https://jogja.times.co.id/
Opini

Death Stranding: Pentingnya Ikatan Sosial di Balik Misi Pengantaran Paket

Sabtu, 15 Februari 2025 - 18:31
Death Stranding: Pentingnya Ikatan Sosial di Balik Misi Pengantaran Paket Muhammad Hafiz Kurniawan, Dosen Sastra Inggris, FSBK, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta dan peneliti wacana dalam video game.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Video Game Death Stranding yang dirilis tahun 2019 adalah video game yang dipunggawai oleh Hideo Kojima, game developer ternama asal Jepang. Dia telah memulai karirnya sejak 1986 bersama Konami dan memutuskan untuk membuat rumah produksi sendiri, Kojima Production, di tahun 2015. 

Death Stranding mengambil latar belakang post-apocalypse di Amerika. Dalam Game ini selain mengantarkan paket, Sam juga bertugas untuk menghubungkan kota-kota lokasi pengantaran paket dengan alat penangkap sinyal chiral network yang bekerja seperti sinyal internet. 

Tetapi sebagai pengantar paket, Sam memiliki Aphenphosmhophobia yaitu sebuah phobia yang membuat seseorang merasa tidak nyaman bersentuhan dengan orang asing.

Fenomena menyendiri ini semakin menguat karena perkembangan teknologi dan Hideo Kojima menjadikan fenomena ini inspirasi dalam mengembangkan video game. Dalam wawancaranya dalam kanal YouTube BBC Newsbeat, Hideo Kojima mengakui bahwa dirinya cenderung suka menyendiri dan Hideo Kojima memahami hal ini juga terjadi kepada para gamer. 

Dalam wawancara tersebut, Hideo Kojima memiliki harapan dengan mekanisme baru dalam Death Stranding pemain game bisa menikmati video game yang didesain untuk dimainkan secara single player tanpa merasa bahwa mereka sendirian.

Mekanisme baru ini disebut “social strand system”. Artinya, para pemain video game dapat saling terhubung dengan pemain lainnya melalui kontribusi di dalam video game. Kontribusi tersebut bisa dengan membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, rumah singgah, bahkan bisa membagikan persenjataan, item dan kendaraan untuk pemain lainnya. 

Infrastruktur, item dan kendaraan yang telah dibuat oleh para pemain ini dapat digunakan oleh siapapun yang memainkan video game ini untuk mempermudah menyelesaikan misi. Dari sistem ini para pemain juga dapat meninggalkan pesan seperti tanda pemberi semangat, petunjuk arah, dan papan peringatan agar pemain lainnya tetap waspada pada rute yang akan dilaluinya.

Mekanisme “social strand system” ini menunjukkan kesesuaian dengan teori social bond yang diajukan oleh Hirschi (dalam Chriss, 2007). Dalam teori tersebut, Hirschi menyampaikan ada empat elemen dalam social bond yaitu attachment, commitment, involvement dan belief. 

Proses inilah yang berusaha ditampilkan dan dibangun oleh Kojima dalam Death Stranding. Pada tahap awal pengantaran paket, seringkali beberapa penduduk kota tidak akan mau menandatangani kontrak bergabung kembali dengan Amerika karena mereka telah menganggap pemerintah Amerika tidak becus dan lambat dalam menangani musibah kiamat yang terjadi di negaranya. 

Namun, setelah dibangun keterikatan (attachment) yaitu dengan cara Sam mengantarkan paket dari kota lain atau dari pemerintah Amerika kepada mereka secara berulang kali, mereka kemudian mau berkomitmen (commitment) untuk kembali bergabung dengan pemerintah Amerika. 

Setelah itu, mereka juga ikut terlibat (involved) dalam mengirimkan paket-paket yang berisi bantuan kepada warga kota lainnya yang membutuhkan keahlian atau barang-barang mereka seperti makanan, minuman, bahan-bahan pokok, mainan anak, hingga vaksin dan obat-obatan. Setelah beberapa kali mereka terlibat dalam aktivitas kirim dan terima paket dengan penduduk kota lainnya, kepercayaan mereka (belief) kepada pemerintah mulai terbangun kembali. 

Sam yang pada awalnya memiliki Aphenphosmhophobia akhirnya mau bersalaman dengan koleganya di pemerintah Amerika. Dalam video game ini, terdapat 3 kelompok yang tidak tergabung dengan pemerintah Amerika yaitu MULE, Terrorist dan BT (Beached Things). Tiga kelompok ini menggambarkan tingkatan seseorang yang tidak memiliki keterikatan sosial. 

MULE merepresentasikan pencuri karena terobsesi dengan paket dan mencurinya, Terrorist merepresentasikan pembunuh karena terobsesi dengan kekerasan, dan BT adalah hantu gentayangan yang merepresentasikan perilaku depresi dan keingan untuk mengakhiri hidup. 

Dalam teori social bond Hirschi, prinsip utamanya adalah semakin orang terikat secara sosial semakin sedikit keinginan untuk berbuat kriminal. Dalam hal ini, Kojima ingin membuat para gamer merasa terhubung secara sosial dengan gamer lainnya dan memiliki keterikatan sosial meski dalam game. 

Harapannya, mereka juga dapat membangun ikatan sosial di luar game. Meskipun suka menyendiri, Kojima menegaskan bahwa kesuksesan gamenya adalah karena networking yang dia miliki. Mekanisme game dan pernyataan Kojima ini juga semakin menekankan pentingnya ikatan sosial.

***

*) Oleh : Muhammad Hafiz Kurniawan, Dosen Sastra Inggris, FSBK, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta dan peneliti wacana dalam video game.  

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.