https://jogja.times.co.id/
Kopi TIMES

Kesaksian Bagong

Jumat, 24 Maret 2023 - 07:46
Kesaksian Bagong Hadi Suyono, dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. 

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Wajahnya sumringah. Jalannya jingkrak-jingkrak. Sesekali melenggak-lenggok. Menari-nari. Meski tak ada gending  mengiringi. Bagong berjoget. 

Polah tingkah Bagong itu dilakukan di sembarang tempat. Di perempatan jalan. Di pasar-pasar. Di tempat hajatan. Di kampung-kampung. Di alun-alun. Tak mengenal lelah. Bagong berpindah-pindah  untuk berjoget. 

Di semua arena. Bagong bikin performance art. Sekedar berjoget. Anehnya penonton selalu berjubel. Menyaksikan Bagong berjoget. Meski jogetnya tak beraturan. Asal meliukkan tubuh. Menggerakkan tangan. Melangkahkan kaki. Karena Bagong memang tak memiliki kemampuan yang memadai sebagai penari profesional. Bahkan Bagong tak melibatkan penabuh gamelan untuk mendukung pertunjukkan tariannya. Namun penonton selalu riuh menyaksikan Bagong bergoyang. 

Secara kasat mata. Kebanyakan penonton menilai. Bagong sedang berperan sebagai seniman. Kegiatan berkesenian dengan menari, sebagai bentuk menuangkan ekspresi, bersumber dari kegelisahan hati nurani. 

Sebagai wujud karya seni. Karya tari Bagong merupakan karya dikategorikan sederhana. Namun karya Bagong tetap diapresiasi oleh publik karena memberikan suatu pelajaran berharga, yaitu diungkapkan dengan jujur dan apa adanya. Tidak dibuat-buat. 

Pengembaraan batin Bagong yang selalu memelihara kejujuran dan apa adanya ini menjadi energi untuk mengolah rasa yang dialirkan pada pertunjukan tari. Keikhlasan, dan tampil tidak dibuat-buat ini menjadi daya magnet  untuk menarik banyak orang menikmati hasil karyanya.
Mendengar komentar dari orang lain yang melihat pertunjukkannya. Dalam hati Bagong tertawa sambil berucap: “Sok tahu.“ Karena sesungguhnya yang mengerti akan motivasi  keliling menggelar fragmen tarian adalah Bagong sendiri. Dan bukan yang diinformasikan oleh orang lain mengenai tujuan Bagong membuat perhelatan tarian.

Sebenarnya dinamika psikologis yang terjadi pada diri Bagong. Sama sekali tak ada niat membikin pertunjukkan tari. Bagong tidak merencanakan untuk berjoget di tempat-tempat umum. Tarian itu. Tidak disengaja. Tidak disadari. Spontanitas. Hadir begitu saja. 

Mendapati pengalaman tak bisa mengontrol terhadap gerakan tubuhnya. Bagong merasa heran pada dirinya. Tubuhnya bergerak sendiri. Meski kadang dirinya tak ingin.

Faktor penyebabnya bersumber dari kegembiraan Bagong yang meluap-luap. Kebahagiaan membanjiri hatinya. Bagong menandai. Ketika Bagong merasa bahagia. Hatinya riang. Tiba-tiba saja. Tangannnya bergerak. Kakinya bergerak. Badannya bergerak. Kepalanya bergerak. Seluruh tubuhnya bergerak membentuk formasi tarian. 

Peristiwa yang menimpa Bagong itu. Tak mengenal ruang. Tak  mengenal waktu. Kapan pun. Dimana pun. Saat Bagong gembira. Tubuhnya langsung bergerak. Merajut suatu tarian ala Bagong.

Setelah ditelusuri lebih jauh. Ternyata bukan sembarang kegembiraan yang membuat Bagong tak terkendali untuk menari. Ada kegembiraan spesifik yaitu perubahan drastis yang ada di Astina yang menstimulasi Bagong secara refleks melakukan gerakan tarian. Gerakan refleks ini tak bisa dikontrol oleh Bagong.

Meski  bukan sebagai ladang pengabdiannnya. Bagong tetap bahagia mengenai perubahan di Astina, Alasannya berempati pada rakyat  Astina berada pada posisi mencari penghidupan lebih mudah dan nyaman karena berkah dari kemajuan yang telah dicapai oleh kerajaan yang dipimpin oleh Duryudana tersebut. Empati bisa tumbuh karena sama-sama menjadi rakyat. Selama ini Bagong menjadi  kawula di Pandawa. 

Perubahan yang terjadi di Astina yang membuat Bagong bahagia adalah tiba-tiba menjadi kerajaan makmur. Kekayaan alam melimpah dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mendukung  kesejahteraan rakyat. Kemakmuran ini terwujud karena punggawa kerajaan memiliki keterampilan tingkat tinggi  mengolah kekayaan alam secara efektif, efisien dan tetap menjaga kelestarian lingkungan di Kerajaan Astina.

Keterampilan punggawa di atas rata-rata mengelola kekayaan alam berbuah manis. Astina menjadi surplus komoditas pertanian, perkebunan, dan perikanan. Hasil bumi dari pertanian dan perkebunan melimpah sehingga tak habis untuk dikonsumsi oleh rakyat. Masih banyak cadangan dari hasil pertanian dan perkebunan. Demikian juga hasil tangkapan perikanan. Masih banyak tersisa. 

Maka surplus hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan dijual ke kerajaan-kerajaan lain. Keuntungan dari perdagangan dengan kerajaan lain digunakan untuk meningkatkan layanan pendidikan. Sehingga rakyat menyekolahkan anak-anaknya dengan gratis di padepokan. 

Tidak ada pungutan biaya sekolah sangat menguntungkan bagi rakyat penghasilan rendah. Rezeki yang mereka dapatkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga tak mungkin bisa memasukkan anaknya pada padepokan yang baik karena sumbangan pendidikan mahal. 

Karena padepokan tak menarik dana. Sebagai rakyat kurang mampu secara ekonomi. Anak-anaknya tetap bisa belajar di padepokan yang berkualitas. 

Ketika anak-anak tersebut memperoleh asupan pendidikan yang memadai. Kelak dapat mengentaskan dari jerat kemiskinan struktural.  Pendidikan menjadikan mereka memiliki sumber daya insani yang mampu mewujudkan kesejahteraan pada keluarga.

Tak luput Bagong melihat balai pengobatan dibangun merata di seluruh kerajaan Astina. Meski di daerah-daerah pelosok, balai pengobatan dibikin dengan standar layanan yang baik. Rakyat tak perlu membayar. Gratis. Kerajaan Astina merupakan kerajaan kaya, sehingga dana yang dimilikinya dapat digunakan  untuk mendanai operasional balai kesehatan. Layanan kesehatan ini menjadikan rakyat berterima kasih pada kerajaan. Karena rakyat  yang tak punya uang berlebih dapat memperoleh pengobatan maksimal. 

Kesaksian Bagong mengenai kerajaan Astina telah melindungi rakyat dengan layanan pendidikan dan kesehatan menyentuh kebutuhan rakyat bawah membuat dirinya bahagia. Kalau sudah bahagia tumbuh dalam dirinya. Tanpa disadari. Mulai seluruh tubuh bergerak membentuk konfigurasi tarian. Bila kebahagiaan itu ternyata tengah berada di pasar. Bagong akan menari di pasar. Juga di tempat-tempat lain.

Kesaksian Bagong lain yang dilihat adalah Duryuduna mampu mengkondisikan punggawa memiliki jiwa negarawan. Amanah jabatannya sebagai sarana pengabdian memperjuangkan rakyat agar mudah mencari rezeki, bahan-bahan kebutuhan bisa diperoleh dengan harga terjangkau, suasana tentram, situasi damai terjaga, tak ada perselisihan, dan menghadirkan keadilan bagi segenap warga kerajaan. Untuk mewujudkan harapan rakyat ini punggawa rela berkorban, hidup sederhana, dan memberikan kinerja terbaik sesuai tanggung jawabnya. 

Melihat punggawa kerajaan Astina memiliki komitmen tinggi menjadikan kehidupan rakyat menjadi lebih baik. Mekar kegembiraan dalam hati Bagong. Saat Bagong merasakan kebahagiaan. Seluruh tubuhnya bergerak dengan sendirinya. Membentuk tarian. Kali ini terjadi di pendapa Kerajaan Astina. Saat berlangsung Duryudana menggelar rapat akbar yang menghadirkan seluruh punggawa. 

Ketika Bagong mulai bergerak. Ternyata menelan korban. Bagian perut Petruk. Tanpa disengaja. Terkena telapak kaki Bagong. Rupanya gerakan kaki Bagong berwujud tendangan mendarat di perut Petruk. Tendangan Bagong membangunkan Petruk saat tertidur. Wajar Petruk tertanggu. Istirahatnya yang nyaman diusik oleh ulah Bagong. 

Untuk membalas Bagong. Petruk berdiri. Mengambil seember air. Bagong yang sedang terlelap sambil mendengkur keras disiram air oleh Petruk. Setelah Petruk membikin Bagong basah kuyup. Segera lari. Dan tertawa lepas. Sepertinya balas dendam sudah tertuntaskan.

Tentu saja Bagong terbangun. Masih diliputi rasa jengkel pada Petruk yang menyebabkan dirinya dalam keadaan basah. Bagong tersadar. Kesaksian terhadap kerajan Astina. Ternyata hanya mimpi (7-bersambung). (*)

***

*) Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.