Kopi TIMES

Kisah Pemburu Kekuasaan di Astina

Kamis, 09 Maret 2023 - 14:08
Kisah Pemburu Kekuasaan di Astina Penulis Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si adalah dosen Fakultas Psikologi UAD

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Duryudana masih berada di peraduan. Sakit yang menyerang tubuhnya tak kunjung sembuh. Terus berlangsung. Berada dalam tubuhnya. 
Meski sakit yang dideritanya itu terus menjalar. Duryudana tak kunjung menentukan penerusnya. Belum ada pertanda titah raja. Sosok yang pantas menggantikannya. Putera  mahkota masih menjadi teka-teki. 

Ketika Duryudana sakit. Secara ideal. Mestinya sudah ada sabda raja mengenai punggawa dari keluarga kerajaan Astina yang pantas naik tahta meneruskan kepemimpinan Duryudana. Namun sampai saat ini. Belum ada sepatah kata pun yang dilontarkan oleh Duryudana mengenai suksesi kerajaan Astina.

Dampak yang ditimbulkan dari bungkamnya Duryudana mengenai perubahan kepemimpinan di Astina adalah suhu politik menjadi panas. Mendidih. Pertarungan antar elit memburu kekuasaan kian kentara. Mereka membentuk barisan untuk mengawal kepentingan masing-masing. Realitas tersebut menjadikan Astina sebagai arena pertarungan antar kelompok pemburu kekuasaan. Mereka bertarung memperebutkan kursi kepemimpinan sebagai raja Astina.   

Seperti bagi yang terlanjur menikmati kekuasaan membangun faksi tersendiri. Faksi yang telah berada pada zona mapan dan nyaman berusaha sekuat tenaga mempertahankan jabatan yang telah dinikmatinya sampai sekarang. Jangan sampai lepas dari genggaman.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemburu kekuasaan versi petahana. Langkah yang dilakukannya adalah membuat Duryudana tetap berada di peraduan. Terus menderita sakit. 

Dan membuat Duryudana besar hati. Seperti berusaha meyakinkan Duryudana tetap memiliki kemampuan sebagai raja. Sakit tidak menjadi hambatan baginya untuk menjadi raja. 

Cara itu mujarab. Duryudana terlena dengan sanjungan. Terbukti sampai sekarang tetap diam. Tak memikirkan. Salah satu keluarga kerajaan Astina akan diberi amanah sebagai raja.

Untuk melindungi Duryudana tetap menjadi raja dalam kondisi sakit. Faksi pemburu kekuasaan versi petahana membuat aturan untuk menunda-nunda peralihan kepemimpinan baru di Astina. Bekerja sama dengan punggawa yang membikin kaidah untuk melegalisasi raja yang sakit. Meski tak bisa berbuat apa-apa. Tetap syah menjadi raja. Sebelum raja wafat. Tak boleh ada yang menggantikannya. 

Dan faksi pemburu kekuasaan versi petahana tak luput menerbitkan  kebijakan, yaitu merupakan hak raja belum mengumumkan putera mahkota. Apalagi Duryudana dalam kondisi sakit. Bisa ambil keputusan salah. Realitas ini yang menjadikan Duryudana memiliki langkah tepat. Lebih memilih tak ambil keputusan penting saat menderita sakit. Kelak setelah sembuh, baru memikirkan tokoh dari keluarga kerajaan yang pantas menjadi raja Astina.

Sementara faksi pemburu kekuasaan yang lain adalah jenis asal raja senang. Apapun akan dilakukannya untuk membuat raja percaya. Kenyataan tersebut yang menjadikan pimpinan faksi ini tidak punya nyali mengambil keputusan sendiri. Tidak berani menempuh langkah berbeda. Tidak memiliki kemerdekaan berpikir. Untuk itu segala produk keputusan  dari faksi asal raja senang selalu mengikuti apa kata raja. Sesuatu hal yang dikatakan raja menjadi arah jalan politik faksi asal raja senang.

Bagi faksi asal raja senang menunggu restu merupakan pondasi untuk mengajukan pertimbangan  nama putera mahkota pada raja. Sebenarnya faksi asal raja senang memiliki hak untuk mengajukan nama putera mahkota. Namun pemimpin faksi asal raja senang tidak mau mendahului kehendak raja. 

Strategi yang dilakukan oleh faksi asal raja senang menanam pembisik di lingkaran inti raja. Ketika mencium aroma keinginan raja mengenai putera mahkota. Maka faksi asal raja senang baru mengumumkan calon resmi untuk dipilih oleh raja. Tujuan utama cara ini sekedar untuk sama dengan pilihan raja. Kesamaan pilihan menambah kepercayaan raja pada elit faksi asal raja senang. Kepercayaan raja tersebut memberi imbalan agar terus menjadi pembantu raja.

Selanjutnya faksi yang berbeda mempunyai kepentingan pragmatis. Faksi ini bersikap ambigu. Tidak jelas siapa yang mau diusulkan sebagai putera mahkota ? Sebenarnya sikap ambigu merupakan kiat politik mengikuti arah angin berhembus lebih kuat mengarah pada salah satu keluarga kerajaan yang akan dijadikan putera mahkota oleh Duryudana.  

Agar tidak ketahuan tujuan pragmatis. Faksi bersikap ambigu ini memiliki argumentasi sebagai strategi cerdas. Sikap ambigu merupakan pilihan  agar tidak mudah dibaca oleh lawan politik. 

Namun dibalik dari strategi sikap ambigu. Ada agenda tersembunyi, yaitu siapa pun pengganti menjadi raja akan mendapat kue kekuasaan. Tak usah terlalu cepat mendukung punggawa tertentu. Maka lebih baik menunggu pada tahap akhir. Punggawa kerajaan Astina yang paling berpotensi menjadi putera mahkota yang secara resmi menjadi pengganti raja akan didukungnya. Yang penting faksi ini memperoleh jabatan saat putera mahkota dikukuhkan sebagai raja.

Ada faksi berikutnya yang tak ada kaitannya dengan keluarga kerajaan Astina. Mereka merupakan faksi kelompok pendukung. Terdapat berbagai karakteristik terkait dengan faksi kelompok pendukung. 

Sebagian kelompok faksi pendukung membikin proyek. Mereka mengajukan proposal pada punggawa kerajaan yang mempunyai ambisi dipilih oleh Duryudana sebagai raja. Mereka mengajukan pembiayaan untuk menjalankan  operasi politik. Kelompok ini mempunyai kekhasan membangun opini publik. Mereka berupaya mengerahkan rakyat untuk mencari dukungan sebanyak-banyaknya. Semakin banyak pendukung.

Harapannya dapat mempengaruhi kebijakan raja. Putera mahkota yang dipilihnya telah memperoleh dukungan mayoritas rakyat.

Ada juga faksi pendukung yang benar-benar idealis dan  ikhlas untuk mengusulkan calon yang memang mempunyai hak untuk menjadi raja di Astina. Jalan yang mereka tempuh adalah jalan kebenaran. Kelompok pendukung idealis ini ingin keputusan yang diambil oleh raja merupakan keputusan yang selaras dengan undang-undang kerajaan Astina. 

Raja memilih putera mahkota secara aturan memang memiliki kuasa untuk  menjadi raja. Dan para pendukung idealis semata-mata ingin putera mahkota yang akan dinobatkan sebagai pengganti Duryudana adalah mempunyai kualitas mumpuni sebagai raja. Dirinya mampu membawa rakyat memiliki kehidupan lebih baik. 

Bagi faksi pendukung idealis berani menetapkan salah satu putera terbaik Pandawa sebagai calon raja karena terbukti rekam jejaknya secara tulus dan bekerja keras memperhatikan nasib rakyat. Sayangnya kehendak dari faksi pendukung yang berjalan atas nama kebenaran dan keadilan ini selalu dihalang-halangi oleh keluarga Kurawa. Strategi yang ditempuh keluarga Kurawa dengan cara apapun. Jalan haram  dilakukan asal  salah satu keluarga Pandawa tak menjadi raja Astina. (5-bersambung).

***

*) Oleh: Dr Hadi Suyono, Penulis adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.