https://jogja.times.co.id/
Berita

Wacana Libur Penuh Ramadan, Anggota DPD RI: Tidak Masalah

Sabtu, 04 Januari 2025 - 11:32
Wacana Libur Penuh Ramadan, Anggota DPD RI: Tidak Masalah Anggota DPD RI Hilmy Muhammad (foto: dokumen Gus Hilmy)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Wacana libur penuh selama Ramadan tengah menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Kementerian Agama (Kemenag) membuka ruang diskusi untuk mendengar berbagai pendapat sebelum mengambil keputusan. Pro dan kontra pun bermunculan, menggarisbawahi pentingnya menghormati keberagaman pandangan tersebut.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Hilmy Muhammad menilai wacana ini sebagai langkah positif untuk pembinaan spiritual dan karakter anak. “Setiap kebijakan pasti menuai pro dan kontra. Namun, dalam setahun ada 12 bulan, memberikan satu bulan untuk memperkuat karakter anak tidaklah masalah,” ujar pria yang akrab disapa Gus Hilmy dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/1/2025).

Menurut Gus Hilmy, libur Ramadan dapat menjadi momen berharga bagi siswa untuk memahami esensi puasa. Ia menyarankan kebijakan ini bersifat sunnah mu'akkadah, yakni anjuran penting yang dapat diterapkan di sekolah, dengan pendekatan yang fleksibel.

Gus Hilmy mengakui, tantangan utama wacana ini datang dari masyarakat perkotaan. Banyak orang tua khawatir tidak bisa mengawasi anak-anak mereka karena kesibukan kerja. Namun, ia menawarkan solusi melalui program sekolah pesantren, sebagaimana diterapkan pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

“Di masa Gus Dur, pembelajaran selama Ramadan dialihkan ke sekolah pesantren. Selain itu, siswa bisa diberi tugas harian untuk dipantau oleh guru,” jelas Gus Hilmy, yang juga menjabat sebagai Katib Syuriyah PBNU.

Menurutnya, metode pesantren efektif karena tidak hanya mengajarkan, tetapi juga memberikan teladan langsung. “Di pesantren, anak-anak tidak hanya diberi teori, tetapi juga diajari melalui praktik langsung, sehingga pembentukan karakter lebih terjamin,” tambahnya.

Libur Ramadan, lanjut Gus Hilmy, juga menguntungkan guru untuk lebih mendalami ibadah. Ia mendorong sekolah umum untuk bekerja sama dengan pesantren dalam menyusun program pendidikan selama Ramadan. Bahkan, orang tua dapat didorong memondokkan anak mereka di pesantren untuk mendapatkan pengalaman spiritual yang lebih mendalam.

“Di pesantren, anak-anak akan belajar toleransi dan memahami perbedaan budaya melalui interaksi dengan santri lain. Dampaknya, anak-anak lebih mudah beradaptasi dan menghormati orang lain, termasuk orang tua,” paparnya.

Gus Hilmy juga menyoroti dilema yang dihadapi sekolah dengan latar belakang agama berbeda. “Prinsipnya sama, yaitu mengajarkan pendidikan karakter dan spiritualitas. Ini penting karena salah satu masalah bangsa hari ini adalah kesehatan mental. Sebulan pembinaan spiritual akan memperkuat mental anak untuk menghadapi sebelas bulan berikutnya,” jelasnya.

Sebagai alternatif, siswa juga dapat diberikan tugas mandiri atau kelompok sebagai pengganti pembelajaran rutin. “Tugas ini bisa berasal dari guru mata pelajaran atau ekstrakurikuler untuk menambah kreativitas anak,” tutup Gus Hilmy.

Dengan berbagai alternatif yang ditawarkan, wacana libur penuh Ramadan tidak hanya menjadi ajang perdebatan, tetapi juga peluang untuk memperkuat nilai-nilai spiritual dan karakter generasi muda. (*)

Pewarta : Edy Setyawan
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.