TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Ratusan seniman di Yogayakarta mengadakan acara “Umbul Dungo” memperingati 40 hari wafatnya penyair Joko Pinurbo di Plaza Serangan Oemoem Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Rabu, 5/6/2024.
Acara ini adalah gagasan seniman Jogja dan diinisiasi oleh budayawan Butet Kertaredjasa, serta difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan DIY dan Polda DIY. Serta didukung pula oleh sejumlah instansi, antara lain Museum Benteng Vredeburg, Dinas Koperasi dan UKM DIY, Balai Bahasa DIY, Museum SonoBudoyo, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Gramedia, dan Diva Press.
Hadir dalam acara Umbul Dungo para tokoh kebudayaan Yogyakarta seperti Butet Kertaredjasa, Hairus Salim, Kris Budiman, Landung Simatupang, Faruk HT. Juga hadir penyanyi Oppie Andaresta yang berkolaborasi dengan Bagus Mazasupa membawakan lagu-lagu dari syair karya Jokpin seperti puisi Baju Bulan, dan Pacar Kecilku.
Penyair Hasta Indriyana membacakan Puisi Karya Jokpin.
Acara “Umbul Dungo” berlangsung meriah namun khidmat, karena para penyair yang hadir saling berbagi cerita dan memberi penghormatan membaca puisi karya Joko Pinurbo, seperti penyair Hasta Indriyana, Raudal Tanjung Banua, Hasan Aspahani, dan Ons Untoro, dan lainnya. Bahkan Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X juga ikut serta membacakan puisi karya Joko Pinurbo.
Penyair Latief S Nugraha yang juga bertindak sebagai panitia acara mengatakan, peringatan 40 hari wafatnya Joko Pinurbo ini merupakan apresiasi atas sumbangsih dan karya beliau tentang dan untuk Yogyakarta.
Penyair Hasta Indriyana sebelum membacakan puisi karya Joko Pinurbo mengatakan bahwa ia begitu bangga jika ada bait bait puisi yang dikutip dan dipajang di beberapa sudut kota Jogja, tidak hanya puisinya Joko Pinurbo, kata Hasta Indriyana, melainkan juga bait-bait puisi penyair lain dari Jogja.
Sementara budayawan Hairus Salim sebelum membacakan puisinya Joko Pinurbo, bercerita, bahwa ia mengenal penyair yang akrab disapa Jokpin sejak awal 90an.
Dalam kenanganya, Joko Piinurbo tidak seperti kebanyakan penyair lain. Joko Pinurbo cenderung rapi, tenang, tidak banyak bicara dan tidak meledak-ledak. Seperti menyesuaikan dengan tubuhnya yang ceking. "Tapi yang jelas, dia waktu itu menjadi salah seorang dari penyair muda yang dipandang menjanjikan dan banyak dipuji," ucapnya. "Saya tak terkecuali juga mengaguminya."
Hairus Salim juga menyambung apa yang diharapkan Hasta Indriyana, bahwa, alangkah indahnya kota Jogja jika di setiap sudut kota dipasangi tulisan yang berasal dari bait-bait puisi penyair Jogja. Sehingga Jogja bisa mendapatkan julukan sebagai Kota Puisi.
Joko Pinurbo lahir di Sukabumi , 11 Mei 1962. Namun leluhur, serta Bapak-Ibunya berasal dari Sleman, Yogyakarta. Karya puisi Jokpin memang melampaui golongan dan telah mewarnai khasanah sastra Indonesia. Syair-syair puisinya perpaduan ironi yang dibungkus humor. Sehingga terkadang syair puisinya menyentil kenyataan sosial dalam kehidupan kita.
Joko Pinurbo lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Sanata Dharma Yogyakarta. Karya kumpulan puisinya yang fenomenal berjudul “Celana” yang terbit pada tahun 1999. Buku kumpulan puisi Celana (1999), memperoleh Hadiah Sastra Lontar pada tahun 2001. Pada tahun yang sama Jokpin juga menerima Sih Award 2001 untuk buku kumpulan puisi Celana 1, Celana 2, Celana 3.
Pada tahun 2001 Joko Pinurbo menerbitkan buku Kumpulan Puisi Di Bawah Kibaran Sarung yang diterbitkan oleh Indonesia Tera. Lalu pada tahun 2002 menerbitkan puisi Pacar Kecilku, Telepon Genggam (2003), Pacar Senja (2005), dan Kepada Cium (2007).
Dalam acara Umbul Dungo ini juga ada seremoni penyerahan patung Joko Pinurbo hasil karya Asosiasi Pematung Indonesia yang diserahkan oleh Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada keluarga Joko Pinurbo.
Joko Pinurbo bagi Jogja adalah pengikat kenangan seperti penggalan puisi yang sudah tersimpan dalam benak banyak orang yang pernah datang ke Jogja, bahwa Jogja terbuat dari rindu, pulang dan angkringan. Agar kenangan itu lebih panjang tertancap dalam ingatan, alangkah baiknya jika namanya juga diabadikan menjadi nama salah satu jalan di Yogyakarta.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Peringati 40 Hari Wafatnya Joko Pinurbo Seniman Jogja Menggelar Acara Umbul Dungo
Pewarta | : Eko Susanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |