TIMES JOGJA, SLEMAN – style="text-align:justify">Pemerintah Kabupaten Sleman bersama Yayasan Sakuranesia Society siap menyuguhkan Sleman Culture Festival 2025 pada 22–23 Agustus mendatang di Lapangan Denggung. Agenda budaya akbar ini akan menampilkan festival upacara adat dari 17 kapanewon, pacuan kuda, bazar UMKM, hingga pesta kembang api perdamaian yang digelar di Rooftop Sleman City Hall.
Kepala Dinas Kebudayaan Sleman, Ishadi Zayid, menyebut Sleman Culture Festival (SCF) sebagai ruang pertemuan tradisi, kreativitas, dan persahabatan. “Festival ini menampilkan kearifan lokal Sleman sekaligus ditutup dengan pertunjukan kembang api sebagai simbol mimpi anak-anak yang terbang tinggi ke langit malam,” jelasnya.
Sebanyak 17 kapanewon akan bergiliran menampilkan prosesi budaya mereka. Pada Jumat (22/8/2025), pukul 08.00–14.30 WIB, tampil kontingen dari Turi, Sleman, Ngemplak, Gamping, Cangkringan, Minggir, Seyegan, Godean, dan Tempel.
Kemudian, Sabtu (23/8/2025), giliran Berbah, Kalasan, Pakem, Moyudan, Mlati, Prambanan, Ngaglik, dan Depok yang mempersembahkan ritual adat khas masing-masing.
Setiap penampilan bukan sekadar tontonan, melainkan juga pembawa nilai dan filosofi. Misalnya, Ruwahan Jurugan dari Turi yang sarat makna spiritual, Merti Bumi Cebongan dari Mlati yang melambangkan syukur hasil bumi, hingga Midang Kenaran khas Prambanan sebagai wujud penghormatan tradisi leluhur.
Selain festival adat, pengunjung juga dapat menikmati Bazar UMKM yang digelar Disperindag Sleman di jogging track sisi utara Lapangan Denggung selama dua hari penuh.
Pada Sabtu (23/8/2025), SCF akan dimeriahkan dengan Pacuan Kuda d-X Pang pukul 12.00–13.00 WIB. Malam harinya, pengunjung disuguhkan karawitan, fashion show siswa, penyerahan penghargaan, hingga tarian Joget Mataraman.
Puncak acara akan berlangsung pukul 21.15–21.45 WIB dengan pesta kembang api Heiwa Hanabi yang diluncurkan dari Rooftop Sleman City Hall.
Heiwa Hanabi: Dari Simbol Perang Jadi Cahaya Perdamaian
Pendiri Yayasan Sakuranesia Society, Tomomi Sakura Ijuin, menjelaskan kembang api kali ini berbeda karena mengusung semangat perdamaian.
“Dulu bahan peledak identik dengan perang, kini kami ubah menjadi cahaya harapan. Melalui Heiwa Hanabi, doa dan mimpi anak-anak akan terbang bersama kilauan kembang api,” ungkapnya.
Kembang api perdamaian ini merupakan inisiasi berbagai tokoh Jepang seperti Mayu Ogawa (Heiwa Matsuri Foundation), Masanari Aso, dan Yudai Ishikawa (Mirai Gift). Tahun ini, Sakuranesia Society juga membawa 60 tamu dari Jepang untuk mengikuti program pertukaran budaya di Sleman.
Selain berinteraksi dengan santri Pesantren Annasyath dan membagikan hadiah kembang api harapan, mereka juga akan menyerahkan satu set alat musik marching band lengkap dengan kostum serta dukungan pelatihan selama setahun penuh untuk anak-anak Sleman.
Simbol Persahabatan Indonesia–Jepang
Ishadi Zayid menegaskan, SCF 2025 bukan sekadar pesta budaya, melainkan jembatan kerja sama internasional. “Kegiatan ini memperkuat hubungan Indonesia dan Jepang lewat kebudayaan, sekaligus mempromosikan Sleman sebagai destinasi wisata budaya,” ujarnya.
Dengan rangkaian festival adat, UMKM, pertunjukan seni, hingga pesta kembang api, Sleman Culture Festival 2025 diharapkan mampu memperkuat identitas masyarakat Sleman sekaligus mempererat jalinan persahabatan antarbangsa. (*)
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |