Kopi TIMES

Literasi Digital: Wujud Bebas dan Merdeka Perempuan di Ruang Digital

Rabu, 28 Desember 2022 - 19:01
Literasi Digital: Wujud Bebas dan Merdeka Perempuan di Ruang Digital Destita Mutiara, S.Sos, Magister Ilmu Komunikasi UGM.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Pernahkah kita melihat bulatan story keseharian teman-teman kita di sosial media? Atau barangkali kita sendiri yang selalu membagikan cerita kehidupan entah dengan niat membagikan pengalaman atau dengan niat bisa melihatnya lagi dikemudian hari melalui fitur arsip? Itulah fenomena yang terjadi saat ini. 

Teknologi terutama sosial media menjadi sangat dengan kehidupan sehari-hari. Seolah tiada satu hari tanpa bermain teknologi. Dibalik banyaknya informasi yang bisa didapatkan di internet, ini sekaligus menjadi boomerang, menjadi kemudahan sekaligus ancaman bagi kehidupan kita selanjutnya dengan tidak memandang jender laki-laki dan perempuan. Namun yang perlu mendapat perhatian lebih adalah interaksi perempuan dengan media sosial dan internet.

Kerentanan Penggunaan Internet

Perempuan menjadi persoalan  yang perlu menjadi sorotan dalam kajian gender, sains dan teknologi. Interaksi perempuan dengan media sosial kerapkali menjadi kontroversi sehingga menghasilkan situasi yang mencemaskan bahkan berbahaya. Kerentanan perempuan dalam penggunaan media sosial dapat terlihat dari banyaknya perempuan termakan s, informasi palsu kedehatan bahkan sampai berdampak pada postingan media sosial yang menyebabkan hilangnya jabatan fungsional (Erika,2019).

Kemudian pemerataan penggunaan internet berdasarkan informasi Statistik Telekomunikasi Indonesia BPS tahun 2020 menyebut presentase pengguna internet laki-laki masih mengungguli perempuan. Laki-laki dengan presentase 52.92% dan perempuan 47.08 % sekaligus menjadi indicator disparitas dan inventaris masalah gender.

Riset  Toward Gender Equity Online  menyebut setidaknya ada 4 alasan penyebab permasalahan gender online. Pertama, akses perempuan yang tidak merata dikarenakan kondisi geografis, hambatan waktu, hambatan mobilitas, tuntutan peran domestic yang berakibat menghambat akses perempuan terhadap internet.

Kedua, permasalahan konten dan komunitas yang ada di internet berdasarkan riset ini perempuan mengalami kendala untuk membuat, menemukan dan membagikan konten yang relevan dengan perempuan di internet. 

Ketiga, Privasi ketika menggunakan media oline dengan harus menunjukkan muka dan identitas mereka di internet membuat perempuan tidak nyaman. 

Keempat,  keamanaan perempuan dalam bermedia online meskipun bisa untuk terhubung dengan perempuan lain di intas negara, tetapi hal ini juga mengakibatkan perempuan berpikir kembali untuk mengamankan diri karena banyaknya ancaman online yang membuat diri perempuan tidak aman (BPS, 2021). 

Seolah tidak habis, salah satu kasus akibat kerentanan penggunaan teknologi yang didapatkan oleh perempuan melalui masifnya penggunaan spektrum online membuat Perempuan di ranah digital membuka banyak peluang maraknya Kekerasan Siber Berbasis Gender (KSBG) dengan sebagian besar korban adalah perempuan. Pada tahun 2021 menjadi tahun tertinggi dengan 338.496 kasus yang masuk di Komnas Perempuan dengan jenis kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan disabilitas, kekerasan dengan pelaku TNI POLRI dan kekerasan di lingkungan pendidikan. 

Motif kekerasan online ini dilakukan dalam bentuk pendekatan untuk memperdaya (cyber grooming), pelecehan online (cyber harrassment), peretasan (hacking), konten ilegal (Illegal Content), ancaman distribusi foto/video pribadi (malicious distribution), Pencemaran nama baik (Online defamation). 

Oleh karenanya dirasa perlu untuk semua kalangan terutama perempuan untuk dapat mengolah, mengananlisis informasi sebelum dan ketida mengakses informasi yang ada di internet dengan sikap kritis.

Perempuan, Data Pribadi dan Literasi Digital

Distribusi informasi yang semakin tidak terelakkan, cepat dan agresif menjadi satu tantangan sendiri ketika menghadapi teknologi dalam mengonsumsi informasi. Peningkatan peran antar sektor menjadi penting untuk membangun perubahan dan menekan angka kekerasan dari segala lini dan penjuru.

Menutup semua pintu kemungkinan potensial terjadi yang berakibat mengancam keamananan pribadi.
Selain itu perempuan yang ditilik sebagai kaum rentan terhadap kekerasan, memerlukan kekuatan dari dalam diri dan lingkungan termasuk negara. Kesadaran atas pentingnya perlindungan data pribadi di berbagai negara sudah diterapkan, kemudian menjadikan perempuan sebagai suatu persoalan penting. Misalnya Afrika Selatan dan Selandia Baru yang mewajibkn perusahaan penyedia jasa internet untuk menindak lanjuti pelaku kekerasan kepada pengadilan, sampai menghapus konten dengan muatan seksual.

Penerapan bagaimana konsumsi dan bagaimana data pribadi di dunia siber membutuhkan kepekaan lebih untuk memahami dampak dari distribusi informasi dan keamanan penggunanya. Sebab kekerasan berbasis siber tidak hanya memindahkan pukulan menjadi dilakukan online, melainkan kepekaan lebih melindungi diri dari ancaman yang tidak terlihat dan mendistribusikannya demi kepentingan satu pihak.

Selain itu perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam konteks bermedia digital. Kemampuan literasi digital, literasi informasi untuk bisa mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengatur, dan secara efektif membuat, menggunakan, dan mengomunikasikan informasi secara efektif dan kritis. Literasi digital dan segenap kemampuan digital merupakan langkah awal untuk dapat terhindar dari masalah yang merebak. Membuat konten yang bermanfaat sebagai wujud kemerdekaan diruang digital perlu dibangun dari diri dan perempuan dapat mengambil alih peranan untuk menjadi penjaga diri sendiri, keluarga dan orang lain sehingga dijauhkan dari kekerasan. 

***

*) Oleh: Destita Mutiara, S.Sos, Magister Ilmu Komunikasi UGM.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.