TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Asosiasi Pematung Indonesia (API) berkesempatan menggelar kegiatan acara Jogja Street Sculpture Project 5. Kegiatan yang dilakukan seniman Yogyakarta ini sebagai bentuk respon cepat dalam hal karya seni kepada kota Yogyakarta terutama seni di pinggir-pinggir jalan di mana sebuah karya seni patung dilakukan di pinggir jalan yang berkaitan dengan aktivitas di sepanjang jalan Kota Yogyakarta.
Kaitan dengan respon tersebut, Kurator Seni sekaligus Panitia Acara, Rain Rosidi menyatakan, acara ini bisa dikatakan sebagai bentuk respon cepat seniman dari Asosiasi Pematung Indonesia untuk kota Yogyakarta. Jadi keindahan seni patung itu tak hanya sekedar memindahkan patung ke luar saja namun juga yang berkaitan dengan irisan-irisan masalah jalanan.
“Jadi karya seni patung ini diharapkan bisa menyatu dengan apa yang ada di jalanan kota Yogyakarta,” terang Rain, Senin (16/10/2023).
Mulanya, project yang kelima ini diterangkannya merupakan kelanjutan dari empat project sebelumnya yang mana pada awal-awal project para seniman hanya sekedar bisa melakukan kegiatan karya seni patung di ruang publik secara terbatas dan kemudian masuk ke desa-desa sehingga akses untuk ruang terbuka seperti karya seni patung saat ini sangat berbeda dengan sebelum-sebelumnya.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi bersama para seniman API berfoto bersama. (Foto: Hendro S.B/TIMES Indonesia)
“Project kelima ini kita merespon pihak pusat kota terutama di jalan Malioboro. Jadi perbedaannya mungkin hanya wilayah yang digunakan dan tantangan yang berbeda," ujarnya.
Jumlah karya seni patung yang ditampilkan di jalanan tersebut ada sekitar 30 patung dengan masing-masing ada karya perseorangan dan juga karya kelompok. Dari 30 karya patung itu melibatkan sebanyak 40 seniman dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung yang tergabung dalam anggota seniman API lalu kemudian juga pihaknya mengundang tiga seniman di luar pematung yaitu pelukis-pelukis handal.
"Mereka bertiga ini adalah seniman lukis yang sengaja kita undang untuk memberikan gambaran perspektif berbeda di ruang publik," jelasnya.
Melihat respon baik dari para anggota API ini, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi tentu saja menghaturkan apresiasi besarnya terhadap seniman-seniman patung jalanan di DIY. Artinya, pihak Dinas Kebudayaan akan terus senantiasa mendukung serta memfasilitasi ide, gagasan dan lain-lain terutama dari seniman-seniman di berbagai wilayah Indonesia.
"Seperti diketahui bersama-sama bahwa pada tanggal 18 September lalu bahwa secara resmi kita telah menerima penetapan warisan budaya dunia maka kita semua harus bersama-sama menjaga amanah kepercayaan dunia kepada kita," tegas Dian.
"Sehingga acara ini adalah satu tantangan yang diberikan kepada teman-teman pematung khususnya yang ada di DIY bahwa konsep ke depan mengenai sumbu filosofi adalah panggung terpanjang se-Indonesia bahkan dunia yaitu mulai dari Tugu hingga panggung Krapyak,” tandas Dian.
Sehingga diharapkan, kontribusi dari para seniman Yogyakarta dan Asosiasi Pematung Indonesia ini bisa tersalurkan hingga ke depan dalam membantu DIY sebagai tambahan nilai-nilai sumbu filosofis tersebut. Baginya, karya seni patung ini merupakan sebuah gagasan, ide, kreasi maupun kreatif yang tentu saja tidak akan pernah habis untuk mencapai nilai universal khususnya para pematung. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Seniman Yogyakarta Pamerkan Patung Jalanan Simbol Sumbu Filosofi Baru DIY
Pewarta | : Hendro Setyanto Baskoro |
Editor | : Deasy Mayasari |