Kopi TIMES

Bertebaran untuk Keberuntungan

Senin, 25 November 2019 - 06:23
Bertebaran untuk Keberuntungan Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Surat Al-Jumu’ah 10).

Kehidupan manusia pada hakekatnya perlu bangun dalam keseimbangan. Di satu sisi harus terbangun hubungan vertikal yang kokoh, hablum minallah. Yang diwujudkan dengan penguatan iman dan peningkatan Amal ibadah. Di sisi lain, harus terbangun ikatan horizontal dengan mencari rizki yang diridloi oleh Allah swt, sehingga bisa selamatkan hidup di dunia dan akhirat. Keduanya harus terbangun dan terjaga dalam keseimbangan.

Dalam kehidupan yang sama-sama kita maklumi, bahwa ada sejumlah orang yang takut neraka, dan sangat merindukan syurga, sepenuh hidupnya diisi dengan beribadah dan beribadah, waktunya habis di tempat ibadah. Berhalwat untuk menenangkan diri, dengan puasa dan tirakat untuk tujuan tertentu. Hingga ekstrimnya melupakan cari rizki untuk keluarga.

Tanggung jawab dunianya diabaikan dan nampak tak ada guilty feeling. Kondisi yang demikian bukanlah sesuatu yang patut diteladani, karena bertindak yang berlebihan, sehingga melupakan kewajiban.

 Selanjutnya ada yang takut sengsara dan gagal hidup di dunia. Waktu sepenuhnya hanya habis untuk dunia. Bekerja keras mengejar harta, karir, dan tahta. Untuk mewujudkan cita-citanya mengorbankan segalanya.

Waktu habis. Uang untuk suap tak terhitung. Bahkan untuk pelaris dan kepentingan perdukunan ada yang korbankan jiwa. Untuk raih hidup yang baik di dunia memang bisa dimaklumi, tetapi menghalalkan segala cara, sangat tidak diharapkan bahkan sangat kurang terpuji.

Ingat, bahwa ketika saatnya panggilan Adzan untuk shalat Jum’at, semua perdagangan dan pekerjaan untuk sementara wajib segera kita tinggalkan.

Jika tidak, maka hasilnya haram dinikmati. Sanksi selintas dapat dikesankan sungguh keras, namun itulah adanya. Untuk mendidik disiplin beragama. Dalam menjalankan kewajiban Allah swt memang diperlukan kesungguhan dan totalitas. Kita tidak bisa dibenarkan bekerja setengah hati. Dalam konteks apapun bekerja dengan total insya Allah akan menghasilkan.

Keberhasilan yang kita raih bisa relatif, tergantung pada pandangan hidup kita. Kita yang berpandangan materialistis dan pragmatis,  mengukur keberhasilan biasanya dengan parameter yang bersifat material dan finansial.

Sebaliknya yang berpandangan spiritual dan ideal, bahwa keberhasilan kerja kita diukur dengan kepuasan mental-psikologis atau moral, sehingga rekognisi dan pahala dari Tuhan dianggap jauh memenuhi kepuasan hati daripada uang yang bertumpuk. Yang penting keberhasilan itu bersifat personal.

Akhirnya, bahwa manajemen waktu yang baik dikaitkan dengan status kita, sangatlah penting. Kapan kita bekerja untuk urusan dunia atau akhirat,  kita sendiri, hati kita yang paling tahu.

Kita seharusnya bekerja dalam keseimbangan. Pribadi berintegritas itu sangat penting, sehingga kita dalam berpikir, bersikap, dan bertindak seharusnya bertumpu pada prinsip konsistensi. Kita Jangan mengukur sepatu untuk kita sendiri dengan ukuran kaki orang lain yang belum pernah kita kenali. (*)

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.