https://jogja.times.co.id/
Berita

Kembangkan Proses Mordanting dengan Kitosan, UAD Inisiasi Bahan Pewarnaan Batik Ramah Lingkungan

Senin, 14 Juni 2021 - 21:23
Kembangkan Proses Mordanting dengan Kitosan, UAD Inisiasi Bahan Pewarnaan Batik Ramah Lingkungan Utik Bidayati, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Kehartabendaan dan Administrasi Umum UAD ketika memberikan sambutan di pelatihan batik tulis (FOTO: Humas UAD for TIMES Indonesia)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) menyelenggarakan Pelatihan Batik Tulis dan Teknologi Pewarnaan Alami. Program ini bekerja sama dengan Joglo Balai Agung Cendana guna memulihkan perekonomian warga masyarakat di masa pendemi Covid-19.

Program tersebut diinisiasi oleh Dr. Ir. Zahrul Mufrodi, S.T., M.T., IPM. (Ketua), Bambang Robi’in, S.T., M.Eng., dan Rachma Tia Evitasari, S.T., M.Eng. sebagai anggota. Zahrul menjelaskan, program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan branding produk batik tulis pewarna alami pada Balai Agung Cendana Batik Tulis Yogyakarta.

"Saat ini tim dari UAD mengembangkan proses mordanting menggunakan kitosan. Kitosan berasal dari kulit udang, sehingga ramah lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, penambahan kitosan akan meningkatkan warna yang terserap pada kain, sehingga warna yang dihasilkan menjadi lebih gelap. Penggunaan kitosan meningkatkan penyerapan zat warna ke dalam kain sehingga diharapkan proses pewarnaan menjadi lebih cepat dan tidak memerlukan pencelupan berkali-kali,” jelas Zahrul.

GKBRAy-Adipati-Paku-Alam-X.jpgGKBRAy Adipati Paku Alam X (keempat dari kiri) usai memberi sambutan dalam acara pelatihan batik tulis (FOTO: Humas UAD for TIMES Indonesia) 

Ia mengungkapkan, batik yang banyak beredar di masyarakat saat ini adalah batik dengan pewarna sintetis atau naphtol. Limbah air dari penggunaan naphtol dapat mencemari air dan lingkungan. Berbeda dengan batik dengan pewarna alami yang memiliki warna yang unik dan kalem. Selain itu, Pewarna alami juga umumnya merupakan zat antioksidan aktif.

Menurutnya penyuluhan dan pelatihan ini bertujuan agar para pengrajin batik paham proses-proses yang terjadi pada pewarnaan kain. Untuk mendapatkan warna pada kain proses yang dilalui tidak hanya mencelupkan kain ke dalam pewarna.

"Ada proses awal dengan menambahkan bahan mordan yang berfungsi untuk menjembatani kain dengan pewarna alami, umumnya mordan yang digunakan adalah mordan logam seperti tawas, tunjung, dan kapur,” terangnya

Setelah proses pramordanting, kain baru dicelupkan ke dalam pewarna, proses ini harus dilakukan beberapa kali agar medapatkan warna yang diinginkan. Proses yang terakhir yaitu fiksasi dengan mordan, untuk mengunci warna pada kain agar tidak mudah luntur.

Pewarna alami sesuai namanya didapatkan dari bahan alam, utamanya dari tumbuh-tumbuhan, baik dari bagian kayu, kulit kayu, akar, daun, maupun bunga. Namun tidak semua pewarna alami dapat digunakan sebagai pewarna kain. Sumber zat warna alami yang bisa digunakan antara lain mahoni, jalawe, teger, jambal, dan tingi yang memberikan warna kecoklatan atau sogan, serta kayu secang yang memberikan warna merah muda.

“Pembuatan kain batik menggunakan pewarna alami ini tidak tanpa kendala. Zat warna alami cenderung memiliki kekuatan ikat ke kain katun yang rendah sehingga proses produksi tidak sepraktis menggunakan zat warna sintetis. Sehingga kami menginisiasi proses mordanting dengan kitosan agar pembuatan batik lebih ramah lingkungan,” tandasnya

membatik-kepada-peserta-GKBRAy-Adipati-Paku-Alam-X.jpgGKBRAy Adipati Paku Alam X ketika memberikan cara membatik kepada peserta GKBRAy Adipati Paku Alam X (FOTO: Humas UAD for TIMES Indonesia) 

Dalam sambutannya, Utik Bidayati, SE., MM, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Kehartabendaan dan Administrasi Umum UAD menyampaikan proram pengabdian masyarakat ini menjadi satu program rutin tahunan didanai oleh internal UAD, hal ini agar bagaimana prodak-prodak hasil riset UAD kemudian dapat di implementasikan di masyarakat, salah satu tentunya adalah meningkatkan kemampuan ekonomi di masyarakat.

Kegiatan ini sejalan dengan program pemerintah juga, bagaimana kita meningkatkan dan memberdayakan masyarakat, kalau masyarakat berdaya, wilayah dan negara juga akan kuat. “Kerjasama antara lembaga baik masyarakat, pemerintah, perguruan tinggi, dan industri itu perlu kita galakkan terus menerus,” katanya di Joglo Balai Agung Cendana, Semaki, Kota Yogyakarta, Senin (14/6/2021)

Nah karena ini program multi years jadi ini tahun pertama, masih ada tahun-tahun berikutnya bisa kita kerja sama dengan yang lain. Multi years dimaksudkan biar kita tuntas di dalam pengabdian, agar masyarakat punya kemampuan dan kapasitas yang cukup untuk bisa mandiri.

Problem utama pewarna alam untuk batik itu biasanya lama sekali sehingga perlu waktu, orang yang bikin jadi bosan. Nah ini satu tantangan yang harus di jawab, bagaimana warna alam itu bisa di proses jadi lebih cepat, dan materialnya yang dulu mungkin berkilo-kilo sampai 300-400 ribu dalam satu warna itu menjadi lebih efisien, lebih sedikit bahan yang kita gunakan lebih cerah warnanya.

Utik menekankan bahwa pentingnya mengenalkan batik ini melalui website dan online agar batik yang dihasilkan khususnya di Joglo Balai Agung Cendana ini yang memiliki warna dan motif yang khas memang ciri kota Yogyakarta, itu benar-benar kita gaungkan tidak hanya level nasional tapi juga lnternasional.

Kegiatan Pelatihan Batik Tulis dan Teknologi Pewarnaan Alami ini diikuti oleh 200 peserta. Turut hadir dalam kesempatan itu GKBRAy Adipati Paku Alam X, Camat Umbulharjo Kota Yogyakarta, Lurah Semaki, Pengelola Joglo Balai Agung Cendana Kota Yogyakarta, dan perwakilan dari UAD , dan mahasiswa pengabdian masyarakat UAD.(*)

Pewarta : A. Tulung
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.