https://jogja.times.co.id/
Pendidikan

Pemerintah AS Dukung Sistem Pembelajaran Inklusif Bagi Penyandang Difabel

Selasa, 31 Januari 2023 - 17:40
Pemerintah AS Dukung Sistem Pembelajaran Inklusif Bagi Penyandang Difabel Dosen Prodi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Pujaningsih bersama Deputi Urusan Kebudayaan Kedutaan Besar AS (Assistant Cultural Affairs Officer of US Embassy), Mary Trechock. (Foto: Dok. Pujaningsih)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Faktor penyebab lingkungan kelas yang inklusif adalah di antaranya keragaman tingkat intelektual dan sosial mahasiswa yang tidak terakomodir. Dosen perkuliahan dinilai perlu memberikan ruang untuk berbagai ragam kemampuan latar belakang mahasiswa dalam sistem pembelajaran.

Ditambah, dosen juga harus mengintegrasikan pengalaman mahasiswa sebelumnya dalam pembelajaran dan mengakomodir keragaman kemampuan mahasiswa. Kualitas interaksi antara dosen dan mahasiswa, interaksi antar mahasiswa serta cara ekspresi dosen baik menyemangati atau menghukum, kemauan belajar mahasiswa, kemauan meminta bantuan (terutama mahasiswa baru) merupakan faktor yang berdampak pada iklim belajar.

Hal ini dijelaskan oleh Dosen Prodi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Pujaningsih dalam workshop strategi pembelajaran berbasis Universal Design for Learning di Universitas Lambung Mangkurat. Menurutnya, yang perlu dihindari adalah microagressions yaitu perlakuan tidak nyaman dari teman maupun dosen pada individu yang marginal di kelas atau hal yang sehari-hari dianggap remeh seperti menjadikan mahasiswa merasa direndahkan.

“Mahasiswa waspada, fokus pada ancaman terhadap perasaan mereka, merasa bukan bagian dari kelas dan fokus rendah terhadap belajar karena kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa," katanya, Selasa (31/1/2023) saat ditemui di kampus UNY.

Sebaiknya, kata Pujaningsih, dosen dengan sengaja merancang keterlibatan keberagaman mahasiswa sehingga individualitas mahasiswa dihargai dan perspektif mahasiswa yang beragam disertakan di kelas. Kemudian untuk menghindari microagressions adalah dengan mengenali dan merefleksikan bias dalam interaksi dan perilaku.

“Harus bisa memahami pemicu bagi kita (apa yang membuat tidak nyaman dan kenapa) serta fokus untuk membangun norma kelas secara kolaboratif dengan dialog," ungkapnya.

Sedangkan, Dosen Prodi PLB FIP UNY lainnya, Nur Azizah Ph D mengungkap bahwa hambatan penyandang disabilitas yang kemungkinannya ada di perguruan tinggi meliputi hambatan penglihatan (Tunanetra), hambatan pendengaran (tunarungu), hambatan fisik (tunadaksa), kesulitan belajar (learning disability), gangguan emosi dan tingkah laku (tuna laras), gangguan perhatian (ADD/ADHD), Autism Syndrome Disorder (ASD) atau disabilitas mental.

“Model pemrosesan informasi tiap difabel berbeda-beda tergantung disabilitasnya. Individu dengan hambatan penglihatan menerima input informasi melalui suara dan diolah dalam memori lalu keluar outputnya dalam bentuk verbal suara. Sedangkan hambatan pendengaran distimulus melalui penglihatan diolah dalam memori lalu keluar dalam bentuk tulisan," ujarnya.

Dalam menanggapi sistem pembelajaran yang inklusif bagi penyandang difabel, Deputi Urusan Kebudayaan Kedutaan Besar AS (Assistant Cultural Affairs Officer of US Embassy), Mary Trechock menegaskan bahwa kedutaan besar AS telah memiliki komitmen kuat untuk bekerjasama dengan Indonesia terutama di bidang pendidikan.

“Pemerintah AS mendukung penuh program ini karena tujuan program ini sejalan dengan nilai dan tujuan Undang-Undang Hak-Hak Sipil yang melarang diskriminasi terhadap individu penyandang disabilitas (American with Disabilities Acts). Kami percaya program ini tepat dan bermanfaat bagi semua untuk menciptakan akses bagi mahasiswa berkebutuhan khusus,” tegas Mary.

Mary juga menekankan agar segera dikeluarkan aturan yang memungkinkan masuknya mahasiswa disabilitas untuk belajar di kampus, dan pihak kampus harus menyiapkan diri menerima lalu menjalankan suatu desain pendidikan yang sesuai bagi mereka serta sesuai bagi mahasiswa umum lainnya.

"Maka diperlukanlah desain pendidikan universal yang bisa mengakomodir semuanya," ucapnya.

Workshop tersebut merupakan kerjasama antara PS PKH Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat dengan AEIF (Alumni Engagement Innovation Fund) melalui program Improving Acces of Universal Design for Learning in Higher Institutions with Students with Disabilities yang didanai oleh Amerika Serikat melalui kedutaan Amerika Serikat (AS) Untuk Indonesia (US Embassy). 

Kegiatan ini diikuti 53 peserta luring dan 18 peserta daring dari 33 perguruan tinggi di Kalimantan Selatan dan Yogyakarta dengan diawali oleh Wakil Rektor Bidang Akademik ULM, Dr dr Iwan Aflanie M Kes MH didampingi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ULM, Dr Chairil Faif Pasani M Si. Latar belakang kegiatan ini yaitu terbukanya akses pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas yang sesuai Peraturan Menristekdikti No. 46 Tahun 2017 tentang Pendidikan Khusus dan Layanan Pendidikan Khusus. (*)

Pewarta : Hendro Setyanto Baskoro
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.