TIMES JOGJA, PALU – 28 September 2018 menjadi momen yang tidak akan terlupakan bagi siswa dan siswi SLTP dan SLTA Sukma Bangsa Sigi. Bencana alam gempa bumi yang melanda Kota Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah pada tanggal tersebut menyedot keceriaan mereka secara tiba-tiba.
Sebagai penyintas bencana, 98% siswa dan siswi Sukma Bangsa Sigi mengalami kejadian tersebut. Bagi mereka, selamat dari bencana tersebut adalah suatu kebahagiaan yang tidak terhingga, mengingat banyaknya korban jiwa yang tidak ditemukan hingga saat ini.
"Hampir lima tahun berlalu sejak bencana terjadi, kami kembali bertemu dengan siswa dan siswi Sukma Bangsa Sigi di Kabupaten Sigi. Kunjungan kami siang bertujuan untuk melihat bagaimana sekolah ini mengajarkan pertanian dan perkebunan kepada siswa-siswinya," kata Staf Ahli Menteri Pertanian RI Yesiah Eri Tamalagi pada Rabu (20/9/2023).
Tidak hanya pertanian dan perkebunan, namun juga keceriaan yang terpancar dari wajah anak-anak ini begitu memukau hati kami. Salah satu siswi dengan gembira mengungkapkan, "Saya mendapatkan harapan masa depan saya, Pak. Saya belajar hidroponik dan berkebun. Orang tua saya memang petani, tapi petani coklat dan padi. Kami sangat bahagia, sungguh!"
Selain kegiatan di bidang pertanian dan perkebunan, Sukma Bangsa Sigi juga memberikan pendidikan vokasional lainnya, seperti membatik dan memberikan pemahaman tentang pekerjaan di bidang konstruksi baja ringan.
Siswa Sukma Bangsa Sigi, Sulawesi Tengah menikmati santap siang di kantin sekolah. (Foto: dokumentasi Erik Tamalagi for TIMES Indonesia)
Setiap pagi, siswa-siswi juga mendapatkan siraman rohani, dengan siswa Muslim mengikuti Tadarusan dan siswa Nasrani mengikuti Saat Teduh.
Tak terasa, tahun depan sekolah ini akan mempersiapkan angkatan pertama siswa-siswa penyintas bencana gempa tahun 2018 untuk lulus. Sekolah ini didirikan pada tahun 2019 berkat donasi dari Dompet Kemanusiaan Media Grup (DKMG) dan mulai menerima peserta didik pada tahun ajaran 2020-2021.
"Di sini, para siswa hanya diperbolehkan menggunakan handphone pada hari Sabtu dan Minggu, agar mereka benar-benar fokus selama proses belajar mengajar. Namun, sebelum siswa-siswa lulus, minggu pertama November nanti, kami akan mengadakan Open House Sekolah Sukma Bangsa untuk memperkenalkan apa yang telah kami lakukan selama tiga tahun kepada masyarakat luas. Harapan yang kini kembali menyala dalam diri siswa-siswa ini, kami harapkan dapat menular kepada teman-teman mereka yang lain," ungkap Muhamad Iqra, ketua panitia Open House, dan Ichwan Singgi, Kepala TU Sukma Bangsa.
Tak terlihat kecemasan dalam mata para siswa yang kami saksikan saat ini. Api yang hampir padam kini digantikan oleh semangat untuk meraih masa depan gemilang mereka ketika mereka memasuki ruang kelas usai istirahat dan makan siang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sukma Bangsa Sigi, Menghidupkan Api yang Nyaris Padam: Membuka Harapan bagi Penyintas Bencana
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |