https://jogja.times.co.id/
Opini

Jerat Dolar AS: Sampai Kapan Rupiah Terus Tertekan?

Kamis, 15 Mei 2025 - 15:32
Jerat Dolar AS: Sampai Kapan Rupiah Terus Tertekan? Rr Annischa Zahraningtyas Putri, Mahasiswa Perbankan Syariah, Universitas Ahmad Dahlan.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bagaikan drama tanpa akhir, ironisnya lebih sering menunjukkan kemunduran. Harapan penguatan selalu terhempas tekanan eksternal dan sentimen pasar, menyeret rupiah ke zona pelemahan. 

Pertanyaan mendasar terus menghantui: sampai kapan dominasi dolar AS mencengkeram rupiah, dan tindakan nyata apa yang diperlukan agar mata uang ini tidak terus terpuruk?

Pelemahan rupiah bukanlah isu baru. Fluktuasi signifikan telah menjadi ciri khas beberapa tahun terakhir, dengan rupiah berjuang mempertahankan diri di hadapan kekuatan dolar AS. Namun, intensitas pelemahan belakangan ini menimbulkan kekhawatiran mendalam. 

Penutupan perdagangan di Rp 16.490 per dolar AS, diikuti penurunan ke Rp 16.530, lebih dari sekadar angka statistik; ini mencerminkan potensi ketidakstabilan ekonomi yang meluas.

Kerentanan rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh faktor internal dan eksternal yang kompleks. Dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan dan perdagangan global memberikan keunggulan struktural. 

Kebijakan moneter The Fed, seperti kenaikan suku bunga, menarik modal kembali ke AS, melemahkan mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia. Ketidakstabilan geopolitik dan gejolak komoditas juga menekan rupiah sebagai aset berisiko.

Namun, faktor internal juga krusial. Ketergantungan impor, terutama bahan baku dan barang modal, menciptakan permintaan dolar AS yang tinggi. Ketidakseimbangan dengan pasokan dolar dari ekspor dan FDI memperparah tekanan. Struktur ekonomi yang belum mandiri dan defisit transaksi berjalan yang persisten memperburuk situasi.

Sentimen pasar dan psikologi investor juga berpengaruh besar. Tren pelemahan rupiah memicu spekulasi, mendorong penurunan lebih lanjut. Persepsi risiko terhadap ekonomi Indonesia, dipengaruhi stabilitas politik, hukum, dan kemudahan usaha, memengaruhi minat investor asing.

Pemerintah dan BI telah menerapkan berbagai kebijakan, termasuk intervensi pasar valuta asing, penyesuaian suku bunga, dan ketentuan devisa ekspor. Namun, efektivitas langkah-langkah ini dalam menghentikan tren pelemahan masih dipertanyakan.

Respons yang lebih menyeluruh dan terpadu diperlukan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan tindakan defensif. Strategi ofensif yang memperkuat fundamental ekonomi dan meningkatkan daya tarik rupiah di mata investor global dibutuhkan.

Penganekaragaman ekspor dan peningkatan nilai tambah produk ekspor adalah langkah penting. Ketergantungan pada komoditas mentah membuat Indonesia rentan. Pengembangan industri pengolahan dan manufaktur berorientasi ekspor akan menciptakan sumber devisa yang lebih stabil.

Upaya menarik FDI berkualitas juga harus ditingkatkan. Investasi membawa modal, teknologi, keahlian, dan akses pasar. Pemerintah perlu menciptakan lingkungan investasi yang menarik dengan kepastian hukum, birokrasi efisien, dan infrastruktur memadai.

Penguatan sektor keuangan domestik juga krusial. Pasar keuangan yang dalam dan likuid akan menyerap gejolak dan mengurangi ketergantungan pada modal asing jangka pendek. Pengembangan instrumen keuangan rupiah perlu didorong untuk meningkatkan daya tarik aset rupiah.

Lebih dari sekadar aturan ekonomi, narasi yang kuat dan terpercaya dari pemerintah dan BI dibutuhkan untuk membangun keyakinan pasar. Komunikasi transparan dan konsisten mengenai kondisi ekonomi dan tindakan yang diambil akan meredam spekulasi dan menjaga stabilitas nilai tukar.

Pelemahan rupiah berdampak luas, termasuk kenaikan harga barang impor yang dapat memicu inflasi, peningkatan beban utang dalam dolar AS, dan penurunan daya beli masyarakat. Menghentikan tren pelemahan rupiah adalah keharusan. 

Kita tidak bisa terus berada dalam "jerat dolar AS" yang membatasi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Visi yang jelas, kebijakan terukur, dan implementasi efektif dibutuhkan untuk melepaskan diri dari tekanan ini.

Sampai kapan rupiah akan terus tertekan? Jawabannya bergantung pada keseriusan dan konsistensi dalam pembenahan struktur ekonomi, penguatan fundamental, dan pembangunan kepercayaan pasar. 

Jika pendekatan reaktif terus berlanjut tanpa menyentuh akar masalah, impian rupiah yang berdaulat dan berdaya saing akan tetap menjadi angan-angan. 

Saatnya bertindak tegas dan strategis untuk membebaskan rupiah dari cengkeraman dolar AS, demi masa depan ekonomi Indonesia yang lebih gemilang.

***

*) Oleh : Rr Annischa Zahraningtyas Putri, Mahasiswa Perbankan Syariah, Universitas Ahmad Dahlan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.