https://jogja.times.co.id/
Berita

Dosen Geografi UGM: Kali Code Yogya Tercemar Logam Berat dan Limbah Antibiotik

Jumat, 22 Maret 2024 - 16:32
Dosen Geografi UGM: Kali Code Yogya Tercemar Logam Berat dan Limbah Antibiotik Dosen Fakultas Geografi Univeristas Gadjah Mada atau UGM, Dr Lintang Nur Fadlillah ketika pengujian sampel di laboratorium. (FOTO: Humas UGM for TIMES Indonesia)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Dosen Fakultas Geografi Univeristas Gadjah Mada atau UGM, Dr Lintang Nur Fadlillah, meneliti kondisi Kali Code Yogyakarta dengan mengumpulkan 24 sampel air permukaan di sepanjang Kali tersebut.

Puluhan sampel yang diambil ini termasuk sepanjang aliran sungai Merapi hingga muara pantai. Hasilnya, Kali Code memiliki kandungan senyawa logam yang tinggi, sehingga membahayakan apabila digunakan untuk konsumsi. 

"Kalau kita lihat sedimen di Yogya ini memang kandungan logamnya tinggi. Kita mengambil sampel pada limbah bengkel yang langsung dibuang ke sungai," kata Lintang, Jumat (22/2024) dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret 2024. 

Menurut Lintang, sungai dan danau memiliki sistem filtrasi alamiahnya sendiri. Pada kondisi normal, aliran sungai akan meningkatkan kualitas air hingga ke hilir. Tetapi karena akumulasi logam berlebihan dan adanya sedimentasi, senyawa pencemaran menumpuk di beberapa titik serta tidak dapat difiltrasi secara alamiah.

Penelitian ini juga memetakan titik tumpukan limbah dan polutan di Kali Code. Selain kandungan logam berat, kata Lintang, pihaknya juga menemukan adanya kandungan antibiotik yang berlebihan.

Kandungan antibiotik yang berlebihan di sungai itu berpengaruh terhadap kualitas air. Limbah ini bisa berasal dari limbah rumah sakit, limbah kimia, maupun limbah peternakan.

Menurutnya, kondisi Kali Code yang seperti ini diduga karena sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang masih lemah. Walaupun kebanyakan limbah sungai di Yogyakarta tidak berasal dari pabrik atau industri besar, melainkan dari rumah tangga dan usaha domestik mikro dan menengah.

Untuk itu perlu perhatian serius dalam pengelolaan IPAL saat ini. "Tidak banyak desa di Yogyakarta yang secara aktif memiliki sistem IPAL, karena keterbatasan sumber daya dan perhatian masyarakat akan lingkungan yang masih minim," ujarnya 

Lanjutnya, dikhawatirkan air sungai yang tercemar ini menjadi risiko apabila dikonsumsi masyarakat. Misal saja menyebabkan stunting pada anak-anak.

"UGM turut berupaya dalam mendukung implementasi riset untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, salah satunya dengan memperhatikan kualitas air yang dikonsumsi," papar Lintang. (*)

Pewarta : A. Tulung
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.