TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Ekspor DIY pada Oktober 2022 mencapai US$ 39,4 juta atau turun 11,66 persen dibanding bulan sebelumnya, sedangkan impor senilai US$ 10,6 juta pun turun 33,75 persen. Sementara neraca perdagangan DIY Oktober 2022 mengalami surplus US$ 28,8 juta. Nilai tersebut lebih rendah dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencatat surplus US$ 36,9 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Sugeng Arianto mengatakan secara kumulatif, nilai ekspor DIY Januari - Oktober 2022 mencapai US$ 485,7 juta atau naik 10,87 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.
Ekspor Oktober 2022 terbesar adalah ke Amerika Serikat US$ 15,2 juta, disusul Jepang US$ 3,5 dan Jerman US$ 3,2 juta. Kontribusi ketiganya mencapai 55,58 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa sebesar US$ 9,8 juta dan ASEAN US$ 1,4 juta.
"Penurunan terbesar ekspor terjadi pada pakaian jadi bukan rajutan US$ 4,3 juta atau 25,90 persen. Penurunan kedua adalah perabot, penerangan rumah US$ 0,7 juta atau 13,73 persen dan ketiga barang-barang dari kulit US$ 0,5 juta atau 9,43 persen," jelasnya, Senin (5/12/2022).
Dari sektor, ekspor hasil pertanian Oktober 2022 naik 200 persen dibanding September 2022 dan ekspor hasil industri pengolahan turun 12,13 persen. Dibanding Oktober 2021, ekspor hasil pertanian turun 25,00 persen dan ekspor hasil industri pengolahan turun 19,05 persen," tuturnya
Secara kumulatif, Sugeng menyatakan nilai impor Januari-Oktober 2022 mencapai US$ 121,9 juta atau turun 2,17 persen dibanding periode yang sama 2021. Tiga negara pemasok barang impor terbesar yaitu China US$ 4,3 juta, kemudian Hongkong US$ 1,7 juta dan Korea Selatan US$ 1,4 juta. Penurunan impor terbesar dari Jepang yaitu 87,50 persen dan kenaikan terbesar dari Korea Selatan 75,00 persen. Tiga negara pemasok barang impor terbesar selama Januari-Oktober 2022 adalah China 37,98 persen, Hongkong 18,79 persen dan Taiwan 9,02 persen.
"Tiga besar kelompok komoditas impor berupa filamen buatan US$ 3,0 juta, kain tenunan khusus US$ 1,1 juta dan kain rajutan US$ 0,9 juta. Penurunan impor golongan barang terbesar yakni filamen buatan 38,78 persen, sedangkan peningkatan terbesar adalah mesin/peralatan listrik 200,00 persen. Dari golongan penggunaan barang terjadi penurunan pada barang konsumsi dan barang modal masing-masing 50 persen dan bahan baku/penolong turun 5,66 persen," terangnya.
Ditambahkan Sugeng, nilai tersebut lebih rendah dibanding periode sama 2021 sebesar US$ 36,9 juta. Sebaliknya neraca perdagangan DIY Januari-Oktober 2022 mencatat surplus sebesar US$ 363,5 juta. Angka tersebut lebih tinggi dibanding periode sama 2021 yang sebesar US$ 313,4 juta. (*)
Pewarta | : Hendro Setyanto Baskoro |
Editor | : Deasy Mayasari |