TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Melalui proyek PKM-KC, sekelompok mahasiswa UGM menciptakan sistem terapi bernama NeoSemar yang memanfaatkan sinyal EEG dan stimulasi magnetik otak (TMS) agar proses pemulihan kecanduan narkoba bisa dilakukan secara ilmiah dan nonbedah.
Kecanduan narkoba kerap disangka sebagai kegagalan moral, padahal sesungguhnya merupakan gangguan sistem saraf pusat. Zat adiktif mengubah cara kerja reward system di otak, memicu kecenderungan konsumsi ulang yang sulit dihentikan. Tantangan pemulihan pun menjadi sangat kompleks.
Dengan landasan pemahaman tersebut, mahasiswa UGM mengambil langkah inovatif lewat Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). Di bawah bimbingan Ridwan Wicaksono, mereka Melvino, Dhimas, Basel, Reza, dan Putri merancang sistem terapi yang menjembatani ilmu saraf dan teknologi medis.
Menurut Melvino, sistem yang mereka rancang, NeoSemar, bekerja tanpa pembedahan: “Kami ingin otak dapat ‘berbicara’ dengan terapi yang kami berikan agar pulih secara alami,” ujarnya, Rabu (22/10/2025).
Sistem ini menggabungkan dua teknologi mutakhir: EEG untuk pemetaan aktivitas otak dan TMS untuk menstimulasi area yang terganggu.
Dhimas menjelaskan, EEG akan mendeteksi jaringan saraf dengan fungsi abnormal, kemudian TMS akan menyuntikkan gelombang magnetik pada area tersebut agar kembali tersinkronisasi.
“Semua proses dapat dipantau secara real-time oleh tim medis lewat platform IoT,” ucapnya, menunjuk pada keunggulan personalisasi dan efisiensi terapi.
Saat ini, sistem NeoSemar telah resmi menyandang izin etik dari Komisi Etik FK-KMK UGM. Izin ini menegaskan bahwa protokol penelitian dan aspek keselamatan alat telah ditinjau dan disetujui, sehingga tim dapat melanjutkan ke tahap percobaan lebih lanjut.
“Izin etik sangat penting sebagai dasar kepercayaan,” tambah Dhimas.
Dukungan dana dari Kemendik/Ristek lewat skema Belmawa memudahkan kelanjutan riset. Tim berharap NeoSemar bukan hanya menjadi alat bantu rehabilitasi, tetapi suatu terobosan di bidang terapi adiksi di Indonesia, menjembatani jurang antara teknologi dan perawatan manusia yang lebih manusiawi. (*)
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Faizal R Arief |