https://jogja.times.co.id/
Gaya Hidup

Alex Pracaya Pamerkan Poster Satir di Yogyakarta, Tampar Nurani soal Kejujuran

Rabu, 17 Desember 2025 - 09:36
Alex Pracaya Pamerkan Poster Satir di Yogyakarta, Tampar Nurani soal Kejujuran Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X saat melihat poster satir yang dipamerkan oleh Alex Pracaya di Ndalem Langenkusumo, Langenastran Lor 8, Panembahan. (FOTO: Pemda DIY)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Di balik warna-warna cerah dan ilustrasi satir yang mengundang senyum, tersimpan kritik sosial yang tajam dan reflektif. Pesan tentang kejujuran, integritas, dan perlawanan terhadap korupsi itulah yang dihadirkan seniman dan desainer grafis Alex Pracaya melalui pameran tunggal bertajuk 'Ojo Urik' – Transparansi dalam Warna, Integritas dalam Goresan.

Pameran ini digelar pada 16–20 Desember 2025 di Ndalem Langenkusumo, Langenastran Lor 8, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta.

Ruang heritage berarsitektur Jawa klasik tersebut menjadi saksi perjumpaan antara seni poster kontemporer, nilai budaya lokal, dan pesan moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Menariknya, “Ojo Urik” menjadi pameran tunggal pertama Alex Pracaya setelah puluhan tahun berkarya dan berpartisipasi dalam berbagai pameran poster berskala nasional hingga internasional.

Momentum ini semakin bermakna karena diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Antikorupsi, menjadikan seni poster sebagai medium refleksi sosial yang dekat dengan publik.

Dibuka Wagub DIY, Dihadiri Tokoh Seni dan Akademisi

Pameran “Ojo Urik” resmi dibuka oleh Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X, didampingi langsung oleh Alex Pracaya.

Hadir pula Rektor Universitas Gadjah Mada Ova Emilia, ketua penyelenggara, perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD), seniman, budayawan, kurator, hingga penikmat seni yang memadati ruang pameran.

Dalam sambutannya, Sri Paduka Paku Alam X mengenang hubungan pertemanannya dengan Alex Pracaya sejak masa sekolah menengah atas. Ia menuturkan bahwa pengalaman sederhana, seperti berbagi peta sebagai oleh-oleh, ternyata dapat tumbuh menjadi karya visual yang bermanfaat luas bagi masyarakat.

“Pameran ini merupakan pencapaian luar biasa bagi seorang perupa yang telah lama berkarya. Karya-karya Mas Pracaya menunjukkan bagaimana memori personal bisa diolah menjadi karya publik yang informatif, artistik, dan memperkaya identitas kota,” ujar Sri Paduka.

Sri Paduka juga memberikan apresiasi khusus terhadap konsistensi Alex Pracaya dalam menjaga karakter karya yang mengandalkan sentuhan tangan manusia, di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan.

Menurutnya, di era serba digital, karya Alex tetap terasa jujur, kuat, dan relevan karena tidak kehilangan ruh kemanusiaan. Hal tersebut sejalan dengan tagline pameran yang menekankan nilai integritas dalam setiap goresan.

“Saya menggarisbawahi kalimat ‘Integritas dalam Goresan’. Itu nyata. Mas Pracaya sejak dulu tidak pernah sekadar mengikuti pesanan, tetapi selalu berkarya sesuai idealisme dan nuraninya,” imbuh Wagub DIY.

'Ojo Urik', Kritik Tajam dari Ungkapan Jawa

Judul pameran “Ojo Urik” diambil dari ungkapan bahasa Jawa yang berarti “jangan curang”. Melalui poster-poster satir dan ilustrasi visual yang komunikatif, Alex Pracaya mengajak pengunjung bercermin pada kebiasaan kecil yang kerap dianggap sepele.

Mulai dari ingkar janji, manipulasi ringan, hingga kompromi moral sehari-hari, semua ditampilkan sebagai pintu masuk praktik korupsi dalam skala yang lebih besar. Pesan tersebut disampaikan dengan bahasa visual yang ringan, tanpa menggurui, namun mengena.

Kurasi pameran dirancang layaknya sebuah lintasan cerita. Pengunjung diajak berjalan dari humor keseharian, ironi sosial, hingga kritik yang lebih tajam. Pendekatan ini membuat pesan integritas terasa dekat, terutama bagi generasi muda yang akrab dengan budaya visual dan poster.

Lebih dari Sekadar Pameran Seni

Tak hanya memajang karya, “Ojo Urik” juga menghadirkan beragam kegiatan pendukung yang memperkaya pengalaman pengunjung.

Di antaranya workshop dan talkshow bertema hubungan seni dan kecerdasan buatan (AI), dongeng serta lomba mewarnai untuk anak-anak, pementasan drama Jawa, hingga angkringan dan wedangan yang menciptakan suasana akrab khas Yogyakarta.

Rangkaian acara tersebut menjadikan pameran ini sebagai ruang perjumpaan lintas usia dan latar belakang. Seni hadir bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga sarana edukasi, hiburan, dan dialog sosial yang membumi.

Alex Pracaya dikenal sebagai kartunis lepas dan desainer grafis yang telah aktif berkarya sejak awal 1990-an. Ia pernah mengisi rubrik kartun di berbagai media cetak, serta mengerjakan desain logo, ilustrasi, dan pemetaan visual. Dalam perjalanan kreatifnya, Alex konsisten mengangkat nilai-nilai budaya lokal dan isu sosial melalui bahasa visual yang khas.

Melalui pameran tunggal “Ojo Urik”, Alex seolah merajut kembali perjalanan panjang kreatifnya dalam satu narasi besar tentang integritas, kejujuran, dan perlawanan terhadap korupsi.

Gratis dan Terbuka untuk Umum

Pameran tunggal “Ojo Urik” beserta seluruh program pendukungnya terbuka gratis untuk umum. Masyarakat diajak datang, menikmati karya, berdialog, sekaligus merasakan atmosfer rumah Jawa klasik di jantung Kota Yogyakarta.

Lebih dari sekadar pameran seni, “Ojo Urik” menjadi pengingat bahwa kejujuran adalah nilai dasar yang harus terus dirawat bersama—dimulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. (*)

Pewarta : A Riyadi
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.