TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Peradi Pergerakan terus menunjukkan eksistensinya. Kali ini, DPC Peradi Pergerakan Wates menjalin kerjasama dengan Program Studi Hukum Program Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Kerja sama itu dengan menggelar kegiatan seminar nasional bertemakan Justice Collaborator dalam Perspektif Hukum Pidana. Kegiatan yang dilangsungkan secara hibrid ini dipusatkan di lantai 4 gedung pasca sarjana Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

"Kegiatan ini menghadirkan empat orang narasumber dan diikuti oleh para peserta baik offline maupun online kurang lebih empat ratus orang," kata Sekretaris DPC Wates Saiful Bahri Pelu SH., MH.

Kaprodi Magister Hukum Dr. Nanik Prasetyo Ningsih SH MH berharap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dapat bekerja sama berkelanjutan dengan DPP Peradi Pergerakan dalam bidang Pendidikan Penelitian dan Pengabdian.

Pemateri seminar yaitu Kompol Joko Hamitoyo SH MH menyebutkan Justice Collaborator dalam kepolisian dulunya sering disebut sebagai informan atau orang yang terlibat kejahatan namun ingin jujur. Namun saat ini hal tersebut memang harus di akomodir.

Sekjen DPP Peradi Pergerakan M. Syafei, SH, M.Sc mengulas panjang lebar Justice Collaborator dari sejumlah sisi.

Mengutip pernyataan dari Joko Hampitoyo bahwa Justice Colabolator adalah salahsatu pelaku dengan sukarela menjadi saksi membantu penyidikan, penuntutan maupun proses peradilan untuk mengungkap membuat peran suatu peristiwa pidana sampai dengan  pelaku utama dari peristiwa pidana tersebut.

Ia berpendapat bahwa keberadaan Justice Colabolator merupakan bagian dari perkembangan hukum pidana yang didasarkan pada kegelisahan. Atau kegundahan negara kita atau pendahulu dalam memberantas kejahatan yang sifatnya teroraganisir.

"Seperti korupsi, perdagangan orang, ataupun perkara TPPU, yang selama ini kita kalah canggih dengan para pelaku. Dimana para pelaku saling menutupi kejahatannya. Sehingga penyidik kesulitan mengungkapkannya," terangnya.

Sesuai keilmuannya, M Syafei kemudian menyampaikan sejumlah dasar hukum mengenai hal tersebut.

Ia juga berharap kegiatan tersebut bermanfaat bagi para peserta, khususnya mahasiswa dan masyarakat sesuai tema yang di ambil dalam kesempatan tersebut.

Ketua Indonesia Police Watch Sugeng Teguh Santoso, SH banyak menyinggung sejumlah kinerja Kepolisian.

Sugeng menyebutkan perkara Ferdy Sambo yang lagi viral dari kaca matanya. Baik soal alat bukti maupun TKP yang sudah di rusak. Sehingga, harus pakai keilmuan apa untuk membuka tabirnya kalau tidak ada seorang Justice Colabolator yakni Bharada E.

Ia juga mengapresiasi kerja Kepolisian RI yang mau mengungkap perkara ini. "Saya mendengar Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri Komjen Ahmad Dofiri yang berhasil menggugah Bharada E untuk berbicara," ungkapnya.

Jadi kalau tidak ada Bharada E belum tentu kasus itu dapat terbongkar. Karena kemampuan FS dengan jaringannya yang terorganisir mampu menutup perkara tadi.

Sedangkan pemateri yang keempat adalah Dosen Hukum Pidana Program Studi Hukum Program Magister UMY Dr. Yeni Widowaty, SH, MHum.

Sekretaris DPC Wates Saiful Bahri Pelu SH, MH kembali menambahkan kerjasama yang terjalin dengan UMY khususnya Fakultas Hukum dan Program Magister Hukum selama ini semoga bisa berjalan dengan baik.

Selain itu ia juga menyampaikan bahwasannya DPC Peradi Pergerakan yang ada di wilayah hukum Pengadilan Tinggi Yogyakarta  siap untuk menerima peserta magang atau KKN dan atau mendampingi bagi para mahasiswa UMY yang sedang melakukan penelitian. (*)