TIMES JOGJA, BANTUL – Sejuknya udara pagi di daerah Trirenggo, Bantul, menambah suasana hati menjadi lebih damai yang membuat pikiran terasa segar untuk membangun asa menjadi sebuah kenyataan.
Windu Sinaga dan Riris Simanjuntak, sepasang suami istri pernah bermimpi memiliki perusahaan sendiri. Mereka ingin berwirausaha dengan produk yang dapat menjaga kelestarian kekayaan budaya Indonesia, sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar.
Riris, memang memiliki pengalaman kerja di industri kerajinan. Sedangkan Windu sudah belajar bisnis mulai remaja.
Sekitar tahun 2009, berawal dengan memproduksi aneka kerajinan berbasis kearifan lokal, Windu dan Riris mulai membangun bisnisnya.
Berbagai produk aneka keranjang, kotak hias, dekorasi dinding, cermin, dan benda-benda berseni lainnya yang berbahan dasar anyaman bambu, merupakan produk unggulan yang mereka pasarkan.
Dari spot berjualan yang satu ke spot berjualan yang lain, dari pameran produk kerajinan yang satu ke pameran produk kerajinan yang lain terus mereka hadiri untuk semakin memperkenalkan produk-produk mereka ke masyarakat luas.
Memang target pasar mereka waktu itu masih terbatas pasar regional wilayah seputar Pulau Jawa.
Pengalaman yang terus menerus mereka peroleh dari waktu ke waktu membuat mereka menjadi pasangan pebisnis kerajinan yang tanggung, ulet, dan tahan banting.
Berbagai pengalaman itu semakin membakar semangat mereka untuk terus maju dan berkembang. Tahun 2012, mereka mendirikan badan usaha yang diberi nama “Indo Risakti”, yang menggandeng klaster pengrajin Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari berbagai wilayah di DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Memanfaatkan bahan baku seperti enceng gondok, pandan laut, mendong, batang pisang, hingga akar kayu yang berlimpah, mereka berusaha mentransformasikan berbagai bahan baku tersebut menjadi produk kerajinan yang menarik dan kualitas tinggi.
Mengutamakan desain eksklusif, kerapian, serta legalitas bahan, kapal bisnis Indo Risakti mereka arahkan agar dapat bersaing di pasar global.
Menembus pasar global adalah sebuah perjuangan panjang penuh tantangan yang tidak mudah bagi Windu dan Riris dengan bendera Indo Risakti-nya.
Berbagai pasang surut berusaha pun tak sedikit menerpa mereka. Sehingga pada sekitar tahun 2019, mereka bertemu dengan CSR BI yang didedikasikan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Windu dan Riris pun tak segan mengakui bahwa sejak menjadi UKM binaan BI banyak hal yang mereka peroleh untuk pengembangan bisnis yang mereka sudah tekuni selama ini.
Mereka memperoleh pengetahuan bagaimana kurasi atas produk yang mereka miliki, sertifikasi business matching, coaching clinic, hingga mengikuti pameran produk di dalam dan di luar negeri.
Semua itu seperti berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang membuka jalan untuk mereka menembus pasar global.
“Dari kegiatan business matching di event GREBEG UMKM DIY 2020, yang digagas oleh BI, kami memperoleh kontrak kerja ekspor dengan buyer dari AS. Kontrak ekspor mencapai 10.000 item produk yang terdiri dari keranjang (basket), wall décor, cermin, dan table-top (bowl). Di masa pandemi ternyata kami memperoleh peluang bisnis dari event yang diselenggarakan oleh BI," cerita Windu.
Saat ini, sekitar 60 persen produk kerajinan yang dihasilkan oleh Indo Risakti, milik Windu dan Riris, dibuat khusus untuk memenuhi pasar ekspor ke Amerika Serikat (AS), sejumlah negara Eropa, Namibia, Korea Selatan dan beberapa negara lainnya di kawasan Asia.
Pada 2024, Indo Risakti mampu mengekpor produk sebanyak 41 kontainer. Untuk diketahui, 1 kontainer berisi sekitar 1.400 set produk kerajinan.
Bagai bunga yang harum mewangi, Windu dan Riris pun ingin semerbak wanginya juga dimiliki oleh para pejuang UKM di sekitar mereka. Sekarang, tidak kurang dari 600 klaster pengrajin UKM berada di bawah naungan mereka.
“Mitra kami pada 2024 lebih dari 600 klaster pengrajin UKM, diluar pemasok (supplier) atau vendor material dan bahan penolong lainnya. Para pengrajin merupakan mitra kerja sehingga kami terus melakukan pendampingan agar kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga standar dan kualitasnya. Selain di Yogyakarta, klaster pengrajin UKM tersebut ada di wilayah Blora, di Pasuruan, hingga Lombok," ujar Riris pendamping setia Windu, dalam urusan keluarga dan bisnis.
Ke depan, mereka berencana akan membangun fasilitas gudang dan showroom milik sendiri, agar dapat memberikan pelayanan dan proses pengolahan produk yang lebih baik lagi kepada para buyer, baik domestik maupun global.
Hal ini penting untuk lebih memudahkan komunikasi dengan buyer, sekaligus menjamin terjaganya proses quality control yang lebih baik.
“Harapan kami kiranya tetap memperoleh dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk BI dengan CSR-nya, karena tantangan ke depan semakin tidak mudah. Sungguh beruntung kami terpilih menjadi mitra binaan BI bersama 600 klaster pengrajin UKM lainnya yang telah merasakan besarnya manfaat program BI," pungkas Windu yang ingin terus mewujudkan asanya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Windu dan Riris: Pejuang UKM yang Bawa Produk Lokal ke Kancah Internasional
Pewarta | : Rahadian Bagus Priambodo |
Editor | : Deasy Mayasari |