tampil di kawasan Malioboro harus memiliki standar berbeda dan lebih berkualitas dibanding musisi jalanan di daerah lain. Hal itu disampaikan Hasto dalam acara Lomba Ngamen Musisi Jalanan Piala Panglima TNI 2025 di Museum TNI AD Dharma Wiratama.
Menurutnya, Malioboro sebagai ikon wisata utama Yogyakarta tidak boleh disuguhkan dengan pertunjukan jalanan biasa-biasa saja. Seni jalanan yang hadir harus terkurasi, terpilih, dan menampilkan kualitas terbaik agar memberi kesan positif bagi masyarakat maupun wisatawan.
“Kalau sudah mengamen di Malioboro, kualitasnya harus di atas rata-rata. Pengamen Malioboro harus berbeda dari pengamen di tempat lain, baik dari segi kemampuan musik maupun penampilan. Mereka harus terseleksi dan terkurasi, sehingga bisa memberi hiburan sekaligus meninggalkan kesan positif,” tegas Hasto, Senin (29/9/2025).
Musisi Jalanan Bisa Jadi Daya Tarik Wisata
Hasto menilai, kehadiran musisi jalanan bukan hanya sekadar pengisi suasana, tetapi juga mampu menjadi daya tarik wisata dan inspirasi bagi banyak orang. Jika diarahkan secara profesional, pengamen justru bisa mengangkat citra kota.
“Saya melihat musisi jalanan itu keren. Mereka bisa menjadi sumber inspirasi dan hiburan. Untuk Malioboro, kita ingin kualitasnya benar-benar istimewa,” imbuh Hasto.
Pemerintah Kota Yogyakarta pun berkomitmen memberikan perhatian khusus agar musisi jalanan punya ruang untuk berkembang. Harapannya, Malioboro tidak hanya dikenal sebagai pusat belanja dan kuliner, tetapi juga destinasi seni jalanan dengan karakter unik yang tidak dimiliki daerah lain.
Lomba Ngamen Jadi Wadah Kreativitas
Ajang Lomba Ngamen Musisi Jalanan Piala Panglima TNI 2025 menjadi salah satu bentuk apresiasi sekaligus wadah pengembangan bakat para musisi jalanan. Acara ini diikuti 30 peserta dari berbagai daerah di DIY dan Jawa Tengah.
Komandan Korem (Danrem) 072/Pamungkas, Brigjen TNI Bambang Sujarwo, menyebut bahwa pemenang pertama akan mewakili DIY di tingkat nasional. Lomba ini juga digelar dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-80 TNI.
“Kami berharap kegiatan ini bisa memberi semangat dan ruang bagi musisi jalanan untuk tampil lebih baik. Ke depan, Korem 072/Pamungkas juga siap memberikan pendampingan agar mereka bisa tampil di event-event besar,” jelas Bambang.
Dorongan Agar Pengamen Jogja Naik Kelas
Dengan adanya lomba dan perhatian dari pemerintah serta TNI, musisi jalanan Jogja diharapkan semakin termotivasi untuk meningkatkan kemampuan. Mereka tidak lagi dipandang sebelah mata, tetapi bisa menjadi ikon kebanggaan daerah.
“Siapa tahu usaha kecil ini bisa membuka jalan bagi teman-teman musisi jalanan agar tampil lebih profesional dan dikenal luas,” tambah Bambang.
Hadirnya konsep baru pengamen Malioboro yang berkelas dan terpilih diyakini akan memberi pengalaman berbeda bagi wisatawan. Bukan hanya sekadar jalan-jalan atau berbelanja, tetapi juga menikmati pertunjukan seni jalanan yang bisa menjadi cerita indah saat kembali dari Yogyakarta. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Wali Kota Hasto Wardoyo Minta Pengamen Malioboro Berkualitas Premium, Harus Beda dari Daerah Lain
Pewarta | : A Riyadi |
Editor | : Deasy Mayasari |