https://jogja.times.co.id/
Berita

Tokoh Lintas Agama Yogyakarta Gelar Diskusi dan Deklarasi Kerukunan Umat Beragama

Kamis, 23 Desember 2021 - 20:56
Tokoh Lintas Agama Yogyakarta Gelar Diskusi dan Deklarasi Kerukunan Umat Beragama Tokoh lintas agama di Yogyakarta mengucapkan salam rukun dalam deklarasi kerukunan umat beragama. (Foto : Totok Hidayat/TIMES Indonesia)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Sikap toleransi antar umat beragama tumbuh secara alami di Indonesia. Sudah menjadi pemandangan biasa, saling merayakan hari besar keagamaan. Seperti pengalaman pribadinya yang hidup di tengah lingkungan umat muslim. Meski lahir dan tumbuh di kota Denpasar Bali. 

Namun munculnya kelompok - kelompok intoleran merusak harmoni yang sudah terjalin indah. Mengatasnamakan kebenaran subyektif, mereka mulai mengkotak- kotakan masyarakat. Salah satunya dengan membangun perumahan ekslusif untuk satu umat agama tertentu. 

"Langkah ini secara otomatis membuka peluang terjadinya intoleransi, "tegas Penasehat Parisada Hindu Dharma Indonesia(PHDI) Sleman, Ir. Anak Agung Alit Merthayasa, M.S., Ph.D, pada diskusi tokoh lintas agama Kamis (23/12/2021) di Atrium Hotel Sleman Yogyakarta. 

Wakil Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU Pusat, KH Umaruddin Masdar menilai maraknya tayangan keagamaan di TV dan media sosial menjadi salah satu pemicu munculnya intoleransi karena hanya menonjolkan keunggulan agama masing - masing.  

Apalagi bila materi tayangan sudah menyangkut hubungan antar umat beragama. Sebab pesan - pesan yang disampaikan justru berpotensi merusak toleransi yang sudah terjalin. Kondisi ini justru memunculkan kebingungan. Selain membuat kehidupan antar umat beragama mengalami kemunduran. 

"Tayangan keagamaan harusnya membahas masalah yang dihadapi bersama, seperti sosial dan kemanusiaan," jelas Umaruddin Masdar.

Kepala PUSDEMA (Pusat Kajian Demokrasi dan HAM), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Baskara T. Wardaya SJ tidak menampik terdapatnya peran pihak luar dalam berbagai kasus intoleransi di dalam negeri. Hal ini tidak lepas dari kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Sehingga wajar bila terdapat pihak luar yang ingin menguasainya. 

Salah satu upayanya dengan memecah belah kehidupan berbangsa. Belajar dari pengalaman masa lalu, agama menjadi alat paling efektif untuk melakukannya. Bertolak dari fakta ini seluruh umat beragama harus menyadari bahwa toleransi menjadi kunci untuk mencegah berbagai upaya yang dilakukan pihak asing. 

"Belajar dari para pendahulu bangsa, toleransi menjadi kunci untuk meraih kemerdekaan," tegas Baskara T Wardaya SJ. 

Ketua DPD MUKI (Majelis Umat Kristen Indonesia) Sleman, Soelistijono SE menambahkan perlu campur tangan pemerintah dalam mencegah terjadinya intoleransi. Terutama dalam melakukan tindaklanjut hukuman terhadap pelaku intoleran.  Hal ini karena pemerintah yang memiliki power dengan berbagai regulasi.

Terkait ucapan Natal dari pemeluk agama lain sebaiknya tidaklah dijadikan polemik berkepanjangan. "Kita kembalikan kepada kerelaan dan keikhlasan masing-masing agar perayaan Natal tetap berjalan penuh kedamaian. Demikian juga untuk ucapan saat hari besar agama lain," 

Pada kesempatan tersebut tokoh lintas agama juga mengajak masyarakat, untuk mensukseskan program vaksinasi sebagai upaya mencegah penularan varian Omicron khususnya pada libur Natal dan Tahun Baru. Kegiatan ditutup dengan deklarasi damai dengan bersama- sama  mengucapkan salam rukun. 

Pewarta : Totok Hidayat
Editor : Irfan Anshori
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.