TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Kota Yogyakarta mengguncang jagat maya dengan aksi nyata lingkungan. Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, lebih dari 12.500 warga turun langsung membersihkan tiga sungai besar yang membelah kota: Sungai Code, Sungai Gajahwong, dan Sungai Winongo, Minggu pagi (6/7/2025).
Aksi spektakuler ini menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong masih hidup di tengah masyarakat. Dengan mengusung tema “Hentikan Polusi Plastik,” Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mengerahkan ribuan Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI/Polri, komunitas pecinta lingkungan, relawan, hingga pelajar untuk bergandengan tangan membersihkan bantaran dan aliran sungai dari tumpukan sampah.
Kegiatan ini dimulai sejak pukul 06.00 WIB dan berlangsung hingga pukul 10.00 WIB, dipimpin langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, yang juga ikut turun ke sungai memunguti sampah bersama warga. Tidak hanya hadir secara simbolik, Hasto memastikan seluruh titik lokasi aksi dipantau melalui sambungan video call dan terus menyemangati para peserta di lapangan.
“Ini bukan hanya seremoni, tapi bentuk protes terhadap budaya buang sampah sembarangan. Jika kita ingin sungai bersih, kita semua harus terlibat!” tegas Hasto.
Sungai Dipenuhi Sampah Anorganik: Popok, Plastik, hingga Kardus
Para peserta aksi bersih-bersih tampak mengenakan perlengkapan lengkap: sepatu boot, sarung tangan, dan trashbag. Mereka menyusuri bantaran sungai, memunguti berbagai jenis sampah seperti plastik sekali pakai, kardus, pembalut, hingga popok bayi yang menyumbat aliran sungai.
Hasil pengumpulan sampah kemudian diangkut oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) ke Unit Pengelolaan Sampah (UPS) untuk dimusnahkan menggunakan delapan mesin insinerator yang telah disiapkan Pemkot Yogyakarta. Teknologi ini diharapkan mampu mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan mempercepat pemrosesan sampah secara ramah lingkungan.
Trash Barrier: Solusi Permanen untuk Sungai Jogja
Sebagai upaya jangka panjang, Pemkot juga tengah memasang trash barrier atau jaring penahan sampah di sejumlah titik strategis. Hingga Juli ini, sudah empat unit terpasang dan akan ditambah menjadi sembilan unit hingga akhir 2025.
Setiap trash barrier mampu menampung hingga 30 karung sampah plastik, dan dijaga langsung oleh pasukan “Ulu-Ulu” — satuan pengawas kebersihan sungai. Wali Kota Hasto menegaskan bahwa setelah seluruh fasilitas selesai dipasang, akan ada penegakan hukum tegas bagi siapa saja yang nekat membuang sampah ke sungai.
“Tidak ada alasan lagi. Infrastruktur sudah kami siapkan, selanjutnya adalah tindakan hukum. Efek jera harus ditegakkan,” tegasnya.
Kekuatan Kolaborasi: Masyarakat Jadi Kunci Kota Bebas Sampah
Kegiatan bersih-bersih massal ini melibatkan berbagai elemen. Antara lain, ASN Pemkot Yogyakarta, TNI/Polri, Satgas Sungai dan Ulu-Ulu, Forum Bank Sampah, Komunitas Jogja Clean, Forum Bank Jogja, dan Penggerobak sampah dan relawan Kampung Tangguh Bencana (KTB).
Plt Kepala DLH Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono menyatakan bahwa pengadaan trash barrier sudah dianggarkan dalam dua tahap. Yakni, anggaran murni dan anggaran perubahan tahun 2025.
“Empat unit sudah terpasang. Tiga lagi menyusul di Gajahwong dan masing-masing satu unit tambahan di Code dan Winongo. Totalnya akan ada sembilan trash barrier yang siap menyaring sampah dari hulu ke hilir,” jelas Agus.
Namun Agus mengingatkan, teknologi dan infrastruktur bukan satu-satunya solusi. Menurutnya, perubahan perilaku masyarakat memegang peranan utama. “Tanpa partisipasi masyarakat, sebaik apapun infrastrukturnya, tidak akan efektif. Edukasi dan disiplin adalah kunci,” tandasnya.
Dari Jogja untuk Indonesia: Aksi Lokal, Dampak Global
Aksi bersih-bersih ini bukan sekadar acara lokal, tetapi pesan kuat dari Yogyakarta untuk seluruh Indonesia bahwa perubahan dimulai dari langkah kecil, dari bantaran sungai terdekat, dari kesadaran individu.
Wali Kota Hasto berharap kegiatan ini bisa menginspirasi daerah lain untuk menggelar aksi serupa dan memutus mata rantai kebiasaan buang sampah sembarangan yang sudah mengakar di masyarakat.
“Kalau semua daerah mau bergerak bersama seperti ini, saya yakin Indonesia bisa bebas dari polusi plastik di masa depan,” pungkasnya penuh optimisme. (*)
Pewarta | : Zidniy Husnaya (Magang) |
Editor | : Faizal R Arief |