TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus memperkuat langkah strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pembangunan berkelanjutan melalui sinergi besar bersama perguruan tinggi.
Hal ini ditegaskan Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo dalam Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi (ReTII) ke-20 yang diselenggarakan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), Sabtu (15/11/2025).
Dalam forum ilmiah berskala nasional tersebut, Hasto menegaskan bahwa peran perguruan tinggi tidak lagi hanya sebagai pusat ilmu pengetahuan. Kampus harus hadir sebagai mitra strategis pemerintah daerah dalam riset, inovasi, hingga pendampingan masyarakat.
“Jogja punya modal SDM yang besar. Jika kualitasnya terus ditingkatkan, kota ini bisa menjadi pusat rujukan bagi daerah lain,” ujar Hasto kepada para peserta seminar yang diselenggarakan secara daring.
Seminar yang mengangkat tema “Peran Strategis Riset dan Abdimas dalam Mendorong Kampus Berdampak” juga menghadirkan peneliti energi terbarukan, Dr. Eng. Mochamad Syamsiro, ST, M.Eng, sebagai pembicara utama.
Dalam paparan utamanya, Hasto menyoroti tantangan besar Indonesia di era bonus demografi. Ia menilai bahwa besarnya jumlah penduduk usia produktif tidak otomatis membawa keuntungan jika tidak dibarengi peningkatan kualitas SDM.
Tingkat literasi yang rendah, kualitas pendidikan yang belum merata, serta keterampilan tenaga kerja yang masih terbatas menjadi catatan krusial.
“Penduduk kita berpotensi menua sebelum kaya. Jika tidak dipersiapkan, bonus demografi justru berubah menjadi bencana demografi,” tegasnya.
Hasto menyebut empat syarat penting untuk membentuk generasi unggul: kesehatan, pendidikan, karakter, serta kemampuan beradaptasi terhadap disrupsi teknologi.
Kolaborasi 48 Kampus untuk Menggerakkan Kampung Tematik
Komitmen Pemkot Yogyakarta untuk memperkuat sinergi kampus diwujudkan melalui kerja sama dengan 48 perguruan tinggi di DIY. Kesepakatan ini ditandatangani pada 21 Mei 2025, mencakup Penguatan Tridharma Perguruan Tinggi, Pendampingan Kampung Tematik, Penyusunan Racana Tepat Jogja 2025–2029, dan Pengembangan riset dan inovasi berbasis potensi lokal.
Pemkot juga mengusung konsep One Village, One Sister University, One Sister Corporate yang melibatkan pemerintah, masyarakat, kampus, sektor swasta, hingga komunitas sebagai ekosistem pembangunan kota.
Sinergi ini dipertegas melalui SK Wali Kota Nomor 339 Tahun 2025, yang menetapkan perguruan tinggi pendamping di setiap kelurahan.
Hasto memberi perhatian besar pada pembangunan manusia sejak fase 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Mulai dari kesehatan ibu, gizi anak 0–59 bulan, hingga pencegahan stunting.
“Kemampuan dasar manusia dibentuk di 1000 HPK. Kesalahan pada fase ini tidak bisa diulang,” tandas mantan kepala BKKBN ini.
Pendekatan ini menjadi pondasi Pemkot untuk menyiapkan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan kompetitif.
Transformasi 169 Kampung Melalui Pendampingan Kampus
Salah satu program unggulan Pemkot adalah aktivasi 169 kampung tematik melalui pendampingan perguruan tinggi dan lembaga sosial. Program ini disusun dalam dokumen Racana Tepat Jogja yang berisi identifikasi potensi unggulan di setiap kampung, arah pengembangan wilayah yang inklusif dan berkelanjutan, dan pemetaan mitra korporasi dan lembaga pendukung.
Program tersebut menjadikan kampung sebagai pusat inovasi berbasis potensi lokal, sekaligus laboratorium sosial bagi mahasiswa.
Selain fokus pada SDM, Pemkot Yogyakarta juga memperkuat pembangunan lingkungan. Beberapa program yang tengah berjalan antara lain pemasangan Trash Barrier di Sungai Code sebanyak 2 unit, Sungai Winongo sebanyak 3 unit, Sungai Manunggal sebanyak 3 unit, dan di Sungai Gadjah Wong sebanyak 2 unit.
“Trash barrier berfungsi menahan sampah terapung agar tidak terbawa aliran sungai,” papar Hasto.
Selain itu, pihaknya melakukan restorasi di tiga sungai utama yaitu Sungai Code, Gajahwong, dan Winongo. Restorasi tersebut bertujuan untuk mencegah pendangkalan, mengurangi sedimentasi, dan mengembangkan wisata air.
Kemudian, pihaknya melakukan penataan RTH Kota. Nah, dari total 66 lokasi RTH, sekitar 3,4 hektare telah berhasil dikembangkan. Saat ini, masih tersisa 11 lokasi (8.000 m²) yang dalam proses penataan. Saat ini, capaian RTH Kota Yogyakarta sudah menyentuh 23,35% dari target 30%.
Selanjutnya, pihaknya melakukan bedah rumah RTLH Berbasis CSR. Program perbaikan rumah tidak layak huni dilakukan melalui skema kolaboratif tanpa membebani APBD. Pemerintah menggandeng masyarakat dan sektor swasta melalui CSR serta gotong royong.
Hasto menegaskan pentingnya riset kampus yang aplikatif dan menyentuh kebutuhan masyarakat.
“Riset harus menyentuh kebutuhan masyarakat. Saat kampus turun ke kampung, pembangunan kota bergerak bersama,” ungkap Hasto.
Sinergi ini diharapkan mampu mempercepat transformasi Yogyakarta sebagai kota dengan keunggulan SDM, lingkungan yang harmonis, dan menjadi role model daerah lain.
Rektor ITNY: ReTII Jadi Ruang Penggerak Inovasi Nasional
Rektor ITNY, Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T., dalam sambutannya menegaskan bahwa ReTII telah menjadi forum strategis bagi akademisi, peneliti, dan praktisi dari seluruh Indonesia untuk mempresentasikan karya dan gagasan terbaru.
Menurutnya, riset dan pengabdian masyarakat perlu dijalankan bersama agar kampus benar-benar berdampak pada masyarakat.
“ReTII bukan hanya ruang berbagi ilmu, tetapi momentum memastikan riset kampus memberi manfaat nyata,” ujar Setyo.
Tahun ini, Universitas Janabadra turut berperan sebagai co-host, memperkuat jejaring akademik dan kolaborasi riset lintas perguruan tinggi.
ReTII ke-20 diselenggarakan secara hybrid, memungkinkan peserta hadir baik secara langsung maupun daring. Kegiatan meliputi sesi keynote, presentasi ilmiah, paparan riset, serta diskusi paralel.
Di akhir sambutannya, Rektor ITNY menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia, pembicara, dan peserta yang mendukung terselenggaranya forum nasional ini.
“Kami berharap ReTII terus melahirkan inovasi dan memperkuat peran kampus sebagai pilar pembangunan bangsa,” jelasnya. (*)
| Pewarta | : Soni Haryono |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |