https://jogja.times.co.id/
Berita

Perempuan Difabel Suarakan Kecantikan Dalam Keberagaman

Sabtu, 25 Maret 2023 - 17:45
Perempuan Difabel Suarakan Kecantikan Dalam Keberagaman Pertunjukan seni dari komunitas Nalitari yang salah satunya terdapat perempuan difabel Down Syndrome. (Foto: Hendro S.B/TIMES Indonesia)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Komunitas perempuan difabel dari Unique Project Theater dan Nalitari berkesempatan mengambil bagian dalam pertunjukan seni yang menyuarakan "Kecantikan dalam Keberagaman dan Kesetaraan" sebagai bentuk kampanye merayakan puncak peringatan International Women's Day atau Hari Perempuan Internasional pada Sabtu (25/3/2023).

Pertunjukan seni yang diselenggarakan di Pendhapa Art Space tersebut, para perempuan dari lintas difabel ini menampilkan pentas seni theater dan juga fashion show. Hal ini bertujuan sebagai bentuk kampanye menyuarakan bahwa setiap perempuan di dunia bahkan di Indonesia khususnya memiliki hak untuk merasa cantik serta menarik dengan kondisi apapun.

Nanik Indarti, Founder Unique Project Theater saat ditemui sebelum acara menerangkan, pertunjukan kali ini adalah ajang pentas theater kecantikan terutama bagi penyandang lintas difabel dengan membawakan tema "Keindahan yang tak Terbatas". Pertunjukan pentas ini juga merupakan hasil karya dari Nanik yang ke-8.

Pertunjukan-seni-dari-komunitas-Nalitari-a.jpgPerempuan difabel daksa, Trimah See dalam ajang fashion show kecantikan. (Foto: Hendro S.B/TIMES Indonesia)

Perempuan yang dikenal dengan julukan perempuan mini ini mengartikan tema tersebut sebagai sebuah latar belakang kecantikan yang mana identik dengan kecantikan seperti kulit putih, cantik wajah serta cantik melalui tinggi badan seorang wanita.

“Nah di sini aku melibatkan tubuh-tubuh perempuan yang beragam bahkan jauh dari kategori cantik dan ideal tentunya. Karena itulah, aku menyuarakan tentang diskriminasi terhadap tubuh-tubuh perempuan difabel yang dianggap tidak penting dalam industri kecantikan," tegas Nanik.

Diakui Nanik, seperti yang sama-sama tahu bahwa industri kecantikan di Indonesia ini sejauh ini sangat kecil peluangnya bagi perempuan-perempuan difabel untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Mungkin saja ada namun itu bukan menjadi sebuah budaya kecantikan di Indonesia khususnya.

"Bayangkan aja coba, kalau industri kecantikan yang memakai tubuh-tubuh beragam ini pasti akan merasakan kesetaraan yang luar biasa, tetapi itu sulit dan aku sangat memperjuangkan itu sampai saat ini," katanya.

Namun sebaliknya, jika industri kecantikan dinilai masih mengesampingkan tubuh perempuan-perempuan difabel, maka kesetaraan dan keberagaman tidak akan pernah terjadi di Indonesia. Untuk itulah, Project Unique Theater hadir dengan mengusung karya-karya seni kecantikan bagi perempuan-perempuan difabel.

Pada kesempatan ini, Nanik mengajak sebanyak delapan perempuan difabel yang mengikuti ajang kecantikan tersebut. Delapan perempuan ini beragam kategori difabelnya antara lain difabel tubuh mini, difabel netra, difabel tuli dan difabel daksa. Untuk Nalitari sendiri, ada difabel Down Syndrome.

“Ini jujur saja aku baru pertama kali menciptakan sebuah karya dengan beragam difabel dan menggabungkan mereka itu ga gampang, apalagi belajar untuk menghafal gerakan maupun naskah yang kita buat bersama," tuturnya.

Pihaknya hanya menginginkan jika bisa secara bersama merasakan seni bertheater dengan keberagaman difabel itu. Juga, Nanik berharap bisa memberikan kesempatan kepada mereka bahwa sebenarnya sangat layak maupun berharga pada saat di atas panggung.

Pertunjukan-seni-dari-komunitas-Nalitari-b.jpgPerempuan dengan beragam difabel memberikan aspirasi dan pesan mendalam kepada dunia industri kecantikan. (Foto: Hendro S.B/TIMES Indonesia)

“Biasanya mereka hanya di belakang panggung, nah sekarang ini mereka ada di atas panggung dan menjadi dirinya sendiri dengan kecantikan yang mereka miliki sesuai versi mereka masing-masing," imbuh Nanik.

Ditemui secara terpisah, salah satu perempuan penyandang difabel daksa yaitu Trimah See mengaku baru pertama kali mengikuti ajang seni kecantikan di atas panggung. Sebab, ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti ajang fashion show kecantikan.

“Perasaanku seneng banget dan bangga tentunya. Walaupun berat ninggalin anak dan suami saya dirumah tapi ini bisa menjadi berkah buat semua orang," harap Trimah.

Secara pribadi, pihaknya yang tidak memiliki kedua tangan ini berpesan kepada masyarakat agar terus mendukung para penyandang difabel dalam bentuk karya apapun. Misalnya analoginya seperti ini, kata Trimah, difabel itu diibaratkan seperti barang rusak yang tidak bisa dikembalikan semula.

“Artinya gini, ketika kami diberikan make up yang sama seperti perempuan-perempuan pada umumnya itu menandakan akan ada perubahan kecantikan yang berbeda kan, atau bahkan lebih cantik kami dibanding perempuan lainnya secara umum," ungkap Trimah sembari tersenyum kecil. (*)

Pewarta : Hendro Setyanto Baskoro
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.