https://jogja.times.co.id/
Opini

Ekonomi Umroh

Selasa, 01 Juli 2025 - 09:16
Ekonomi Umroh Rofiul Wahyudi, Dosen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Ibadah haji 2025 telah usai, namun geliat ibadah umroh kini kembali menjadi sorotan. Berbeda dengan haji yang hanya bisa dilakukan setahun sekali dan dibatasi oleh kuota, umroh justru fleksibel sepanjang tahun. 

Inilah yang membuatnya bukan hanya sebagai ibadah spiritual, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi yang berputar terus-menerus tanpa jeda. Menurut data Kementerian Agama (Kemenag), per September 2024, jumlah jemaah umroh asal Indonesia hampir menyentuh angka 2 juta orang. Ini bukan angka kecil. 

Dengan rata-rata biaya umroh mencapai Rp25 juta per orang, artinya uang yang berputar dari sektor ini bisa mencapai Rp50 triliun lebih setiap tahun dan itu belum termasuk belanja oleh-oleh, perlengkapan, akomodasi, serta logistik lainnya. 

Angka yang sangat signifikan, mengingat sektor ini mampu menyerap tenaga kerja, menghidupkan UMKM, hingga mendongkrak devisa negara melalui kerja sama internasional di bidang transportasi dan perhotelan.

Umroh bukan hanya soal spiritualitas, melainkan juga menyangkut bisnis besar lintas sektor. Pertama, Biro Travel Umroh. Setiap tahun, ratusan biro perjalanan umroh bersaing menawarkan paket menarik, mulai dari paket hemat hingga VIP. 

Mereka tidak hanya menjual tiket dan hotel, tetapi juga layanan manasik, city tour di Mekkah dan Madinah, hingga jasa pendampingan ibadah. Persaingan ini mendorong inovasi dan profesionalisme, sekaligus membuka lapangan kerja di bidang travel consultant, customer service, tour leader, hingga pembimbing ibadah.

Namun, industri ini juga punya tantangan. Masyarakat perlu diedukasi agar tidak mudah tergiur promo abal-abal yang bisa merugikan. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kemenag terus mendorong regulasi ketat dan sertifikasi untuk biro perjalanan agar kredibilitas dan kualitas layanan tetap terjaga. 

Kedua, Transportasi Udara. Dengan tingginya jumlah jemaah, maskapai penerbangan ikut kecipratan berkah. Baik Garuda Indonesia maupun maskapai swasta seperti Lion Air, Batik Air, dan Saudia, secara rutin mengoperasikan penerbangan langsung ke Jeddah dan Madinah. 

Setiap penerbangan umroh bukan hanya mengangkut penumpang, tapi juga bagasi, katering, dan kadang logistik khusus seperti kursi roda atau kebutuhan medis jemaah lansia. 

Bandara-bandara di Indonesia seperti Soekarno-Hatta, Juanda, dan Kualanamu pun makin sering melayani penerbangan umroh, meningkatkan traffic dan mendongkrak ekonomi lokal sekitar bandara.

Ketiga, Perlengkapan Ibadah. Salah satu sektor yang ikut terdongkrak adalah industri perlengkapan ibadah. Mulai dari kain ihram, mukena, sajadah, tas khusus, koper kabin, sandal wudhu, hingga botol air zamzam, semua punya pasar tersendiri. 

Bahkan, banyak brand lokal kini berlomba mengeluarkan produk-produk ibadah dengan desain modern dan nyaman, khususnya untuk kalangan muda dan milenial. Pasar perlengkapan ini tak hanya menyasar jemaah, tapi juga bisa dijual kembali sebagai oleh-oleh. 

UMKM yang memproduksi sajadah handmade, parfum non-alkohol, hingga pakaian muslim kini makin dilirik. Ini artinya, ekonomi umroh turut membesarkan sektor industri kreatif dan manufaktur local. 

Keempat, Oleh-Oleh Khas Tanah Suci. Tidak lengkap rasanya pulang umroh tanpa membawa buah tangan. Produk seperti kurma, air zamzam, kismis, cokelat Arab, tasbih, cincin akik, dan parfum khas Arab menjadi komoditas utama. 

Di sinilah muncul peluang bisnis baru: reseller oleh-oleh umroh di Indonesia. Banyak pelaku usaha, termasuk UMKM, membeli langsung dari Arab Saudi dalam jumlah besar untuk dijual kembali secara online maupun offline. 

Beberapa pelaku bisnis bahkan membuka toko oleh-oleh umroh tanpa harus pergi ke Tanah Suci, cukup dengan impor barang. Artinya, ekonomi umroh juga menumbuhkan ekosistem perdagangan internasional skala kecil menengah.

Ekonomi umroh adalah bukti nyata bahwa ibadah tidak hanya berdimensi spiritual, tapi juga punya daya ungkit ekonomi yang luar biasa. Dari maskapai, biro travel, pengrajin lokal, hingga pelaku usaha oleh-oleh, semua mendapat berkah dari sektor ini.

***

*) Oleh : Rofiul Wahyudi, Dosen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.