TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih di Kabupaten Bantul terus dikebut dan saat ini telah mencapai progres sekitar 50 persen. Program yang didanai melalui APBN Perubahan senilai kurang lebih Rp 9 miliar itu ditargetkan selesai pada akhir Desember 2025.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Istriyani, menyampaikan bahwa Bantul menjadi salah satu dari 65 kampung nelayan Merah Putih tahap pertama se-Indonesia.
“Kegiatan ini dilaksanakan pada anggaran APBN perubahan, sehingga memang waktu sangat-sangat terbatas,” ujarnya, Minggu (23/11/2025).
Istriyani menjelaskan bahwa konsep Kampung Nelayan Merah Putih adalah memfasilitasi infrastruktur kenelayanan, sarana-prasarana penangkapan ikan, hingga dukungan pascapanen.
“Konsepnya hulu hilir menjadi kampung nelayan modern,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa seluruh program bersifat top-down dari pemerintah pusat, sementara kabupaten bertugas menyiapkan lahan yang clean and clear serta menyiapkan nelayan yang akan mengelola.
“Semua aset itu nanti milik Koperasi Desa Merah Putih yang pengelolaannya akan bekerja sama dengan nelayan dan keluarganya. Jadi aset-asetnya nanti akan dikelola oleh Koperasi Desa Merah Putih Poncosari, Srandakan,” jelasnya.
Pemindahan lokasi dari usulan awal juga diputuskan langsung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dari tiga wilayah yang diusulkan Pantai Depok (Kretek) Pantai Samas (Sanden), dan Pantai Kwaru (Srandakan) KKP menetapkan Pantai Baru, Poncosari, Srandakan sebagai lokasi final.
“Kampung nelayan Merah Putih itu harus berada di kawasan yang ekonominya sudah berkembang. Kebetulan Pantai Kwaru agak surut wisatanya. Ketika melihat potensi di Pantai Baru, tim KKP bilangnya pas di sini,” kata Istriyani.
Pemerintah Kabupaten Bantul menyambut positif program bernilai besar tersebut. Menurut Istriyani, hal itu sulit diwujudkan jika mengandalkan APBD.
Ia menilai Kampung Nelayan Merah Putih akan menjadi pusat aktivitas perikanan modern yang berdampak luas bagi wilayah pesisir lainnya.
“Ini nanti menjadi semacam pusatnya, intinya kegiatan ada di situ dari hulu hilir sehingga Pantai-Pantai lain itu bisa menjadi plasma, bisa menjadi bulannya. Kampung ini bisa menjadi mataharinya,” terangnya.
Ia berharap fasilitas yang dibangun, termasuk mesin, perahu, dan kapal, tidak hanya dimanfaatkan nelayan Poncosari, tetapi juga dapat bekerja sama dengan nelayan di pantai lain.
“Harapannya satu titik tapi dampaknya menyebar. Kami antusias mendukung dan siap SDM serta mekanisme pengelolaan agar nanti berkelanjutan,” tegasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bantul Bakal Punya Kampung Nelayan Modern di Srandakan
| Pewarta | : Soni Haryono |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |