Kopi TIMES

Urgensi Budaya Literasi di Era Digital

Kamis, 19 Mei 2022 - 05:35
Urgensi Budaya Literasi di Era Digital Agil Mulya Gaffar, Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta prodi Ahwal Syakhshiyah.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Selain itu, negara Indonesia juga memiliki beraneka ragam ras, suku, budaya dan bahasa yang berbeda beda. Keberagaman yang ada pada tiap tiap diri orang Indonesia ini yang menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang unik. 

Sehingga pada akhirnya terbentuklah semboyan bangsa yang tepat bagi seluruh kemajemukan yang ada di Indonesia, yakni Bhineka Tunggal Ika (Berbeda beda tetapi satu tujuan). Saking banyaknya keberanekaragaman bangsa indonesia, tidak sedikit pula yang kurang mampu menjalin komunikasi antara satu ras dengan yang lainnya.

Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa banyak pula terjadi konflik antar masyarakat yang mengatasnamakan agama ataupun suku. Kurangnya rasa untuk saling menghargai dan menghormati terhadap perbedaan ini yang menjadikan bangsa indonesia tetap statis. 

Sebenarnya perilaku yang dapat merusak tali persaudaraan kewarganegaraan ini dapat diselesaikan dengan pendidikan. Sedangkan kunci untuk membuka gerbang pendidikan itu sendiri adalah dengan adanya budaya literasi yang progresif. Orang yang sering membaca akan lebih mudah memahami sikap seseorang yang tidak sepaham dengan pemikirannya, bukan malah bertindak radikal dan menentang karena tidak sepaham dan menganggap dirinya paling benar. 

Sayangnya di era globalisasi ini, generasi milenial terlihat sangat mengkhawatirkan, tidak sedikit pula bagi mereka yang menghabiskan hari harinya di atas kasur, sekedar stalking instagram ataupun chat whatsapp. Alhasil kegiatan tersebut tentunya kurang baik jika dilakukan terus menerus, hal itu dikarenakan akan berdampak pada kerangka berpikir anak sehingga kegiatan bermalas malasan akan menjadi sebuah karakter buruk yang merusak citra anak itu sendiri. 

Jika generasi bangsa indonesia hanya hidup dengan minimnya budaya literasi, otomatis kreativitas dan pengetahuan seseorang tidak akan berkembang. Hal ini juga akan berdampak terhadap kemajuan bangsa indonesia yang akan menerima konsekuensi buruk dari sikap generasi milenial yang kurang membudayakan keinginan membaca. Oleh karenanya penulis mengingatkan lagi pentingnya budaya literasi guna memberikan manfaat membaca bagi seluruh masyarakat agar dapat memiliki inovasi inovasi cemerlang dan mampu menghargai antarsesama.

Literasi merupakan suatu kegiatan positif yang berguna untuk menambah wawasan, pola pikir dan memperluas ilmu pengetahuan. Budaya literasi sering kali digaungkan oleh orang orang di berbagai negara. Bahkan jika kita menilik pada zaman Yunani kuno, mereka semua sangat menjunjung tinggi adanya literasi dan filsafat. Bahkan pada masa Nabi Muhammad pun, ayat yang pertama turun mengajarkan kepada manusia betapa pentingnya budaya literasi. 

Pada era apapun, budaya literasi seolah olah menjadi garda terdepan dalam membuka gerbang pendidikan yang lebih luas. Urgensi literasi seolah olah sudah menjadi bagian dari masa depan bangsa. Hal itu dikarenakan, jika bangsa tersebut tidak mampu memperteguh budaya literasi pada dinamika perkembangan masyarakat. 

Secara tidak langsung negara tersebut telah gagal dalam menanamkan pola pikir positif bagi masyarakatnya. Sehingga Negara tersebut akan tertinggal dari negara negara lainnya akibat kuatnya arus globalisasi. Dalam konteks ini, literasi bukanlah hanya sekedar membaca. Literasi juga bisa bermakna menghayati keadaan sekitar. Apapun kejadian yang terjadi pada tiap tiap seseorang, pasti memiliki makna dan maksud sendiri. 

Sehingga orang tersebut dapat mengambil pelajaran sebagai hikmah dan mengambil manfaat darinya. Akan tetapi jika kita menelisik pada bangsa indonesia, perilaku dan kebiasaan pemuda indonesia saat ini bisa dikatakan kurang baik. Hal tu dikarenakan minimnya budaya literasi yang ada di Indonesia sehingga menjadikan bangsa indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat literasi yang rendah. Padahal dengan membaca, manusia dapat mengetahui segala hal, mereka juga dapat melarasakan tiap bait tulisan dari sang penulis tulisan itu sendiri, sehingga seolah olah manusia dapat merasakan apa yang penulis rasakan pada karyanya itu.

Selain itu, manfaat membaca juga dapat memberikan sikap toleransi terhadap seseorang yang berbeda pandangan. Seseorang yang membiasakan dirinya untuk membaca tentunya akan mampu memahami sikap dan pengetahuan yang ia dapatkan dari membaca, sehingga ia mampu untuk mengontrol diri dan memahami keadaan yang ada tanpa harus bersikap sok benar.

Sebagai makhluk yang terlahir tanpa pengetahuan, maka sudah seharusnya manusia mampu membudayakan kebiasaan membaca. Dimulai dari diri sendiri, kemudian disalurkan kepada lingkungan sekitar. Kebiasaan membaca dapat tumbuh dengan cepat apabila dilestarikan dengan tepat. Sayangnya tidak demikian dengan negara Indonesia. Para pemuda terutama mahasiswa tampaknya kurang berminat dalam membudayakan literasi, bahkan dari jutaan ahasiswa yang ada di Indonesia tidak semua dari mereka suka membaca, baik itu berita harian di website maupun membaca buku. 

Orang setingkat mahasiswa saja memiliki minat yang rendah terhadap dunia literasi, lantas bagaimana dengan orang orang yang tidak mengecap bangku perkuliahan? Tentu hal ini menjadi PR bagi seluruh elemen masyarakat. Sebuah fakta yang memalukan bahwa mahasiswa yang dianggap sebagai salah satu penyelamat bangsa memiliki tingkat literasi rendah. Bahkan kegiatan yang biasa dilakukan mahasiswa saat ini adalah hanya chatting-an, bermian tik-tok dan lain sebagainya. 

Kegiatan tersebut menurut hemat penulis merupakan kegiatan yang kurang baik bagi sekelas mahasiswa. Hal itu dikarenakan mahasiswa memiliki peranan penting dalam meningkatkan stabilitas kesejahteraan rakyat. Bukan mencari ketenaran demi menjadi viral di jagat maya. Saat ini, kuatnya arus globalisasi tampaknya telah membuat bangsa indonesia kurang turut andil untuk menjadi kontestan di pertarungan produksi karya inovatif di kancah internasional. Indonesia seperti halnya seorang penonton yang hanya asyik melihat sengitnya pertarungan antar negara. 

Sebut saja Jepang, dengan karya robotnya, ia telah mampu mengungkapkan kepada dunia bahwa mereka mampu menciptakan karya inovatif yang berguna bagi seluruh masyarakat kelak. Padahal, jika ditelisik secara lebih dalam. Sumber daya jepang nyatanya kurang begitu baik ketimbang negara Indonesia. Akan tetapi, dengan pendidikan dan sikap militansi yang tingg, negara itu mampu menjadi salah satu negara yang luar biasa berpengaruh di dunia internasional. Hal ini berbanding terbalik pada negara Indonesia.

Oleh karenanya, sudah sepatutnya pemuda khususnya mahasiswa untuk menerapkan pentingnya budaya literasi bagi lingkungan sekitar. Hal itu dikarenakan agar budaya literasi tidak mati. Masyarakat juga harus membiasakan membaca agar tidak mudah terjerumus terhadap informasi informasi palsu yang dapat merusak keharmonisan antarsesama.

Sebagai bangsa yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sudah sepatutnya bangsa Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan ini. Kurangnya budaya literasi menjadi salah satu faktor utama dalam merosotnya bangsa indonesia. Pemuda indonesia pun harus mengaca pada negara lain, hal itu guna untuk meningkatkan rasa antusias agar mampu bersaing di kancah internasional dengan mengharumkan negara indonesia itu sendiri.

***

*) Oleh: Agil Mulya Gaffar, Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta prodi Ahwal Syakhshiyah.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.