TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Yogyakarta menutup dua tempat penjualan jajanan chiki ngebul (Chikbul) untuk sementara. Penutupan oleh BPOM Yogyakarta tersebut dilakukan karena penggunaan bahan yang berpotensi membahayakan masyarakat yang mengonsumsinya. Terlebih sudah ada 2 korban di wilayah Sleman.
Kepala Balai Besar POM Yogyakarta, Trikoranti Mustikawati mengatakan langkah tersebut dilakukan sambil menunggu hasil kajian sampel dari tim Balai BPOM Yogyakarta. Tapi tidak disebutkan dua lokasi penjualan Chikbul yang dimaksud.
“Ya ada dua lokasi penjualan Chikbul berbahan liquid N2 atau nitrogen cair yang kini diminta tidak berjualan sementara waktu. Para pedagang di dua lokasi itu kini juga masih dalam proses pengawasan dan pembinan oleh Balai BPOM serta Dinas Kesehatan (Dinkes) terkait," kata Trikoranti, Selasa (17/1/2023).
Trikoranti menerangkan, sejak jajanan berbahan nitrogen cair itu memakan korban sejumlah bocah di Sleman dan Tasikmalaya, pihak Balai BPOM Yogyakarta melakukan sidak di lima kabupaten/kota di DIY.
"Saat melakukan pengawasan kami juga memberikan edukasi mengenai bahaya penggunaan liquid nitrogen pada makanan siap saji ketika dikonsumsi. Di DIY tepatnya di Kabupaten Sleman, sudah terdapat dua anak yang keracunan Chikbul berbahan nitrogen cair," ungkap Trikoranti.
Bahaya mengonsumsi liquid nitrogen, menurut Trikoranti, bisa menyebabkan tubuh terrbakar ketika mengkonsumsi 'Ice smoke snack'. Bahkan kasus keracunan di Tasikmalaya itu balita mengalami 'rupture' lambung.
Secara regulasi penggunaan liquid N2 sebagai bahan penolong untuk proses pengolahan pangan. Selain itu nitrogen cair juga digunakan sebagai bahan pembeku 'freezing agent' pada penyiapan pangan dengan pembekuan cepat misalnya es krim, dimana pada produk akhir harus ada upaya untuk menghilangkan residu LN2 pada produk akhir.
Sementara itu, Bupati Sleman, Kustini SP membenarkan adanya kasus keracunan jajanan Chikbul tersebut di wilayahnya. "Kami menemukan satu kasus keracunan di Kalurahan Tegaltirto Berbah. Dua anak berusia 5 dan 7 tahun mengalami demam, pusing dan muntah usai malam sebelumnya membeli jajanan Chikbul pada acara kesenian di Berbah," tutur Kustini.
Awalnya dikira masuk angin, tapi kemudian anak ini muntah berwarna kuning dan hijau. Karena orangtua khawatir lalu dibawa ke Puskesmas Berbah. Dari hasil pemeriksaan, didapati jumlah leukosit sebanyak 14.000. Kemudian petugas kesehatan memberikan tindakan yang diperlukan.
"Kondisi dua anak tersebut kini membaik dan sudah dapat beraktivitas kembali. Kemarin juga dilakukan pemeriksaan kepada teman dan kakaknya, karena mereka juga mengonsumsi Chikbul, tetapi tidak ada gejala. Alhamdulilah, kondisi dua anak ini sekarang sudah baik dan bisa aktifitas lagi," terang Kustini.
Menindaklanjuti temuan kasus, Kustini meminta Dinas Kesehatan Pemkab Sleman untuk melakukan sosialisasi tentang kewaspadaan dini bagi masyarakat, sekolah dan pelaku usaha. Masyarakat juga diminta agar segera melapor ke Puskesmas terdekat apabila ada keluarga yang mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan demam setelah mengonsumsi Chikbul.
“Kita minta kepada Puskesmas dan fasilitas kesehatan lain untuk kesiapsiagaan dari dampak Chikbul ini. Terutama apabila ditemukan kasus keracunan akibat pangan khusunya Chikbul atau penggunaan nitrogen cair pada pangan siap saji agar segera dilaporkan. Kepada petugas kesehatan juga kami minta untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait makanan yang baik untuk dikonsumsi, serta mengidentifikasi jika ditemukan pedagang makanan Chikbul dan sejenisnya," harap Kustini. (*)
Pewarta | : Fajar Rianto |
Editor | : Deasy Mayasari |