https://jogja.times.co.id/
Kopi TIMES

Mengenal Pendidikan Indigenous dalam Pembelajaran

Kamis, 09 Februari 2023 - 15:32
Mengenal Pendidikan Indigenous dalam Pembelajaran Apri Damai Sagita Krissandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Beberapa tahun ini, pendidikan karakter menjadi isu yang hangat diperbincangkan dalam dunia pendidikan di dunia.

China, India, Afrika, Aborigin, Hawai, Malaysia, dan negara-negara lain mulai menggali pegetahuan indigenous untuk menemukan kembali pengetahuan yang masih relevan dengan kondisi saat ini. Pandemi covid-19 menjadi salah satu pematik kesadaran penggalian pengetahuan masa lalu. Bukti konkret banyak ditemukan bahwa masyarakat indigenous lebih mapan dalam deraan krisis akibat covid. Mereka tidak terdampak sistem ruwet tentang efek domino ekonomi yang hancur akibat covid-19.

Pendidikan Indigenous merupakan pendidikan yang berakar dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat lokal. Masyarakat indigenous memiliki cara sendiri dalam melihat dunia, memiliki pandangan dunia, budaya, dan tradisi sendiri, memiliki makna pembangunan sendiri. Maka, pendidikan indigenous adalah pendidikan yang meletakkan kebudayaan lokal sebagai landasan pembelajaran dan pertumbuhan seseorang. 

Sistem dan praktik pengetahuan indigenous telah diturunkan dari generasi ke generasi selama ribuan tahun, melalui antara lain ritual, bercerita, mengamati, mendengar, menganyam, mencipta, berburu, bercocok tanam, memasak, dan bermimpi. Pendidikan indigenous berlanjut dalam bentuk-bentuk tradisional di wilayah-wilayah lokal. 

Sebagian bentuk pendidikan indigenous memang berdasarkan pada pengetahuan adat. Namun, sering kali pendidikan indigenous berjalan seiring kurikulum pendidikan nasional, sehingga tidak hanya memberi anak-anak nilai akar budaya yang kuat, tapi juga kemampuan untuk secara kritis menghadapi berbagai tantangan, risiko, dan juga memanfaatkan peluang dari pengetahuan umum.

Ciri-ciri Pendidikan Indigenous

Pendidikan indigenous lahir dari wilayah adat dan para leluhur. Pendidikan Indigenous khas di setiap bangsa karena berakar dari kehidupan dan kebudayaan setiap masyarakat indigenous di wilayah mereka. Pendidikan indigenous awalnya dimulai dari impian para tetua adat. Pendidikan indigenous berjalan mengunakan “cara-cara indigenous untuk mengetahui, belajar, mengajar, mendidik, dan melatih”.

Muatan pembelajarannya menggunakan berbagai metodologi, dan ruang-ruangnya harus bersesuaian dengan jatidiri, cara hidup, dan sistem pengetahuan setiap daerah. Misalnya, ruang-ruang belajar tidak hanya ruang kelas tapi juga bisa di semua tempat dalam wilayah adat. 

Pendidikan indigenous lebih mengutamakan pemikiran yang menyeluruh dan saling terhubung dibanding pendekatan yang terpecah-pecah dan terkotak-kotak. Ia juga dirancang untuk mendukung impian masa depan bersama, bukan hanya impian perorangan.
Kajian indigenous di Indonesia pernah dilakukan untuk menemukan pola pengelolaan air di Sumatra. Kajian tentang pendidikan indigenous masih sangat berpotensi dikembangkan. Utamanya untuk menemukan karakter pendidikan yang khas di Indonesia.

Pentingnya Pendidikan Indigenous

Pendidikan indigenous adalah kunci agar anak-anak tetap berpegang pada kebudayaan mereka. Pendidikan indigenous membantu mereka menelusuri cara-cara lama maupun baru untuk tetap terhubung dengan wilayahnya, serta memberi mereka kesempatan untuk berpikir kritis tentang tantangan-tantangan dan ancaman-ancaman baru yang dihadapi. Alhasil, kaum muda akan mendukung para tetua dalam melindungi budaya dan wilayah, serta menciptakan perubahan baik yang berakar pada jejak leluhur, sekaligus menjadi mudah menyesuaikan diri dan ulet.

Pendidikan indigenous membantu anak-anak memahami konsep-konsep dan filsafat-filsafat yang lebih mendalam yang terkandung di masyarakatnya. Pendidikan indigenous dapat membantu mereka memperkuat kebanggaan atas jatidiri dan budaya mereka yang khas. 
Pendidikan indigenous membantu menyiapkan para pemimpin generasi penerus di Indonesia.

Nilai-nilai indigenous membekali mereka dengan keterampilan-keterampilan yang mereka perlukan untuk menjembatani dan memandu dunia dengan budaya nasional atau umum yang berpengaruh. Mereka bisa berakar secara mendalam pada budayanya sekaligus mampu terlibat dengan tujuan nasional dengan cara mereka sendiri. 

Banyak sistem pendidikan mengajarkan individualisme, memperkuat cerita bahwa pembangunan dan kemajuan datang ketika seseorang mengejar kepentingannya sendiri. Akhirnya, kebanyakan sistem pendidikan mengajarkan materialism.

Dalam jangka pendek, individualisme, materialisme, dan pertumbuhan tanpa akhir memberikan keuntungan bagi sebagian orang. Namun, ideologi ini membuat planet kita tak dapat dihuni. Pertumbuhan tanpa akhir didasari oleh ekstraksi sumber daya tanpa akhir dari suatu planet bersumber daya terbatas. Materialisme memutuskan hubungan kita dengan alam dan dengan pemahaman bahwa sistem-sistem pendukung planet kita bergerak menuju kehancuran. Individualisme cenderung mengarah pada pemusatan sumber daya yang semakin berkurang di tangan beberapa orang. 

Sumber Kajian Nilai Pendidikan Indigenous

Salah satu alternatif penggalian nilai-nilai indigenous adalah melalui karya sastra anak masa lalu. Balai Pustaka memiliki khasanah terbitan sastra anak sejak zaman kolonial. Tak sedikit karya yang memiliki nilai indigenous yang layak digali dan dirumuskan sebagai salah satu nilai karakter kebangsaan. Sastra anak di Indonesia merupakan kajian baru. Masih sangat sedikit orang yang melakukan kajian mendalam utamanya pada karya sastra klasik Indonesia.

Sastra anak klasik di Indonesia memang tak begitu mendapat tempat dalam kajian sastra. Kajian nilai indigenous menjadi salah satu daya tarik isi dari sastra anak klasik ini. Di dalamnya memungkinkan adanya olah pikir dan olah rasa anak-anak Indonesia yang khas. Pendidikan tidak hanya tentang akal, tetapi olah rasa, dan hal-hal ini pasti banyak ditemukan dalam novel sastra anak pada zaman dahulu. 

Misalnya tentang bagaimana anak-anak di zaman dahulu belajar dengan konkret. Melalui sekolah sederhana di pamulangan desa, mereka diminta untuk terjun langsung ke pasar untuk mengamati mekanisme pedagang mulai dari gimik, strategi, pola keuntungan, dan lain-lain. Anak-anak disimulasikan langsung tentang metode beternak bebek, cara memperoleh keuntungan, sampai membuat telur asin. Mereka diminta mengamati pandai besi dan membuat produk baru dari kreativitas mereka. 

***

*) Oleh: Apri Damai Sagita Krissandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.