TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) resmi memulai pembangunan Gedung Laboratorium Bahasa dan Pusat Bahasa yang digadang-gadang menjadi pusat pengembangan kebudayaan berbasis teknologi.
Peletakan batu pertama dilaksanakan di halaman depan FIB UGM, dipimpin langsung oleh Rektor UGM Ova Emilia bersama Dekan FIB UGM Setiadi.
Pembangunan ini merupakan proyek yang telah direncanakan sejak 2015 lalu. Saat itu, rencana tersebut berjalan beriringan dengan pembangunan Gedung Soegondo yang selesai lebih dulu pada 2016 dan kini berdiri megah di selatan lokasi gedung baru.
“Gedung ini nantinya menjadi tonggak monumental bagi FIB UGM. Fasilitasnya akan mendukung visi dan misi FIB untuk menjawab tantangan kebudayaan di era modern,” kata Setiadi dalam siaran pers, pada Senin (11/8/2025).
Setiadi menegaskan, kehadiran laboratorium bahasa ini menjadi bukti kesiapan FIB memasuki ranah digital humanities atau humaniora digital. Ia menjelaskan, pengembangan pusat bahasa ini akan menggabungkan studi budaya dengan teknologi dan desain komunikasi visual.
“FIB siap melangkah ke ranah humaniora digital dengan perspektif kebudayaan. Ini bukan hanya soal bahasa, tapi juga tentang bagaimana kebudayaan dapat dikomunikasikan secara kreatif dan relevan di era digital,” ujarnya.
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, menyampaikan apresiasi atas langkah cepat FIB dalam merespons perkembangan ilmu pengetahuan. Menurutnya, gedung baru ini akan memperkuat posisi UGM sebagai universitas pusat kebudayaan.
“Gedung yang kita bangun hari ini bukan sekadar infrastruktur, tapi juga simbol mimpi dan cita-cita besar. Kami berharap fasilitas ini dapat memunculkan pakar-pakar kebudayaan yang mampu menjawab tantangan zaman, tanpa meninggalkan akar budaya sebagai identitas UGM,” tegasnya.
Fasilitas Modern hingga Co-working Space di Lantai Tujuh
Gedung C FIB UGM ini dirancang dengan berbagai fasilitas pendukung. Nantinya, ruangan-ruangan akan difokuskan untuk kegiatan kebahasaan, pengembangan mahasiswa, perpustakaan, dan pusat kajian. Di lantai tujuh, akan disediakan co-working space untuk mendukung kegiatan kreatif mahasiswa dan kolaborasi lintas disiplin ilmu.
Pembangunan gedung akan dilakukan secara bertahap dan ditargetkan rampung dalam satu tahun. Kehadirannya diharapkan menjadi pusat pembelajaran, penelitian, dan pengembangan inovasi kebudayaan yang tidak hanya bermanfaat bagi sivitas akademika UGM, tetapi juga masyarakat luas.
“Dengan fasilitas ini, kami ingin menciptakan ruang di mana bahasa, budaya, dan teknologi bisa saling menguatkan,” jelas Setiadi. (*)
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Faizal R Arief |