Kopi TIMES

Latihan Ktitik-Mengkritik melalui Buku Paket SMA Kurikulum Merdeka

Sabtu, 26 November 2022 - 17:17
Latihan Ktitik-Mengkritik melalui Buku Paket SMA Kurikulum Merdeka Apri Damai Sagita Krissandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Tantangan guru pada era ini adalah menarik minat siswa untuk mau terlibat dalam pembelajaran di kelas. Banyaknya platform hiburan yang menghiasi hari-hari siswa menjadikan pembelajaran di kelas terasa berat untuk membuatnya menarik. Jarak “zaman” antara siswa dan guru memberikan jurang pembeda yang sulit searah. Guru sebagai “manager” di kelas sepertinya perlu bekerja keras menjadikan kelas sebagai prototipe dunia nyata yang relate dengan dunia siswa. Jika pembelajaran di kelas terasa nyata dan nyambung dengan dunia sehari-hari, siswa akan menganggapnya penting bagi dirinya untuk terlibat aktif. 

Angin segar bagi para guru khususnya guru Bahasa Indonesia. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kemendikbudristek meluncurkan buku paket untuk semua jenjang pendidikan. Salah satu yang menjadi perhatian penulis adalah buku Bahasa Indonesia pada jenjang SMA. Buku ini berjudul Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia yang ditulis oleh Fadillah Tri Aulia dan Sefi Indra Gumilar. Patut diapresaisi karena konten buku yang berusaha mengakomodasi topik-topik milenial yang dibalut dengan tujuan pendidikan yang luhur.

Ada hal yang menarik pada bab yang berjudul Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman. Bab ini membahas tentang teks anekdot yang digunakan sebagai sarana mengkritik. Teks anekdot sebuah cerita lucu sekaligus mengandung kritik atas fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Melalui komedi yang tepat, sebuah kritik layaknya cerita lucu yang bisa didengar dengan ringan dan santun. Contoh yang dibahas dalam buku ini adalah stand up comedy.

Siswa diminta untuk menganalisis sebuah transkrip stand up comedy melalui struktur teks anekdot: orientasi, komplikasi, dan evaluasi. Setelah menganalisis, siswa diminta menilai akurasi kritik sosial yang disampaikan. Siswa menganalisis potensi disampaikannya kritik melalui komedi dan teknik menyampaikan komedi tersebut. Siswa diminta menyusun naskah stand up comedy dengan istilah-istilah set up, punchline, bit, dan rule of three. 

Stand up commedy memiliki potensi untuk menyampaikan pesan yang seringkali tidak dapat disuarakan dengan cara lain. Selain menghibur, stand up comedy memiliki kemampuan untuk menjangkau kritikan yang seringkali tidak terjangkau oleh bentuk-bentuk kritik lainnya. Dialektika sifat komedi stand-up memiliki indikator pertunjukan terbaik adalah pertunjukan di mana humornya berdasarkan kebenaran, menjadikannya alat yang ideal untuk secara efektif mengkritik situasi yang tidak adil atau menindas. 

Siswa juga dilatih melakukan riset sebelum membuat naskah. Agar kritik yang disampaikan bertanggung jawab, siswa harus memiliki data atau informasi yang valid terkait fenomena yang  diangkat ke dalam teks. Siswa dilatih melakukan berbagai metode riset, salah satunya survey. Selain data yang kuat, kesantunan dalam menyampaikan kritik dalam bentuk komedi perlu diperhatikan. Kesantunan dalam berkomedi ditekankan dalam buku ini. Tidak mengandung sara dan bullying. Melalui riset yang dibuat, siswa dapat menakar sendiri taraf kesensitifitasan komedi yang ditulisnya. Tanggung jawab diberikan kepada siswa melalui naskah komedi yang dibuat. 

Apresiasi layak diberikan penulis buku paket SMA ini. Kendatipun masih ada beberapa hal yang kurang, misalnya gambar yang pecah dan tidak terbaca dan juga bab satu terkait topik Mengungkap Fakta Alam secara Objektif yang terkesan kurang menarik karena riset yang ditawarkan adalah tentang tonggeret dan kunang-kunang. Rasanya kurang menarik jika siswa SMA diminta mengungkap fakta alam dengan topik tonggeret dan kunang-kunang tidak pada kajian saintifik, tetapi hanya pada pengetahuan permukaan dan ciri hewan tersebut, rasanya lebih tepat untuk siswa jenjang SD dan SMP. Di luar hal itu, buku ini sangat layak diapresiasi. Guru akan memiliki gambaran bahan ajar yang menarik dan menantang siswa, serta relate dengan dunia mainstream siswa saat ini. Guru juga akan tertantang untuk mengkreasikan bahan ajar yang sesuai dunia siswa. Guru akan lebih mengenal “siapa siswa yang mereka didik”.

Melalui keterampilan mengkritik yang dihadirkan dalam buku paket merdeka belajar, siswa dilatih sejak dini untuk mampu mengkritik. Kementrian pendidikan secara sadar melatih generasi muda untuk menjadi pengkritik yang santun. Seperti kita tahu, kritik sangatlah penting dalam sebuah ekosistem kelembagaan. Kritik dapat memberikan kewaspadaan, refleksi, dan perbaika diri dalam sebuah kelembagaan, tak terkecuali negara. Maka, negara harus bersiap terhadap lahirnya pengkritik-pengkritik handal. Negara harus sepakat untuk tidak anti-kritik.

***

*) Oleh: Apri Damai Sagita Krissandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.