TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Percepatan laju pemerataan pembangunan ekonomi di daerah pedesaan dan pinggiran terus di genjot pemerintah. Salah satu bentuk kebijakan yang dilakukan pemerintah guna mewujudkan pemerataan ekonomi warga dengan membentuk Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) pada setiap desa di Indonesia.
Hal tersebut nampaknya bukan sekedar isapan jempol semata, jika kita perhatikan hampir semua daerah pedesaan mulai pertengahan Oktober 2025 kemarin mulai melakukan pembangunan gedung KDMP. Pembangunan fisik gedung KDMP memberikan sinyal keseriuasan pemerintah guna membangun epicentrum perekonomian warga desa melalui KDMP.
Bagi penulis, keberadaan koperasi desa merupakan salah satu instrumen penting dalam menggerakkan roda perekonomian warga masyarakat. Apabila dikelola dengan profesional dan didukung penuh oleh masyarakat serta pemerintah desa, koperasi dapat menjadi epicentrum perekonomian warga, pusat aktivitas ekonomi yang memberdayakan dan menciptakan kemandirian lokal.
KDMP berbasis pada keanggotaan dan gotong royong dan bukan sekedar berpikir orientasi profit semata. Model tersebut selaras dengan sosiologis pedesaan di Indonesia, desa-desa di Indonesia terbentuk dari adanya sifat kebersamaan/paguyuban (gemeinschaft) bukan secara individualis/patembayan (gesellschaft). Melalui koperasi roda perekonomian warga desa akan bergerak sehingga terjadi peningkatan perekonomian masyarakat.
Diterbitkannya Inpres No 9 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih diharapkan mampu menjadikan koperasi desa sebagai sentral perekonomian warga. Kita semua berharap kelak nantinya koperasi yang terbentuk tidak sekedar papan nama saja, namun betul-betul mampu sebagai motor penggerak ekonomi warga.
Bagi Bangsa Indonesia pembentukan koperasi sangat tepat, karena sesuai dengan corak, kultur dan karakter bangsa kita sebagai wadah ekonomi berbasis kerakyatan.
Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi, mengatakan jika koperasi selaras dengan sistem sosial asli yang berakar dari adat istiadat bangsa yakni kolektivisme, masyarakat yang gemar tolong menolong dan percaya pada kekuatan sendiri (self help).
Oleh karenanya koperasi desa harus mampu menjadi pusat perekonomian warga masyarakat sehingga memberikan andil terhadap peningkatan dan pemerataan kesejahteraan warga. Pembentukan koperasi harus berdasarkan kebutuhan warga dengan mengusung konsep dari, oleh dan untuk warga sebagai anggotanya nanti.
Guna menjadikan koperasi desa sebagai episentrum perekonomian warga diperlukan beberapa langkah strategis, diantaranya yang pertama penguatan tata kelola dan profesionalisme pengelolanya. Koperasi desa tidak boleh lagi dikelola secara seadanya dan sembarangan namun pengelola harus memiliki kompetensi manajerial, memahami prinsip akuntabilitas, dan menggunakan sistem administrasi modern.
Oleh karenanya pelatihan dan pendampingan perlu dilakukan secara berkelanjutan, baik melalui dinas terkait maupun kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga profesional. Transparansi keuangan menjadi keharusan karena kepercayaan anggota nantinya merupakan modal terbesar koperasi.
Kedua adanya penerapan digitaliasi dan teknologi, dimana pada masa sekarang digitalisasi harus dapat diterapkan pada semua aspek kehidupan. Penggunaan aplikasi pencatatan keuangan, sistem pembukuan online, hingga platform pemasaran digital akan mempercepat perkembangan koperasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggandeng lembaga Pendidikan Tinggi yang berfokus pada bidang IT.
Ketiga adanya partisipasi aktif warga sebagai anggota dan pemiliki koperasi. Koperasi bukan milik pemerintah desa atau pengurus, melainkan milik seluruh anggota.
Keputusan tertinggi ada ditangan para anggotanya oleh karenya kesadaran untuk berpartisipasi sangat diperlukan. Semua kembali pada prinsip semakin banyak warga terlibat, semakin besar pula energi kolektif yang terbentuk.
Keempat dengan pengembangan unit usaha produktif berbasis potensi lokal. Koperasi tidak hanya sekedar bergerak dalam ranah simpan pinjam semata jika ingin berkembang. Di daerah pertanian, koperasi dapat mengelola pupuk, alat mesin pertanian, dan penjualan hasil panen secara kolektif.
Di wilayah pesisir, koperasi dapat memperkuat produksi perikanan atau pengolahan hasil laut. Di desa dengan potensi wisata, koperasi dapat mengelola homestay, transportasi lokal, atau kerajinan. Semua harus sejalan dengan potensi lokal desa masing – masing karena setiap desa memiliki potensi yang berbada.
Dan yang Kelima adanya kolaborasi dan sinergi semua pihak, untuk mengembangkan koperasi tidak dapat berjalan secara sendiri namun perlu kerjasama banyak pihak. Adanya kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak akan menciptakan ekosistem ekonomi desa yang lebih stabil dan saling memperkuat. Pemerintah desa perlu membangun kebijakan yang mendukung, mulai dari penyertaan modal awal, penyediaan fasilitas usaha, hingga dukungan regulasi dan pengawasan.
Jika koperasi desa mampu menjalankan peran tersebut, maka pembangunan ekonomi tidak lagi bergantung pada bantuan eksternal, tetapi tumbuh melalui kekuatan internal masyarakat desa. Koperasi dapat menjadi solusi konkret terhadap kemiskinan struktural, mengurangi kesenjangan sosial, dan menciptakan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
Membangun koperasi desa bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang membangun peradaban yang menghargai kemandirian, kebersamaan, dan keadilan. Jalan ini mungkin tidak instan, tetapi ia menjanjikan masa depan yang lebih kokoh dan bermartabat.
Sudah saatnya koperasi desa kembali bangkit sebagai epicentrum perekonomian baru yang menumbuhkan harapan dan kesejahteraan bagi seluruh warga. (*)
***
*) Oleh : Dr. Hadis Turmudi, M.H., Dosen Pengajar di STMIK AMIKOM.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
| Pewarta | : Hainor Rahman |
| Editor | : Hainorrahman |