TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Menjawab kebutuhan strategis nasional, Politeknik Nuklir BRIN secara proaktif menyiapkan lulusan vokasi berkompetensi tinggi untuk mendukung operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) komersial pertama Indonesia yang ditargetkan pada 2032.
Langkah konkret yang diambil adalah dengan meluncurkan enam peminatan baru yang dirancang khusus sesuai kebutuhan industri nuklir.
Direktur Poltek Nuklir BRIN, Zainal Arief, Rabu, (10/9/2025) menjelaskan bahwa penyesuaian kurikulum telah dimulai sejak 2024 untuk menselaraskan dengan kebijakan pemerintah, termasuk Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2022.
"Kurikulum harus spesifik dan sesuai dengan visi lembaga yang menaungi, dalam hal ini adalah BRIN. Kami memfokuskan tiga program studi menjadi enam peminatan yang relevan dengan kebutuhan SDM untuk PLTN," ujar dia.
Keenam peminatan baru tersebut adalah:
-
Pembangkit Energi Nuklir & Analisis Kenukliran (Prodi Elektromekanika)
-
Instrumentasi Medik Nuklir & Teknologi Akselerator (Prodi Elektronika Instrumentasi)
-
Bahan Bakar Nuklir & Teknologi Produksi Radioisotop/Radiopharma (Prodi Tekno Kimia Nuklir)
Peminatan ini tidak hanya fokus pada sektor energi, tetapi juga pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesehatan, industri, dan pertanian. "Harapannya dengan proses kurikulum baru ini, pada tahun 2028 akan ada lulusan yang memang berkompeten sesuai dengan enam peminatan tadi," tambah Zainal.
Deputi Sumber Daya Manusia dan Iptek BRIN, Prof. Edy Giri Rachman Putra, menegaskan bahwa Indonesia telah lama mempersiapkan SDM nuklir secara terstruktur. Beliau menyoroti peran penting Poltek Nuklir yang melahirkan nuclear technologist, tenaga ahli yang kompeten dalam mengoperasikan, memelihara, dan merawat fasilitas nuklir, yang melengkapi nuclear scientist dan engineer dari UGM dan ITB.
"Untuk mengoperasikan PLTN, tidak hanya dibutuhkan alumni jurusan nuklir. Lulusan teknik mesin, elektro, fisika, hingga bidang sosial ekonomi juga berperan, terutama dalam keterlibatan stakeholder," ujarnya.
Keyakinan akan kesiapan SDM diperkuat dengan pengalaman Indonesia mengelola tiga reaktor nuklir yang ada serta produksi sekitar 300 sarjana bidang nuklir setiap tahunnya dari berbagai perguruan tinggi. "Jadi saya kira, terkait pemenuhan SDM, kita sudah siap untuk memenuhi kebutuhan operasional PLTN tersebut," kata Edy.
Pada Wisuda tahun akademik 2024/2025, Poltek Nuklir BRIN mengukuhkan 74 wisudawan, dengan 65 di antaranya lulus cumlaude. Mereka tidak hanya dibekali kompetensi teknis, tetapi juga soft skills, etika profesi, dan wawasan keberlanjutan, siap menjadi tulang punggung SDM nuklir Indonesia di masa depan.
Pewarta | : Antara |
Editor | : Faizal R Arief |