TIMES JOGJA, BANTUL – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengingatkan petani agar lebih teliti dalam mengeringkan jagung sebelum dijual. Menurutnya, kesalahan dalam proses pengeringan bisa menyebabkan harga jual turun karena jagung menjadi busuk.
"Saya menyarankan, biar pun dijemur di bawah matahari, tetap harus rajin memisahkan janggelnya. Kalau keringnya tidak merata, bagian luar terlihat kering tetapi bagian dalam masih basah, akhirnya busuk dan harganya turun," kata Sri Sultan, saat menghadiri kegiatan Penanaman Jagung untuk mendukung swasembada pangan bersama Kapolri di lahan Klaras, Canden, Jetis Bantul, Sabtu (15/2/2025).
Ia menambahkan bahwa petani sering terburu-buru menjual hasil panen tanpa memastikan kadar air jagung sudah sesuai standar. Padahal, jika jagung terlalu basah, harga jualnya menjadi lebih murah.
"Sebetulnya mudah, tapi petani sering tidak paham. Kalau jagung masih menempel dengan janggel dan hanya mengandalkan sinar matahari, bagian dalamnya bisa tetap basah. Akhirnya kena upkir dan harga turun," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Sultan juga menegaskan bahwa pemanfaatan tanah kas desa untuk pertanian tidak menjadi masalah selama digunakan untuk tanaman pangan yang bernilai ekonomi tinggi.
Ia menyerahkan pengelolaan jenis tanaman kepada masing-masing desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi wilayahnya.
Menurutnya, perlu ada strategi yang lebih baik dalam mengelola lahan pertanian agar hasil panen bisa dimanfaatkan secara maksimal, termasuk untuk mengurangi impor jagung yang masih besar di Indonesia.
"Jagung sekarang jarang dikonsumsi langsung, tetapi banyak untuk pakan ternak. Kalau luas lahan diperbanyak dan produksinya bagus, kita bisa menghemat devisa negara," ujar Sri Sultan.
Ia berharap para petani bisa lebih memperhatikan proses pengeringan agar hasil panen tidak merugi dan bisa dijual dengan harga yang lebih baik. (*)
Pewarta | : Edy Setyawan |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |