TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – style="text-align:justify">Pemerintah Kota Yogyakarta semakin agresif memperkuat fondasi ekonomi kreatif sebagai motor baru pertumbuhan daerah. Langkah ini ditegaskan dalam Forum Urun Rembug bersama Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Pegiat Ekonomi Kreatif seri ke-8 di Hotel Harper Malioboro, Kota Yogyakarta, Kamis (20/11/2025).
Acara tersebut juga dihadiri oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Yogyakarta, Kadri Renggono; Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Sandi (Diskominfosan) Pemkot Yogyakarta, Ignatius Trihastono; dan Kepala Bagian Perekonomian dan Kerja Sama Setda Kota Yogyakarta, Danang Yulisaksono.
Dalam forum itu, Wali Kota Hasto menegaskan bahwa pembangunan kota kini tidak lagi hanya soal infrastruktur fisik, tetapi bagaimana pemerintah menyediakan “kanvas besar” agar para pelaku kreatif bisa berkarya, tumbuh, dan menghasilkan nilai ekonomi baru.

“Kanvasnya kami siapkan, para pelukisnya adalah panjenengan semua para pelaku kreatif Jogja,” ujar Wali Kota Hasto di hadapan insan ekonomi kreatif.
Hasto menegaskan, Pemkot Yogyakarta tengah mempercepat berbagai penataan strategis, mulai dari kawasan heritage, sentra kreatif, hingga revitalisasi ruang publik. Seluruhnya diarahkan untuk memperkuat karakter Jogja sebagai creative city yang inklusif dan kompetitif.
Beberapa proyek prioritas yang dikebut antara lain revitalisasi kawasan warisan budaya dan masjid-masjid bersejarah, rebranding dan optimalisasi Sentra Perak Kotagede, dan penataan ulang Terminal Giwangan sebagai ruang kreatif baru.
Selain itu, ada pula pembenahan taman kota melalui kolaborasi dengan swasta, penataan aglomerasi wisata khususnya di wilayah selatan Jogja, dan pembersihan besar-besaran di Sungai Code, Winongo, dan Gajah Wong.
“Tugas saya membersihkan kanvasnya. Nanti pelaku kreatif yang mengisinya,” tegas Hasto.
Untuk mempercepat pembersihan di sungai-sungai yang ada di Kota Yogyakarta, Pemkot Yogyakarta mengerahkan alat berat setiap hari. Ia juga mengajak pengusaha membantu menyediakan peralatan agar penataan kota berlangsung tanpa berhenti.
Nah, salah satu terobosan yang disiapkan adalah program bedah rumah untuk live-in wisata, sebuah konsep yang memungkinkan wisatawan tinggal di rumah warga, belajar budaya lokal, hingga mengikuti aktivitas harian masyarakat.
Konsep ini pernah sukses diterapkan di Kulon progo saat Hasto menjabat sebagai Bupati Kulon Progo. Kini, skema tersebut tengah diadaptasi untuk kawasan pinggir sungai yang telah ditata.
“Kalau rumahnya bagus, sungainya bersih, wisatawan pasti datang. Itu bagian dari ekonomi kreatif,” ujar Hasto.
City Branding Jogja Dibuka Ulang: Balio Akan Diganti Calendar of Event
Selain itu, Hasto juga menginstruksikan kepada instansi terkait agar dokumen city branding 2021–2030 direview total. Selanjutya, segera melakukan komunikasi antara pemerintah dan pelaku ekraf. Dengan begitu akan tersusun calendar of event 2026 dan dapat dirilis akhir tahun 2025. Pihaknya menargetkan pilot project ekonomi kreatif sudah berjalan sebelum Desember.
Dalam upaya mengoptimalkan strategi branding kota, Pemkot Yogyakarta berencana mengganti seluruh balio yang selama ini memuat foto Wali Kota menjadi media informasi festival, event kreatif, dan identitas kota. Hasto telah memerintahkan kepada instansi terkait agar mengganti materi baliho yang ada gambar dirinya dengan materi calendar of event selama tahun 2026.
“Foto saya tidak perlu. Ini bukan kampanye. Kita isi dengan festival dan city branding Jogja,” tegas Hasto.
Pelaku Kreatif: Jogja Butuh Branding Keren dan Ruang Premium untuk Wisatawan
Arif Budiman, desainer dan pelaku kreatif Jogja, menegaskan bahwa city branding bukan sekadar logo, tetapi strategi besar pengelolaan potensi unggulan.
“Kalau soal logo bisa selesai Rp3 juta. Tapi ini sistem besar yang menghidupkan masyarakat,” ucap Arif yang merupakan Ketua Komisi Ekonomi Kreatif Kota Yogyakarta ini.
Arif menilai Jogja membutuhkan Jogja Planning Gallery, Jogja Future Planning Center, ruang pamer premium untuk wisatawan asing, dan standar hospitality internasional.
Arif menekankan bahwa Jogja sebagai etalase nasional harus memiliki pengalaman berkelas dunia agar wisatawan asing ingin tinggal lebih lama dan membelanjakan lebih banyak.
Arif juga menyebut konsep “Little Singapore” yang digagas sejak 2021, di mana empat kabupaten DIY bergerak sinergis menuju pusat gravitasi ekonomi di Kota Yogyakarta.
Tim city branding menyoroti persoalan klasik bahwa dokumen lengkap sudah ada, konsep canggih sudah disusun, tetapi implementasi sering tertahan di tengah jalan.
Karena itu, mereka berharap Wali Kota Hasto menjadi penghubung agar ide-ide logis dan berdampak bisa langsung diterjemahkan menjadi kebijakan nyata.
“Banyak ide bagus berhenti karena tidak disampaikan ke orang yang tepat. Mohon dibantu supaya semua bergerak,” ungkap Arif.
Jogja Menuju Kota Kreatif Dunia: Perlu Kolaborasi Lintas Generasi
Dinda Intan Pramesti Putri, anggota Tim Percepatan Ekonomi Kreatif Kota Yogyakarta, menyebut bahwa pengakuan Jogja sebagai Kota Kreatif harus menjadi momentum memperkuat ekosistem kreatif lintas sektor mulai dari seni, desain, film, musik, teknologi, hingga pendidikan.
Dinda menegaskan pentingnya Komisi Ekonomi Kreatif Kota Yogyakarta yang akan segera diresmikan.
“Komisi ini akan menjadi wadah kolaborasi lintas bidang agar ekosistem kreatif tetap tumbuh dan adaptif,” ujarnya.
Melalui forum ini, pelaku kreatif diajak menyusun strategi bersama untuk memetakan peluang lokal hingga global, memperkuat kolaborasi antarbidang, mengoptimalkan jaringan kreatif, dan menyiapkan roadmap kebijakan yang tepat sasaran.
Menutup pertemuan, Wali Kota Hasto menegaskan bahwa semua penataan kota ini baru langkah awal, namun menjadi fondasi penting agar ekonomi kreatif Jogja bisa melesat.
“Jogja itu Jos. Tapi jangan cuma ngomong. Kita buktikan. Kota bersih itu pondasi kreativitas,” tegas mantan kepala BKKBN ini.
Dengan penataan ruang, pembukaan kanal kolaborasi, dan percepatan eksekusi dokumen city branding, Pemkot optimistis Jogja akan tampil sebagai kota kreatif terkuat di Indonesia dan bersaing di panggung global. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Yogyakarta Tancap Gas Jadi Kota Kreatif Dunia: Pemkot Siapkan “Kanvas Baru” untuk Ekonomi Kreatif
| Pewarta | : Soni Haryono |
| Editor | : Faizal R Arief |